Cilacap (ANTARA) - Nelayan di Kabupaten Cilacap mulai memasuki masa panen ikan seiring dengan datangnya musim angin timuran yang berlangsung di perairan selatan Jawa Tengah.

"Sudah satu minggu ini mulai banyak ikan yang bermunculan, khususnya ikan bawal putih," kata Ketua Kelompok Nelayan Pandanarang Tarmuji di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Kamis.

Kendati demikian, dia mengakui hasil tangkapan nelayan yang berangkat melaut belum maksimal karena masih awal musim angin timuran.

Baca juga: BBPBAP Jepara panen perdana ikan lele dengan budi daya sistem bioflok

Ia mengatakan setiap kali melaut, nelayan untuk sementara hanya mampu menangkap ikan bawal putih berkisar 10-20 kilogram dengan harga jual bervariasi karena mengacu pada ukuran ikannya.

"Harga bawal putih ukuran 2 ons sebesar Rp120.000 per kilogram, 3 ons sebesar Rp160.000/kg, 4-5 ons sebesar Rp190.000/kg, sedangkan ukuran lebih dari 5 ons mencapai di atas Rp200.000/kg," katanya.

Ia mengharapkan cuaca di perairan selatan Jateng tetap kondusif, sehingga makin banyak ikan yang bermunculan dan dapat ditangkap oleh nelayan.

Dengan demikian, kata dia, aktivitas lelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pandanarang yang dikelola Koperasi Unit Desa (KUD) "Mino Saroyo" Cilacap melalui Kelompok Nelayan Pandanarang kembali bergairah setelah cukup lama terkendala cuaca buruk di perairan selatan Jateng.

Disinggung mengenai kemungkinan ubur-ubur telah muncul di Pantai Teluk Penyu, Tarmuji mengatakan hingga saat ini, binatang yang termasuk dalam kelas Scyphozoa itu belum di perairan selatan Kabupaten Cilacap.

"Mungkin dalam dua bulan ke depan kalau musim kemaraunya tidak ada hujan, ubur-ubur akan muncul. Tapi kalau ada hujan selama musim kemarau, ya enggak ada ubur-ubur," katanya.

Menurut dia, kehadiran ubur-ubur akan memberikan tambahan penghasilan bagi nelayan Cilacap khususnya yang berada di Pantai Teluk Penyu karena binatang laut yang biasa disebut jelly fish itu merupakan komoditas ekspor.

Dalam hal ini, ubur-ubur yang telah dikeringkan akan dikirim ke eksportir di Jakarta yang selanjutnya diekspor ke China dan Jepang untuk diolah menjadi sejumlah komoditas seperti bahan makanan dan kosmetik.

"Dulu waktu ubur-ubur bermunculan di Pantai Teluk Penyu, satu perahu nelayan mampu membawa pulang komoditas ekspor itu berkisar 300-1.000 kilogram dengan harga jual saat itu sebesar Rp700 per kilogram," katanya.

Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo memprakirakan wilayah perairan selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta telah memasuki musim angin timuran meskipun masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang bersifat sporadis.

"Saat musim angin timuran, arah tiupan angin cenderung searah dari timur hingga tenggara, sehingga berpotensi memicu terjadinya gelombang tinggi," kata Teguh.

Kendati potensi bahayanya tidak sebesar musim angin baratan, dia mengimbau nelayan, wisatawan, maupun masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir selatan Jabar-DIY untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi.

"Meskipun potensi bahayanya tidak sebesar musim angin baratan, masyarakat tetap harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi selama musim angin timuran. Kalau musim angin baratan kaitannya dengan badai tropis, sehingga sangat berbahaya, sedangkan angin timuran itu angin yang searah dan tidak ada pusaran angin namun gelombangnya tinggi," katanya.

Baca juga: HNSI Cilacap ajak nelayan ikuti program jaminan sosial
Baca juga: Nelayan kecil di Jateng membutuhkan kemudahan akses BBM bersubsidi

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024