Semarang (ANTARA) - Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC Doktor Pratama Persadha mengatakan bangsa ini harus mandiri di bidang teknologi luar angkasa, energi terbarukan, dan internet.
"Indonesia bisa fokus pada tiga hal penting ini (energi terbarukan, internet, dan teknologi luar angkasa) pada era digital sekarang ini sejak bangsa ini mampu membuat pesawat N-250 Gatotkaca pada tahun 1995," kata Pratama Persadha melalui percakapan WhatsApp kepada ANTARA di Semarang, Rabu.
Pakar keamanan siber ini lantas mencontohkan Elon Reeve Musk (tokoh bisnis, penemu, dan industrialis dari Amerika Serikat) yang membangun bisnisnya sangat sukses saat ini. Misalnya, untuk internet, Elon Musk membangun Starlink, solusi internet murah yang saat ini berjalan di AS dan Kanada.
Baca juga: Pakar sebut tingkat keamanan siber berpengaruh pada minat investor
"Tidak hanya itu, tetapi juga energi terbarukan, seperti Tesla dan Solar City. Bahkan, soal luar angkasa, dia punya Space X yang menjadi backbone Starlink," kata Pratama terkait dengan peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional setiap 10 Agustus.
Menurut Pratama, Indonesia punya potensi itu semua, mulai dari energi terbarukan dengan solar cell, apalagi negeri ini mendapatkan matahari yang cukup sepanjang tahun. Belum lagi, dengan industri nikel dan baterai untuk modal mobil listrik.
Ia mengingatkan pula bahwa bangsa ini pada posisi strategis di garis khatulistiwa yang membuat banyak keuntungan untuk satelit beredar di atasnya. Bahkan, sejak 1977 negara-negara di garis khatulistiwa sudah meminta adanya kedaulatan luar angkasa.
Pada saat ini, menurut dia, banyak satelit negara lain beroperasi di atas garis khatulistiwa dengan bebas. Oleh karena itu, perlu diperbanyak program peluncuran satelit karena kebutuhan makin meningkat, baik untuk pertahanan maupun kebutuhan ekonomi.
"Indonesia sendiri juga sudah memiliki Palapa Ring sebagai backbone (tulang punggung) internet. Hal yang wajib dimaksimalkan agar dalam beberapa tahun mendatang bisa menjadi faktor penentu penaikan ekonomi digital di Tanah Air," kata Pratama.
Baca juga: Pratama: Pengguna medsos perlu verifikasi dua langkah cegah peretasan
Dengan memaksimalkan program Palapa Ring, Pratama optimistis bangsa ini mampu membangun berbagai aplikasi lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mulai dari surat elektronik (email), media sosial, pasar daring (marketplace), aplikasi chatting, sampai solusi digital lain.
"Artinya, negara hadir memberikan stimulus berupa berbagai infrastruktur pendukung," kata pria asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.
Pada Hari Kebangkitan Teknologi 2021, lanjut dia, sebaiknya menjadi pengingat bahwa betapa pentingnya perlindungan data pribadi pada era digital saat ini.
Ia mengutarakan bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Pelindungan Data Pribadi (RUU PDP) yang belum kunjung rampung bakal memperpanjang ancaman kepada seluruh masyarakat di Tanah Air.
Oleh sebab itu, dia berharap ada banyak perbaikan perlindungan data pribadi sembari menunggu UU PDP rampung.
"Kami berharap nantinya isu keamanan siber menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam birokrasi maupun ekonomi. Kemandirian di dunia siber akan membuka jalan bagi Indonesia menjadi negara yang disegani masyarakat global," kata Pratama.
Baca juga: Pratama: Perusahaan perlu bekali pegawai "tools" keamanan untuk "WFH"
"Indonesia bisa fokus pada tiga hal penting ini (energi terbarukan, internet, dan teknologi luar angkasa) pada era digital sekarang ini sejak bangsa ini mampu membuat pesawat N-250 Gatotkaca pada tahun 1995," kata Pratama Persadha melalui percakapan WhatsApp kepada ANTARA di Semarang, Rabu.
Pakar keamanan siber ini lantas mencontohkan Elon Reeve Musk (tokoh bisnis, penemu, dan industrialis dari Amerika Serikat) yang membangun bisnisnya sangat sukses saat ini. Misalnya, untuk internet, Elon Musk membangun Starlink, solusi internet murah yang saat ini berjalan di AS dan Kanada.
Baca juga: Pakar sebut tingkat keamanan siber berpengaruh pada minat investor
"Tidak hanya itu, tetapi juga energi terbarukan, seperti Tesla dan Solar City. Bahkan, soal luar angkasa, dia punya Space X yang menjadi backbone Starlink," kata Pratama terkait dengan peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional setiap 10 Agustus.
Menurut Pratama, Indonesia punya potensi itu semua, mulai dari energi terbarukan dengan solar cell, apalagi negeri ini mendapatkan matahari yang cukup sepanjang tahun. Belum lagi, dengan industri nikel dan baterai untuk modal mobil listrik.
Ia mengingatkan pula bahwa bangsa ini pada posisi strategis di garis khatulistiwa yang membuat banyak keuntungan untuk satelit beredar di atasnya. Bahkan, sejak 1977 negara-negara di garis khatulistiwa sudah meminta adanya kedaulatan luar angkasa.
Pada saat ini, menurut dia, banyak satelit negara lain beroperasi di atas garis khatulistiwa dengan bebas. Oleh karena itu, perlu diperbanyak program peluncuran satelit karena kebutuhan makin meningkat, baik untuk pertahanan maupun kebutuhan ekonomi.
"Indonesia sendiri juga sudah memiliki Palapa Ring sebagai backbone (tulang punggung) internet. Hal yang wajib dimaksimalkan agar dalam beberapa tahun mendatang bisa menjadi faktor penentu penaikan ekonomi digital di Tanah Air," kata Pratama.
Baca juga: Pratama: Pengguna medsos perlu verifikasi dua langkah cegah peretasan
Dengan memaksimalkan program Palapa Ring, Pratama optimistis bangsa ini mampu membangun berbagai aplikasi lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mulai dari surat elektronik (email), media sosial, pasar daring (marketplace), aplikasi chatting, sampai solusi digital lain.
"Artinya, negara hadir memberikan stimulus berupa berbagai infrastruktur pendukung," kata pria asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.
Pada Hari Kebangkitan Teknologi 2021, lanjut dia, sebaiknya menjadi pengingat bahwa betapa pentingnya perlindungan data pribadi pada era digital saat ini.
Ia mengutarakan bahwa Rancangan Undang-Undang tentang Pelindungan Data Pribadi (RUU PDP) yang belum kunjung rampung bakal memperpanjang ancaman kepada seluruh masyarakat di Tanah Air.
Oleh sebab itu, dia berharap ada banyak perbaikan perlindungan data pribadi sembari menunggu UU PDP rampung.
"Kami berharap nantinya isu keamanan siber menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam birokrasi maupun ekonomi. Kemandirian di dunia siber akan membuka jalan bagi Indonesia menjadi negara yang disegani masyarakat global," kata Pratama.
Baca juga: Pratama: Perusahaan perlu bekali pegawai "tools" keamanan untuk "WFH"