Purwokerto (ANTARA) - Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, seminar nasional dengan tema "Membumikan Nilai-nilai Pancasila dalam merawat Kebhinekaan".
Seminar yang digelar secara hibrida, baik luring maupun daring, dan dipusatkan di Aula AK Anshori UMP, Selasa (1/6), menghadirkan pembicara Prof Dr Tukiran Taniredja MM dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Prof Dr Cecep Darmawan SPd SIP SH MH MSi dari Universitas Pendidikan Indonesia, dan Dr Nasiwan MSi dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Saat memberi sambutan, Ketua Prodi PPKn UMP Dr Elly Hasan Sadeli MPd selaku Ketua prodi PPKn mengatakan kegiatan seminar yang diselenggarakan pada masa pandemi tersebut merupakan sebagai bagian kegiatan rutin Prodi PPKn.
"Peserta seminar kali ini berasal dari berbagai kalangan, mulai dari dosen, guru, pejabat pemerintah, mahasiswa, komunitas masyarakat, dan lainnya," katanya.
Menurut dia, seminar tersebut menjadikan Pancasila sebagai tema penting dalam seminar karena selain untuk memeringati Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang Pancasila juga perlu dipelihara dan dipupuk.
"Pembahasan mengenai nilai-nilai Pancasila sangat urgen sekali apalagi saat ini tantangan globalisasi dan modernisasi makin menggerogoti bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila perlu kembali diyakini secara utuh agar membumi dalam pikiran dan terbentuk menjadi karakter," katanya.
Elly juga menyinggung agar nilai-nilai gotong royong yang terkandung dalam Pancasila menjadi kekuatan utama dalam merawat segala perbedaan.
"Semoga Pancasila tidak hanya sebatas makna simbolik, namun terpantul dalam tata laku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara," katanya.
Baca juga: 98 SMP ikuti LCC Sejarah perebutkan piala bergilir Magister PIPS UMP
Dekan FKIP UMP Drs Eko Suroso MPd mengatakan kegiatan webinar tersebut sangat penting baik bagi seluruh kalangan masyarakat, baik mahasiswa maupun juga dosen.
Menurut dia, adanya persoalan yang berkembang terkait Pancasila, yaitu nilai-nilai Pancasila yang dapat dianggap masih melayang di udara yang masih sebatas konsep, hasil pemikiran-pemikiran manusia, maka sangat tepat kegiatan tersebut diselenggarakan untuk membumikan semua nilai-nilai Pancasila yang masih sebatas konsep, sehingga semua dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
"Sebagai manusia harus berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku sebagai bentuk menghormati manusia," katanya.
Saat mendapatkan kesempatan pertama untuk memaparkan materi, pembicara dari UNY Dr Nasiwan MSi mengatakan tantangan radikalisme terhadap ideologi Pancasila disebabkan open society di era globalisasi.
Dalam hal ini, kata dia, masyarakat Indonesia dari semua kalangan setiap hari terpapar oleh nilai-nilai, pemikiran, dan ideologi dari berbagai belahan dunia yang mengandung potensi radikalisme.
Menurut dia, objek yang paling rentan terpapar radikalisme di antaranya berasal dari kalangan elit politik, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Baca juga: Menko PMK minta UMP dirikan pusat rehabilitasi narkoba bagi anak-anak
"Oleh karena itu, semua objek itu harus menjadi pembela dan pendukung Pancasila dalam menangkal adanya serangan potensi radikalisme dari luar," katanya.
Pemateri kedua, Prof Cecep Darmawan mengatakan Pancasila sebagai asas pemersatu bangsa merupakan bagian dari kedudukan dan fungsi Pancasila.
Menurut dia, Indonesia adalah mozaik kebhinekaan yang penuh dengan warna warni multikultural.
Ia mengatakan nilai-nilai fundamental dari Pancasila itu kemudian mesti diturunkan atau dibumikan menjadi nilai-nilai instrumental dan praksis dalam seluruh aspek kehidupan.
"Dengan Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung arti persaudaraan bersama, kesetaraan, dan saling menghormati atas perbedaan dan kemajemukan, sehingga hal tersebut membuktikan bahwa Pancasila merupakan asas bagi persatuan dan kesatuan bangsa," katanya.
Pembicara terakhir, Prof Tukiran mengatakan kompetensi Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, serta berpandangan luas sebagai manusia intelektual.
"Selain itu, mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya, mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya, mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa guna menggalang persatuan Indonesia," katanya. *EHS
Baca juga: UMP dipercaya Kemendikbud selenggarakan Diklat Calon Kepala Sekolah
Baca juga: Dosen UMP bangga PathGen wakili Indonesia di Extreme Tech Challenge
Seminar yang digelar secara hibrida, baik luring maupun daring, dan dipusatkan di Aula AK Anshori UMP, Selasa (1/6), menghadirkan pembicara Prof Dr Tukiran Taniredja MM dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Prof Dr Cecep Darmawan SPd SIP SH MH MSi dari Universitas Pendidikan Indonesia, dan Dr Nasiwan MSi dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Saat memberi sambutan, Ketua Prodi PPKn UMP Dr Elly Hasan Sadeli MPd selaku Ketua prodi PPKn mengatakan kegiatan seminar yang diselenggarakan pada masa pandemi tersebut merupakan sebagai bagian kegiatan rutin Prodi PPKn.
"Peserta seminar kali ini berasal dari berbagai kalangan, mulai dari dosen, guru, pejabat pemerintah, mahasiswa, komunitas masyarakat, dan lainnya," katanya.
Menurut dia, seminar tersebut menjadikan Pancasila sebagai tema penting dalam seminar karena selain untuk memeringati Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang Pancasila juga perlu dipelihara dan dipupuk.
"Pembahasan mengenai nilai-nilai Pancasila sangat urgen sekali apalagi saat ini tantangan globalisasi dan modernisasi makin menggerogoti bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila perlu kembali diyakini secara utuh agar membumi dalam pikiran dan terbentuk menjadi karakter," katanya.
Elly juga menyinggung agar nilai-nilai gotong royong yang terkandung dalam Pancasila menjadi kekuatan utama dalam merawat segala perbedaan.
"Semoga Pancasila tidak hanya sebatas makna simbolik, namun terpantul dalam tata laku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara," katanya.
Baca juga: 98 SMP ikuti LCC Sejarah perebutkan piala bergilir Magister PIPS UMP
Dekan FKIP UMP Drs Eko Suroso MPd mengatakan kegiatan webinar tersebut sangat penting baik bagi seluruh kalangan masyarakat, baik mahasiswa maupun juga dosen.
Menurut dia, adanya persoalan yang berkembang terkait Pancasila, yaitu nilai-nilai Pancasila yang dapat dianggap masih melayang di udara yang masih sebatas konsep, hasil pemikiran-pemikiran manusia, maka sangat tepat kegiatan tersebut diselenggarakan untuk membumikan semua nilai-nilai Pancasila yang masih sebatas konsep, sehingga semua dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
"Sebagai manusia harus berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku sebagai bentuk menghormati manusia," katanya.
Saat mendapatkan kesempatan pertama untuk memaparkan materi, pembicara dari UNY Dr Nasiwan MSi mengatakan tantangan radikalisme terhadap ideologi Pancasila disebabkan open society di era globalisasi.
Dalam hal ini, kata dia, masyarakat Indonesia dari semua kalangan setiap hari terpapar oleh nilai-nilai, pemikiran, dan ideologi dari berbagai belahan dunia yang mengandung potensi radikalisme.
Menurut dia, objek yang paling rentan terpapar radikalisme di antaranya berasal dari kalangan elit politik, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Baca juga: Menko PMK minta UMP dirikan pusat rehabilitasi narkoba bagi anak-anak
"Oleh karena itu, semua objek itu harus menjadi pembela dan pendukung Pancasila dalam menangkal adanya serangan potensi radikalisme dari luar," katanya.
Pemateri kedua, Prof Cecep Darmawan mengatakan Pancasila sebagai asas pemersatu bangsa merupakan bagian dari kedudukan dan fungsi Pancasila.
Menurut dia, Indonesia adalah mozaik kebhinekaan yang penuh dengan warna warni multikultural.
Ia mengatakan nilai-nilai fundamental dari Pancasila itu kemudian mesti diturunkan atau dibumikan menjadi nilai-nilai instrumental dan praksis dalam seluruh aspek kehidupan.
"Dengan Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung arti persaudaraan bersama, kesetaraan, dan saling menghormati atas perbedaan dan kemajemukan, sehingga hal tersebut membuktikan bahwa Pancasila merupakan asas bagi persatuan dan kesatuan bangsa," katanya.
Pembicara terakhir, Prof Tukiran mengatakan kompetensi Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, serta berpandangan luas sebagai manusia intelektual.
"Selain itu, mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya, mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya, mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa guna menggalang persatuan Indonesia," katanya. *EHS
Baca juga: UMP dipercaya Kemendikbud selenggarakan Diklat Calon Kepala Sekolah
Baca juga: Dosen UMP bangga PathGen wakili Indonesia di Extreme Tech Challenge