Kudus (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai melakukan tes usap antigen secara acak, termasuk terhadap pelajar yang mengikuti kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah sebagai langkah mencegah penyebaran virus corona.
"Tes swab antigen secara acak tersebut dalam rangka antisipasi klaster penyebaran COVID-19, terutama lingkungan sekolah yang mulai menggelar pembelajaran tatap muka. Ada tidaknya klaster di dalam jangkauan tetap dievaluasi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Badai Ismoyo di Kudus, Senin.
Untuk mencari kepastian, kata dia, dilakukan tes swab antigen atau tes swab PCR secara acak sebesar 10 persen dari jumlah penduduk.
Selain itu, kata dia, sesuai standar operasional prosedur setiap ada kasus, swab antigen di tempat tertentu juga harus ditingkatkan mulai dari penelusuran kontak erat (tracing) hingga pemeriksaan dini (testing).
Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan petugas di lapangan dengan menyesuaikan temuan kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19.
"Tindakan petugas tersebut juga dalam rangka penegasan epidemiologi dengan berdasarkan sampel secara random atau acak. Ketika tidak ditemukan berarti kondisinya baik-baik saja," ujarnya.
Sementara itu, Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga mengakui sebelumnya ada tes swab antigen terhadap siswa dan guru di sekolah yang ada di Kecamatan Bae.
Hasilnya, kata dia, tidak ada yang positif COVID-19 karena semua yang menjalani tes negatif.
Untuk memastikan kepatuhan protokol kesehatan di semua sekolah, dinas itu juga mulai mempersiapkan pembentukan tim Satgas COVID-19 yang memantau penerapan prokes mulai dari mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, menghindari kerumunan dan menjaga jarak.
Jika ada sekolah yang tidak patuh terhadap prokes akan ditegur karena keberlangsungan pembelajaran tatap muka juga disesuaikan dengan temuan kasus.
"Tes swab antigen secara acak tersebut dalam rangka antisipasi klaster penyebaran COVID-19, terutama lingkungan sekolah yang mulai menggelar pembelajaran tatap muka. Ada tidaknya klaster di dalam jangkauan tetap dievaluasi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Badai Ismoyo di Kudus, Senin.
Untuk mencari kepastian, kata dia, dilakukan tes swab antigen atau tes swab PCR secara acak sebesar 10 persen dari jumlah penduduk.
Selain itu, kata dia, sesuai standar operasional prosedur setiap ada kasus, swab antigen di tempat tertentu juga harus ditingkatkan mulai dari penelusuran kontak erat (tracing) hingga pemeriksaan dini (testing).
Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan petugas di lapangan dengan menyesuaikan temuan kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19.
"Tindakan petugas tersebut juga dalam rangka penegasan epidemiologi dengan berdasarkan sampel secara random atau acak. Ketika tidak ditemukan berarti kondisinya baik-baik saja," ujarnya.
Sementara itu, Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga mengakui sebelumnya ada tes swab antigen terhadap siswa dan guru di sekolah yang ada di Kecamatan Bae.
Hasilnya, kata dia, tidak ada yang positif COVID-19 karena semua yang menjalani tes negatif.
Untuk memastikan kepatuhan protokol kesehatan di semua sekolah, dinas itu juga mulai mempersiapkan pembentukan tim Satgas COVID-19 yang memantau penerapan prokes mulai dari mencuci tangan pakai sabun, memakai masker, menghindari kerumunan dan menjaga jarak.
Jika ada sekolah yang tidak patuh terhadap prokes akan ditegur karena keberlangsungan pembelajaran tatap muka juga disesuaikan dengan temuan kasus.