Purwokerto (ANTARA) - Kantor Karantina Pertanian Cilacap mendorong petani milenial di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dan sekitarnya untuk membudidayakan tanaman gendot atau genjer karena banyak diminati masyarakat dari berbagai wilayah Indonesia.
"Tak butuh modal banyak untuk budidaya gendot ini, cukup siapkan semangat dan tekad yang tinggi, karena untuk menghadapi masa-masa sulit seperti ini, kita dituntut untuk kreatif dan inovatif dengan harapan pertanian Indonesia makin maju," kata Kepala Karantina Pertanian Cilacap Puji Hartono dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Dia mengatakan hal itu karena pihaknya pada 18 Mei 2020 melakukan pemeriksaan terhadap 250 gram biji gendot atau genjer yang akan dikirimkan oleh seorang pembudidaya asal Kabupaten Cilacap ke Kabupaten Kampar, Riau.
Menurut dia, pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa biji gendot tersebut bebas dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
"Biji gendot ini meskipun masuk dalam kategori komoditas yang tidak memerlukan tindakan karantina, namun Mas Rizal (pembudidaya, red.) ini tetap patuh untuk lapor karantina," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan data sistem pelaporan karantina (iQfast) menunjukkan pada tahun 2019 hanya ada 2 kali pengiriman biji ke Sumatera, sedangkan pada tahun 2020 mengalami peningkatan frekuensi pengiriman yaitu sebanyak 40 kali.
"Sejalan dengan program Badan Karantina Pertanian dalam mendukung tumbuhnya petani milenial, Karantina Pertanian menjamin keamanan produk komoditas pertanian yang dilalulintaskan," jelasnya.
Salah seorang pembudidaya gendot asal Cilacap, Rizal mengatakan usahanya yang ditekuni sejak tahun 2018 itu berawal dari keinginan untuk menjadikan gendot sebagai sayuran yang dikenal masyarakat.
Dia pun mulai tertarik untuk membudidayakannya dengan mengambil biji gendot yang sudah tua untuk dikeringkan.
Ia tidak menduga jika benih gendot yang diproduksinya berhasil tumbuh subur dan hingga kini benihnya sudah dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia.
Ternyata benih yang dia produksi berhasil tumbuh subur. Hingga kini benihnya dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia.
"Saya membuat benih gendot mulai akhir tahun 2018, saya kirimkan ke Sumatra, Nusa Tenggara Timur. dan Kalimantan. Awalnya memang belum mengenal Karantina Pertanian dan sempat ragu untuk mendatangi kantor Karantina Pertanian karena sudah terbayang alur birokrasinya, namun sekarang malah rutin mengunjungi karantina," katanya.
Baca juga: Setiaji sulap loteng jadi kebun sayuran hidroponik
Baca juga: Masa panen, harga sayuran di Solo turun
"Tak butuh modal banyak untuk budidaya gendot ini, cukup siapkan semangat dan tekad yang tinggi, karena untuk menghadapi masa-masa sulit seperti ini, kita dituntut untuk kreatif dan inovatif dengan harapan pertanian Indonesia makin maju," kata Kepala Karantina Pertanian Cilacap Puji Hartono dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Dia mengatakan hal itu karena pihaknya pada 18 Mei 2020 melakukan pemeriksaan terhadap 250 gram biji gendot atau genjer yang akan dikirimkan oleh seorang pembudidaya asal Kabupaten Cilacap ke Kabupaten Kampar, Riau.
Menurut dia, pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa biji gendot tersebut bebas dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
"Biji gendot ini meskipun masuk dalam kategori komoditas yang tidak memerlukan tindakan karantina, namun Mas Rizal (pembudidaya, red.) ini tetap patuh untuk lapor karantina," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan data sistem pelaporan karantina (iQfast) menunjukkan pada tahun 2019 hanya ada 2 kali pengiriman biji ke Sumatera, sedangkan pada tahun 2020 mengalami peningkatan frekuensi pengiriman yaitu sebanyak 40 kali.
"Sejalan dengan program Badan Karantina Pertanian dalam mendukung tumbuhnya petani milenial, Karantina Pertanian menjamin keamanan produk komoditas pertanian yang dilalulintaskan," jelasnya.
Salah seorang pembudidaya gendot asal Cilacap, Rizal mengatakan usahanya yang ditekuni sejak tahun 2018 itu berawal dari keinginan untuk menjadikan gendot sebagai sayuran yang dikenal masyarakat.
Dia pun mulai tertarik untuk membudidayakannya dengan mengambil biji gendot yang sudah tua untuk dikeringkan.
Ia tidak menduga jika benih gendot yang diproduksinya berhasil tumbuh subur dan hingga kini benihnya sudah dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia.
Ternyata benih yang dia produksi berhasil tumbuh subur. Hingga kini benihnya dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia.
"Saya membuat benih gendot mulai akhir tahun 2018, saya kirimkan ke Sumatra, Nusa Tenggara Timur. dan Kalimantan. Awalnya memang belum mengenal Karantina Pertanian dan sempat ragu untuk mendatangi kantor Karantina Pertanian karena sudah terbayang alur birokrasinya, namun sekarang malah rutin mengunjungi karantina," katanya.
Baca juga: Setiaji sulap loteng jadi kebun sayuran hidroponik
Baca juga: Masa panen, harga sayuran di Solo turun