Banyumas (ANTARA) - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Jawa Tengah memperkenalkan 11 varietas padi kepada petani di Desa Karangduren, Kabupaten Banyumas, melalui kegiatan demonstrasi farm (demfarm) pada lahan seluas 10 hektare milik Gabungan Kelompok Tani "Tani Maju".
"Ada 11 varietas yang kami tanam di lahan demfarm ini, baik varietas padi khusus maupun varietas padi spesifik lokasi," kata Penyuluh BPTP Jateng Sherly Sisca Piay di sela evaluasi dan panen padi pada lahan demfarm, Desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Selasa.
Dalam hal ini, kata dia, varietas padi khusus yang ditanam terdiri atas Nutri Zinc, Baroma, Pamelen, Jeliteng, dan Tarabas, sedangkan varietas padi spesifik khusus meliputi Inpari 32, Inpari 42, Inpari 43, Siliwangi, Cisaat, dan Digdaya.
Menurut dia, varietas padi khusus tersebut tergolong kaya manfaat seperti varietas Nutri Zinc yang dikembangkan untuk mendukung penanggulangan stunting (tengkes) dan varietas Jetileng yang merupakan persilangan ketan hitam dan Pandan Wangi Cianjur.
"Seluruh varietas padi ini dikembangkan oleh Balitbangtan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) Kementerian Pertanian," katanya menjelaskan.
Terkait dengan perlakuan terhadap benih, dia mengatakan pihaknya menggunakan pupuk hayati (Agrimeth) dan insektisida berbahan aktif Fipronil.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena lahan sawah yang digunakan untuk demfarm tersebut pernah dieksploitasi untuk industri bata merah, sehingga memerlukan perlakukan khusus.
"Sistem tanamnya menggunakan jajar legowo (jarwo) 2:1 dan ditanam dengan mesin transplanter. Sementara untuk pemupukannya menggunakan phonska 300 kilogram per hektare, urea 200 kilogram per hektare, dan kompos 500 kilogram per hektare, sedangkan dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman menggunakan bio protector atau pestisida nabati dan pestisida kimiawi dengan prinsip pengendalian hama terpadu," katanya.
Peneliti BPTP Jateng Forita Dyah Aryanti mengatakan berdasarkan data sementara ubinan hasil panen pada lahan demfarm di Desa Karangduren diketahui produktivitas varietas Inpari 43 dengan cara tanam jarwo 2:1 manual sebesar 7,09 ton gabah kering panen (GKP) per hektare, Inpari 32 dengan jarwo 2:1 manual sebesar 6,6 ton GKP/ha, Inpari 32 jarwo 2:1 manual 8,4 ton GKP/ha, Inpari 32 jarwo 2:1 transplanter 6,27 ton GKP/ha.
Varietas Cisaat dengan jarwo 2:1 manual sebesar 5,58 ton GKP/ha, Cisaat dengan jarwo 4:1 manual 5,6 ton GKP/ha, Inpari 42 jarwo 2:1 manual 6,5 ton GKP/ha, Inpari 42 jarwo 2:1 transplanter 7,55 ton GKP/ha, Digdaya dengan jarwo 2:1 manual 6,67 ton GKP/ha, Inpari IR Nutri Zinc jarwo 2:1 manual 8,23 ton GKP/ha, dan Siliwangi jarwo 2:1 manual 7,93 ton per hektare.
Sementara untuk varietas lainnya, belum diketahui hasil ubinannya karena belum memasuki masa panen.
"Produktivitas di setiap daerah berbeda-beda karena tergantung pada kondisi daerahnya karena selain di Banyumas, kami juga melaksanakan kegiatan demfarm di daerah lain, yakni Karanganyar, Sragen, Purworejo, dan Purbalingga. Kebetulan di sini tanahnya bekas galian bata merah, sehingga sudah tidak subur lagi, makanya kami memberi tambahan pupuk organik untuk memperbaiki kondisi lahan," kata Forita menjelaskan.
Menurut dia, kegiatan demfarm di Kabupaten Banyumas terselenggara atas kerja sama BPTP Jateng, anggota Komisi IV DPR RI Sunarna, dan Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Selain demfarm, kata dia, pihaknya juga melaksanakan beberapa kegiatan lain yang terselenggara atas kerja sama dengan anggota Komisi IV DPR RI Sunarna seperti pelatihan pembibitan di Singosari dan pemberian bantuan bibit kopi.
"Ada 11 varietas yang kami tanam di lahan demfarm ini, baik varietas padi khusus maupun varietas padi spesifik lokasi," kata Penyuluh BPTP Jateng Sherly Sisca Piay di sela evaluasi dan panen padi pada lahan demfarm, Desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Selasa.
Dalam hal ini, kata dia, varietas padi khusus yang ditanam terdiri atas Nutri Zinc, Baroma, Pamelen, Jeliteng, dan Tarabas, sedangkan varietas padi spesifik khusus meliputi Inpari 32, Inpari 42, Inpari 43, Siliwangi, Cisaat, dan Digdaya.
Menurut dia, varietas padi khusus tersebut tergolong kaya manfaat seperti varietas Nutri Zinc yang dikembangkan untuk mendukung penanggulangan stunting (tengkes) dan varietas Jetileng yang merupakan persilangan ketan hitam dan Pandan Wangi Cianjur.
"Seluruh varietas padi ini dikembangkan oleh Balitbangtan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) Kementerian Pertanian," katanya menjelaskan.
Terkait dengan perlakuan terhadap benih, dia mengatakan pihaknya menggunakan pupuk hayati (Agrimeth) dan insektisida berbahan aktif Fipronil.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena lahan sawah yang digunakan untuk demfarm tersebut pernah dieksploitasi untuk industri bata merah, sehingga memerlukan perlakukan khusus.
"Sistem tanamnya menggunakan jajar legowo (jarwo) 2:1 dan ditanam dengan mesin transplanter. Sementara untuk pemupukannya menggunakan phonska 300 kilogram per hektare, urea 200 kilogram per hektare, dan kompos 500 kilogram per hektare, sedangkan dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman menggunakan bio protector atau pestisida nabati dan pestisida kimiawi dengan prinsip pengendalian hama terpadu," katanya.
Peneliti BPTP Jateng Forita Dyah Aryanti mengatakan berdasarkan data sementara ubinan hasil panen pada lahan demfarm di Desa Karangduren diketahui produktivitas varietas Inpari 43 dengan cara tanam jarwo 2:1 manual sebesar 7,09 ton gabah kering panen (GKP) per hektare, Inpari 32 dengan jarwo 2:1 manual sebesar 6,6 ton GKP/ha, Inpari 32 jarwo 2:1 manual 8,4 ton GKP/ha, Inpari 32 jarwo 2:1 transplanter 6,27 ton GKP/ha.
Varietas Cisaat dengan jarwo 2:1 manual sebesar 5,58 ton GKP/ha, Cisaat dengan jarwo 4:1 manual 5,6 ton GKP/ha, Inpari 42 jarwo 2:1 manual 6,5 ton GKP/ha, Inpari 42 jarwo 2:1 transplanter 7,55 ton GKP/ha, Digdaya dengan jarwo 2:1 manual 6,67 ton GKP/ha, Inpari IR Nutri Zinc jarwo 2:1 manual 8,23 ton GKP/ha, dan Siliwangi jarwo 2:1 manual 7,93 ton per hektare.
Sementara untuk varietas lainnya, belum diketahui hasil ubinannya karena belum memasuki masa panen.
"Produktivitas di setiap daerah berbeda-beda karena tergantung pada kondisi daerahnya karena selain di Banyumas, kami juga melaksanakan kegiatan demfarm di daerah lain, yakni Karanganyar, Sragen, Purworejo, dan Purbalingga. Kebetulan di sini tanahnya bekas galian bata merah, sehingga sudah tidak subur lagi, makanya kami memberi tambahan pupuk organik untuk memperbaiki kondisi lahan," kata Forita menjelaskan.
Menurut dia, kegiatan demfarm di Kabupaten Banyumas terselenggara atas kerja sama BPTP Jateng, anggota Komisi IV DPR RI Sunarna, dan Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Selain demfarm, kata dia, pihaknya juga melaksanakan beberapa kegiatan lain yang terselenggara atas kerja sama dengan anggota Komisi IV DPR RI Sunarna seperti pelatihan pembibitan di Singosari dan pemberian bantuan bibit kopi.