Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mendorong para pengrajin kulit ukiran melakukan transformasi pemasaran dengan sistem daring atau digital sebagai upaya memperluas pangsa pasar di tengah masa pandemi COVID-19.

Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Batang Subiyanto di Batang, Kamis, mengatakan bahwa pelaku UMKM merupakan bagian ujung tombak pemulihan ekonomi di masa pandemi sehingga mereka harus mempelajari berbagai aspek penjualan secara daring.

"Kami yakin UMKM akan tetap bisa bertahan, bahkan menjadi usaha kelas menengah bila mampu memanfaatkan sistem digital untuk memasarkan produknya," katanya.

Baca juga: Perajin batik didorong gunakan malam berbahan minyak sawit
Baca juga: Masa pandemi, pengrajin limbah kaleng andalkan kreativitas tetap eksis

Subiyanto mengatakan pemkab siap memberikan pelatihan grafis desing agar produk kerajinan seperti tas, sabuk, maupun sepatu agar semakin bagus dan diminati konsumen.

"Selain itu, kami juga siap membantu memfasilitasi permodalan dari perbankan agar usaha mereka tetap bertahan bahkan makin maju," katanya.

Pengrajin kulit Riswanto mengatakan pandemi COVID-19 belum mempengaruhi sepenuhnya terhadap turunnya pemesanan produk kulit ukiran seperti ikat pinggang, tas, sepatu, dan sandal.

"Pemesanan produk kerajinan masih seperti biasa, meski sedikit turun. Selama ini, kami masih mendapat pesanan kulit ukiran seperti sepatu dan ikat pinggang," katanya.

Ia mengatakan pengrajin tetap menunjukkan eksistensinya meski dampak ekonomi cukup dirasakan oleh mayoritas perajin UMKM.

Namun, kata dia, para pengrajin berusaha mencari pangsa pasar melalui daring agar produk kulit ukiran tetap diminati oleh pembeli.

"Selain dijual di tingkat lokal, kami juga mendapat pesanan dari konsumen provinsi lain seperti Papua, Kalimantan Selatan, bahkan Sulawesi Selatan, dan Jakarta," katanya.

Menurut dia, harga produk kerajinan tas kulit ukiran dibanderol Rp750 ribu hingga Rp3 juta, dompet Rp150 ribu hingga Rp370 ribu, sepatu Rp350 ribu hingga Rp600 ribu, dan sandal Rp225 ribu hingga Rp350 ribu per pasang.

"Adapun, sebagai solusi untuk mengantisipasi turunnya pemesanan produk, kami terus menggali kreativitas untuk menghasilkan model produk yang kekinian agar tetap diminati konsumen," katanya.

Baca juga: Pandemi, pengrajin kue keranjang di Solo hentikan produksi
Baca juga: Sejumlah pengrajin pisau di Kudus berhenti produksi


 

Pewarta : Kutnadi
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024