Semarang (ANTARA) - Guru besar Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Suharyanto menawarkan konsep kolam detensi Tapal Kuda sebagai salah satu solusi pengelolaan banjir di bagian hulu yang memiliki banyak sungai berkontur berkelok.

"Kolam detensi ini skalanya lebih kecil jika di bansing bendungan. Masyarakat pun dapat ikut serta dalam pembuatan dan pengelolaannya," kata Suharyanto di Semarang, Jumat.

Ia menjelaskan kolam detensi berfungsi menahan air dalam jangka waktu tertentu sambil menunggu saat yang tepat untuk dikeluarkan kembali.

Pada saat banjir, lanjut dia, air dibelokkan ke kolam detensi, sehingga beban air yang masuk ke sungai utama berkurang.

Menurut dia, semakin banyak kolam detensi, maka beban air penyebab banjir juga dapat semakin besar berkurang.

Ia menuturkan kolam detensi efektif diterapkan di daerah hulu yang memiliki sungat berkelok-kelok.

"Beban banjir di hulu sudah berkurang, sehingga risiko banjir di hilir bisa dikurangi," kata Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Undip ini.

Metode ini, lanjut dia, sudah diujicobakan di wilayah Grobogan, di lokasi yang sulit untuk dibangun bendungan besar.

Permasalahan pengelolaan sumber daya air yang sering disebut dengan bencana hidro meteorologi, seperti banjir, kekeringan, dan tanah longsor, terus terjadi setiap tahun dan silih berganti.

Oleh karena itu, menurut dia, salah satu upaya untuk mencakup keseluruhan pilar pengelolaan sumber daya air yang dengan membangun infrastruktur tampungan yang dibangun secara partisipatif dan dalam skala mikro.

Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024