Banyumas (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melalui Dinas Lingkungan Hidup setempat mendukung kerja sama budi daya maggot yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Berkah Soka Mandiri, Desa Sokaraja Kulon, dengan Green Prosa.

"Green Prosa telah memiliki latar belakang pengalaman dalam hal budi daya maggot," kata Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kabupaten Banyumas Wardoyo saat memberi sambutan dalam acara penandatanganan nota kerja sama antara BUMDes Berkah Soka Mandiri dan Green Prosa di Aula Balai Desa Sokaraja Kulon, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Senin.

Dalam hal ini, budi daya maggot tersebut dilakukan di Tempat Pengolaan Sampah Terpadu (TPST) Sokaraja Kulon yang dikelola BUMDes Berkah Soka Mandiri dengan memanfaatkan sampah organik.
Baca juga: BUMDes Sokaraja Kulon Banyumas gandeng Green Prosa budi dayakan maggot
Baca juga: Petani milenial Cilacap didorong budi dayakan genjer

Wardoyo mengakui selama ini pengelola TPST bisa membudidayakan maggot namun kesulitan dalam memasarkannya.

Selain itu, kata dia, volume maggot yang diproduksi TPST pun relatif kecil karena khawatir tidak terserap oleh pasar.

"Sebenarnya ada dua hal yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan sampah organik, yaitu dijadikan kompos (pupuk organik, red.) dan budi daya maggot. Akan tetapi kalau dijadikan kompos, butuh tempat yang cukup luas karena waktu proses minimal 21 hari, padahal dalam satu hari butuh tempat minimal 10 meter persegi, berarti dalam selama 21 hari butuh tempat minimal 210 meter persegi hingga dapat dipanen," katanya.

Sementara itu dalam budi daya maggot, kata dia, jika cara budi dayanya tepat, volume sampah sebesar 510 meter kubik bisa langsung diserap dalam sehari tanpa harus menunggu proses lama seperti dalam pembuatan kompos.

Wardoyo mengatakan kerja sama antara BUMDes Berkah Soka Mandiri dan Green Prosa dapat meningkatkan perekonomian masyarakat karena terciptanya rantai ekonomi.

"Kalau sampah digunakan untuk budi daya maggot dan pupuk organik kasgot (bekas budi daya maggot, red.) ini akan menarik rantai ekonomi di bidang peternakan dan perikanan untuk maggotnya, karena maggot dipakai untuk pakan ikan atau ternak. Kemudian untuk pertanian sendiri, kasgotnya dipakai bagi tanaman pertanian," katanya.

Kendati demikian, dia mengharapkan harga jual maggot maupun kasgot tidak terlalu tinggi agar bisa mempercepat peningkatan perekonomian masyarakat.

Saat ditemui usai acara, Wardoyo mengakui potensi sampah yang dihasilkan oleh sekitar 1,7 jiwa warga Kabupaten Banyumas bisa mencapai 1.000 ton per hari, sedangkan yang telah ditangani baru sekitar 600 ton per hari.

"Sisanya dapat dikatakan belum terkelola. Kalau itu di pedesaan mungkin punya lahan yang luas (untuk membuang sampah), kalau di perkotaan mungkin belum menjadi pelanggan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) pengelola sampah," katanya.

Ia mengatakan Pemkab Banyumas dalam pengelolaan sampah menargetkan 30 persen pengurangan dan 70 persen penanganan.

Berdasarkan pantauan, kata dia, target tersebut saat sekarang sudah berjalan dengan baik, khususnya dalam penanganan yang dimanfaatkan untuk budi daya maggot, pembuatan kompos, bahan pencampur aspal, dan sebagainya.

"Saat ini di Kabupaten Banyumas ada 12 TPST dan 12 PDU (Pusat Daur Ulang), itu belum termasuk fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh desa maupun yang mandiri. Tahun ini ada tambahan tiga, yakni TPST di Wlahar Wetan, PDU di Sokanegara, dan rumah kompos di Grendeng," katanya.

Baca juga: Petani Pati didorong budi dayakan umbi porang

 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024