Solo, Jateng (ANTARA) - Pemerintah menargetkan Rumah Sakit Darurat (RSD) Asrama Haji Donohudan segera beroperasi, khususnya untuk penanganan pasien COVID-19 bagi orang tanpa gejala (OTG) atau bergejala ringan hingga sedang.
"Ini tadi baru disurvei, kemungkinan dalam hitungan hari operasional dengan 'leading sector' dari Kementerian Kesehatan," kata Ketua Pelaksana Harian Satgas Penanganan COVID-19 Kota Surakarta, Jawa Tengah Ahyani di Solo, Kamis.
Ia juga berharap dengan beroperasinya rumah sakit tersebut dapat meringankan beban rumah sakit di Kota Solo yang saat ini tingkat keterisiannya sudah lebih dari 90 persen.
Baca juga: Selama PPKM Darurat, Jalan-jalan utama di Klaten disemprot disinfektan
"Dalam tata kelola Jawa Tengah kan kami sebagai rujukan pasien dari sebagian wilayah Jawa Tengah, khususnya di Solo Raya dan dari Jateng sisi timur seperti Grobogan, Blora, Pati, Kudus. Selain itu, juga ada dari Jawa Timur sisi barat," katanya.
Melihat kondisi tersebut, kata dia, saat ini kapasitas rumah sakit yang ada di Kota Solo sudah mendekati 100 persen.
"Jangan sampai beban di Solo terlalu berat. Oleh karena itu, ini dibagi dengan Donohudan sebagai RS darurat, tetapi kemungkinan khusus untuk pasien yang punya potensi kesembuhan lebih besar, seperti OTG, gejala ringan atau sedang karena kalau mereka ini ditampung di rumah sakit jadi tambah stres nanti," katanya.
Ia mengatakan jika jadi beroperasi maka RSD tersebut akan berkapasitas mendekati RSUD dr Moewardi Surakarta. Untuk saat ini Asrama Haji Donohudan sendiri masih digunakan sebagai lokasi isolasi terpusat dengan kapasitas maksimum sebanyak 872 orang.
"Tetapi setelah disurvei dengan penataan 'bed', ya... bisa dua kali lipat. Jadi harapannya ini bisa mengurangi beban Kota Solo, tidak lagi ada di level empat," katanya.
"Bahkan tadi staf ahli dari Kementerian Kesehatan mengatakan RS darurat tersebut paling operasionalnya hanya sebulan. Kalau pasien sembuh akan sangat mengurangi kepadatan yang terkonfirmasi di Kota Surakarta. Kalau peruntukannya kemungkinan dari Solo Raya dulu dan daerah lain yang terjangkau," tambahnya.
Sementara itu untuk kesiapan tenaga kesehatan di RSD tersebut akan didukung oleh pemerintah pusat.
Ahyani menambahkan dengan jumlah kasus COVID-19 di Solo dan sekitarnya yang melonjak tajam berdampak pada tenaga kesehatan yang mulai kelelahan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta dr Siti Wahyuningsih, M.Kes, M.H mengatakan saat ini perbandingan antara jumlah pasien dengan tenaga kesehatan tidak seimbang.
Bahkan, kata dia, meningkatnya "tracing" atau penelusuran kontak dan tes usap juga menjadi beban tenaga kesehatan yang ada di puskesmas.
"Oleh karena itu dibutuhkan dukungan tenaga kesehatan dari pusat untuk memenuhi kebutuhan di RS darurat, demikian Siti Wahyuningsih.
"Ini tadi baru disurvei, kemungkinan dalam hitungan hari operasional dengan 'leading sector' dari Kementerian Kesehatan," kata Ketua Pelaksana Harian Satgas Penanganan COVID-19 Kota Surakarta, Jawa Tengah Ahyani di Solo, Kamis.
Ia juga berharap dengan beroperasinya rumah sakit tersebut dapat meringankan beban rumah sakit di Kota Solo yang saat ini tingkat keterisiannya sudah lebih dari 90 persen.
Baca juga: Selama PPKM Darurat, Jalan-jalan utama di Klaten disemprot disinfektan
"Dalam tata kelola Jawa Tengah kan kami sebagai rujukan pasien dari sebagian wilayah Jawa Tengah, khususnya di Solo Raya dan dari Jateng sisi timur seperti Grobogan, Blora, Pati, Kudus. Selain itu, juga ada dari Jawa Timur sisi barat," katanya.
Melihat kondisi tersebut, kata dia, saat ini kapasitas rumah sakit yang ada di Kota Solo sudah mendekati 100 persen.
"Jangan sampai beban di Solo terlalu berat. Oleh karena itu, ini dibagi dengan Donohudan sebagai RS darurat, tetapi kemungkinan khusus untuk pasien yang punya potensi kesembuhan lebih besar, seperti OTG, gejala ringan atau sedang karena kalau mereka ini ditampung di rumah sakit jadi tambah stres nanti," katanya.
Ia mengatakan jika jadi beroperasi maka RSD tersebut akan berkapasitas mendekati RSUD dr Moewardi Surakarta. Untuk saat ini Asrama Haji Donohudan sendiri masih digunakan sebagai lokasi isolasi terpusat dengan kapasitas maksimum sebanyak 872 orang.
"Tetapi setelah disurvei dengan penataan 'bed', ya... bisa dua kali lipat. Jadi harapannya ini bisa mengurangi beban Kota Solo, tidak lagi ada di level empat," katanya.
"Bahkan tadi staf ahli dari Kementerian Kesehatan mengatakan RS darurat tersebut paling operasionalnya hanya sebulan. Kalau pasien sembuh akan sangat mengurangi kepadatan yang terkonfirmasi di Kota Surakarta. Kalau peruntukannya kemungkinan dari Solo Raya dulu dan daerah lain yang terjangkau," tambahnya.
Sementara itu untuk kesiapan tenaga kesehatan di RSD tersebut akan didukung oleh pemerintah pusat.
Ahyani menambahkan dengan jumlah kasus COVID-19 di Solo dan sekitarnya yang melonjak tajam berdampak pada tenaga kesehatan yang mulai kelelahan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta dr Siti Wahyuningsih, M.Kes, M.H mengatakan saat ini perbandingan antara jumlah pasien dengan tenaga kesehatan tidak seimbang.
Bahkan, kata dia, meningkatnya "tracing" atau penelusuran kontak dan tes usap juga menjadi beban tenaga kesehatan yang ada di puskesmas.
"Oleh karena itu dibutuhkan dukungan tenaga kesehatan dari pusat untuk memenuhi kebutuhan di RS darurat, demikian Siti Wahyuningsih.