Semarang (ANTARA) -
"Ini produk-produk ponpes, kami dorong lagi untuk memajukan ekonomi pesantren. Kami dari Dinkop dan UKM Provinsi Jateng berterima kasih kepada pondok-pondok pesantren yang sudah mengikuti pelatihan teknik pengemasan produk," kata Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen di Semarang, Jumat.
Selain pelatihan pengemasan produk agar lebih berkualitas, para santri juga dilatih mendesain logo produk menjadi menarik, pemberian sertifikat izin pangan industri rumah tangga (PIRT), dan komposisi produk yang tercantum rapi sehingga layak bersaing dengan produk lain.
Dengan demikian, produk-produk dari ponpes dapat bersaing di pasar tradisional, pasar modern, atau di pasar lokal maupun pasar luar negeri.
Baca juga: Dokter: Kemasan jamu jangan terkesan kuno
"Ini kemasannya sudah bagus, sudah ada sertifikat halal, izin produksinya sudah ada, tanggal kedaluwarsa sudah ada, tinggal nanti dicantumkan nomor kontaknya sehingga kalau ada orang yang mau pesan lebih mudah. Kalau makanan intip (kerak nasi) seperti ini biasanya adanya di pasar tradisional, tapi kalau sudah dikemas seperti ini bisa masuk minimarket dan supermarket," ujarnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jateng Ema Rachmawati menyebutkan, produk-produk ponpes di Jateng sangat beragam, namun selama ini kemasannya biasa-biasa saja sehingga nilai jualnya relatif rendah.
Ia mengungkapkan sekitar 49 persen permasalahan yang dihadapi pelaku UMKM adalah pemasaran, terlebih saat pandemi COVID-19 seperti sekarang.
Pemasaran secara luar jaringan menjadi terkendala sehingga beralih ke dalam jaringan.
"Pada pemasaran daring hal penting yang harus ditonjolkan adalah kemasan dari produk," katanya.
Baca juga: Dongkrak penjualan, produsen rokok perkecil kemasan
Baca juga: Kurangi air kemasan, Magelang berlakukan tumbler saat kegiatan pemerintahan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan pelatihan pengembangan kemasan produk kepada santri perwakilan dari sejumlah pondok pesantren agar lebih menarik dan mampu bersaing di pasar modern lokal maupun ekspor.
"Ini produk-produk ponpes, kami dorong lagi untuk memajukan ekonomi pesantren. Kami dari Dinkop dan UKM Provinsi Jateng berterima kasih kepada pondok-pondok pesantren yang sudah mengikuti pelatihan teknik pengemasan produk," kata Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen di Semarang, Jumat.
Selain pelatihan pengemasan produk agar lebih berkualitas, para santri juga dilatih mendesain logo produk menjadi menarik, pemberian sertifikat izin pangan industri rumah tangga (PIRT), dan komposisi produk yang tercantum rapi sehingga layak bersaing dengan produk lain.
Dengan demikian, produk-produk dari ponpes dapat bersaing di pasar tradisional, pasar modern, atau di pasar lokal maupun pasar luar negeri.
Baca juga: Dokter: Kemasan jamu jangan terkesan kuno
"Ini kemasannya sudah bagus, sudah ada sertifikat halal, izin produksinya sudah ada, tanggal kedaluwarsa sudah ada, tinggal nanti dicantumkan nomor kontaknya sehingga kalau ada orang yang mau pesan lebih mudah. Kalau makanan intip (kerak nasi) seperti ini biasanya adanya di pasar tradisional, tapi kalau sudah dikemas seperti ini bisa masuk minimarket dan supermarket," ujarnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jateng Ema Rachmawati menyebutkan, produk-produk ponpes di Jateng sangat beragam, namun selama ini kemasannya biasa-biasa saja sehingga nilai jualnya relatif rendah.
Ia mengungkapkan sekitar 49 persen permasalahan yang dihadapi pelaku UMKM adalah pemasaran, terlebih saat pandemi COVID-19 seperti sekarang.
Pemasaran secara luar jaringan menjadi terkendala sehingga beralih ke dalam jaringan.
"Pada pemasaran daring hal penting yang harus ditonjolkan adalah kemasan dari produk," katanya.
Baca juga: Dongkrak penjualan, produsen rokok perkecil kemasan
Baca juga: Kurangi air kemasan, Magelang berlakukan tumbler saat kegiatan pemerintahan