Semarang (ANTARA) - Yayasan Dharma Bakti Lestari makin optimistis usulan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional bakal diterima pemerintah menyusul tambahan enam buku sebagai bukti primer yang menceritakan jejak penguasa Jepara pada abad awal 16 tersebut.
Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat Yayasan Dharma Bakti Lestari, Prof. Ratno Lukito di Semarang, Sabtu, menyatakan pihaknya sudah 2,5 tahun melakukian riset mengenai jejak dan kiprah Ratu Kalinyamat sehingga tambahan enam buku menambah keyakinan bahwa usulan pemberian gelar pahlawan nasional bagi Ratu Kalinyamat bakal disetujui.
"Tahun pertama kami dapatkan tiga buku yang berhubungan dengan Ratu Kalinyamat dari Portugis. Akan tetapi saat itu tak cukup karena di dokumen itu tidak dijelaskan hal-hal fundamental tentang Kalinyamat kecuali hanya disebutkan wanita pemberani dan ratu dari Jepara. Tidak dijelaskan mengenai prestasi-prestasi yang diraih Kalinyamat," katanya usai diskusi pakar tentang Ratu Kalinyamat.
Oleh karena itu, saat itu pihaknya juga belum bisa menjawab pertanyaan dari pemerintah apakah Kalinyamat itu bukan mitos. Juga, apakah prestasi-prestasi Kalinyamat didukung oleh penemuan-penemuan akademik," katanya.
Untuk memperkuat bukti, pihaknya kemudian bekerja sama dengan mitra dari Universitas Lisboa dan mahasiswa Indonesia yang menempuh studi doktor di universitas tersebut.
"Dari situ dapat tambahan enam buku yang menggambarkan lebih detail Ratu Kalinyamat," katanya.
Tim Riset Ratu Kalinyamat saat ini menemukan setidaknya delapan sumber primer dari para penulis Portugal (Portugis), yakni Franscisco Pares, Diogo da Couto, Faria e Sousa, Afondo de Noronha, Martins a El Ray, Surat Raja Sebastian untuk Gubernur Noronha, Jorge de Lemos, Documentacao Para A Historia Das Missoes Do Padroado Portugues Do Orientae Insulinda Vol. 4 (1568 – 1579).
Dengan tambahan bukti primer buku tersebut, Ratno menyatakan Yayasan Dharma Bakti Lestari saat ini sudah nyaman untuk mengajukan usulan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional.
Enam buku tersebut dikatakan ditemukan di gereja-gereja karena pada saat itu kehadiran Portugis di Indonesia juga berkaitan dengan aktivitas misionaris. "Jadi, delapan buku itu secara autentik menyebutkan prestasi Ratu Kalinmayat. Di Indonesia buku-buku tersebut malah tidak ada. Ini jadi modal utama ajukan Ratu Kalinyamat sebagau pahlawan nasional ke pemerintah," katanya.
Di tempat sama, Presiden Direktur Institute for Maritime Studies Dr. Connie Rahakundini Bakrie menyatakan eksistensi Ratu Kalinyamat kala itu bukan hanya di Jepara dan sekitarnya, melainkan bisa melakukan aliansi kekuatan dengan armada lautnya hingga Aceh dan Maluku.
"Dia mampu membangun industri maritim, membangun galangan kapal dan militer," katanya.
Dalam konteks politik saat ini, katanya, kiprah Ratu Kalinyamat sejalan dengan kebijakan pemerintah Joko Widodo yang ingin membangun poros maritim. "Kami mendorong pemerintah memberi gelar Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional," katanya.
Rektor Unisnu Jepara Dr. Sa'adulah Assa'idi menyatakan dari bukti-bukti yang ada menegaskan bahwa Ratu Kalinyamat nyata. "Kalau ada yang bertanya apakah Ratu Kalinyamat itu mitos atau sejarah, itu sejarah. Ratu Kalinyamat itu penguasa sekaligus tokoh maritim," katanya.
Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat Yayasan Dharma Bakti Lestari, Prof. Ratno Lukito di Semarang, Sabtu, menyatakan pihaknya sudah 2,5 tahun melakukian riset mengenai jejak dan kiprah Ratu Kalinyamat sehingga tambahan enam buku menambah keyakinan bahwa usulan pemberian gelar pahlawan nasional bagi Ratu Kalinyamat bakal disetujui.
"Tahun pertama kami dapatkan tiga buku yang berhubungan dengan Ratu Kalinyamat dari Portugis. Akan tetapi saat itu tak cukup karena di dokumen itu tidak dijelaskan hal-hal fundamental tentang Kalinyamat kecuali hanya disebutkan wanita pemberani dan ratu dari Jepara. Tidak dijelaskan mengenai prestasi-prestasi yang diraih Kalinyamat," katanya usai diskusi pakar tentang Ratu Kalinyamat.
Oleh karena itu, saat itu pihaknya juga belum bisa menjawab pertanyaan dari pemerintah apakah Kalinyamat itu bukan mitos. Juga, apakah prestasi-prestasi Kalinyamat didukung oleh penemuan-penemuan akademik," katanya.
Untuk memperkuat bukti, pihaknya kemudian bekerja sama dengan mitra dari Universitas Lisboa dan mahasiswa Indonesia yang menempuh studi doktor di universitas tersebut.
"Dari situ dapat tambahan enam buku yang menggambarkan lebih detail Ratu Kalinyamat," katanya.
Tim Riset Ratu Kalinyamat saat ini menemukan setidaknya delapan sumber primer dari para penulis Portugal (Portugis), yakni Franscisco Pares, Diogo da Couto, Faria e Sousa, Afondo de Noronha, Martins a El Ray, Surat Raja Sebastian untuk Gubernur Noronha, Jorge de Lemos, Documentacao Para A Historia Das Missoes Do Padroado Portugues Do Orientae Insulinda Vol. 4 (1568 – 1579).
Dengan tambahan bukti primer buku tersebut, Ratno menyatakan Yayasan Dharma Bakti Lestari saat ini sudah nyaman untuk mengajukan usulan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional.
Enam buku tersebut dikatakan ditemukan di gereja-gereja karena pada saat itu kehadiran Portugis di Indonesia juga berkaitan dengan aktivitas misionaris. "Jadi, delapan buku itu secara autentik menyebutkan prestasi Ratu Kalinmayat. Di Indonesia buku-buku tersebut malah tidak ada. Ini jadi modal utama ajukan Ratu Kalinyamat sebagau pahlawan nasional ke pemerintah," katanya.
Di tempat sama, Presiden Direktur Institute for Maritime Studies Dr. Connie Rahakundini Bakrie menyatakan eksistensi Ratu Kalinyamat kala itu bukan hanya di Jepara dan sekitarnya, melainkan bisa melakukan aliansi kekuatan dengan armada lautnya hingga Aceh dan Maluku.
"Dia mampu membangun industri maritim, membangun galangan kapal dan militer," katanya.
Dalam konteks politik saat ini, katanya, kiprah Ratu Kalinyamat sejalan dengan kebijakan pemerintah Joko Widodo yang ingin membangun poros maritim. "Kami mendorong pemerintah memberi gelar Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional," katanya.
Rektor Unisnu Jepara Dr. Sa'adulah Assa'idi menyatakan dari bukti-bukti yang ada menegaskan bahwa Ratu Kalinyamat nyata. "Kalau ada yang bertanya apakah Ratu Kalinyamat itu mitos atau sejarah, itu sejarah. Ratu Kalinyamat itu penguasa sekaligus tokoh maritim," katanya.