Solo (ANTARA) - Sejumlah pengrajin kue keranjang di Kota Solo menghentikan produksi akibat pandemi COVID-19 yang hingga saat ini belum usai.
"Tahun ini nggak buat dulu karena ada pandemi," kata salah satu pengrajin Kalista Putri Meidi di Solo, Selasa.
Pemilik toko Dua Naga Mas ini memilih tidak melakukan produksi karena banyak tenaga produksi berasal dari luar daerah sehingga dikhawatirkan berdampak pada penyebaran virus yang makin luas.
"Biasanya pegawai saya sampai 20 orang, tetapi memang kebanyakan dari luar kota. Kalau untuk produksinya biasanya jelang Imlek begini sampai 4 ton," katanya.
Ia mengatakan sebetulnya permintaan masih cukup banyak. Bahkan, hingga saat ini ia banyak menerima telepon dari pelanggan luar kota yang biasanya memesan di tempatnya.
"Biasanya kan pesan dulu, baru kami antar ke sana. Ini banyak yang tanya, banyak yang telepon. Tetapi ya pertimbangannya itu tadi," katanya.
Sementara itu, pengrajin lain Ratna Sari Tania mengatakan saat ini mengurangi volume produksi kue keranjang. Jika di tahun-tahun sebelumnya jelang perayaan Imlek, ia bisa memasak adonan kue keranjang hingga sepuluh kali masakan per hari, untuk saat ini hanya sekitar lima masakan/hari.
"Untuk satu masakan itu bisa 1 kuintal. Jadi tahun ini berkurang sekali," katanya.
Meski demikian, ia tidak ingin mengurangi kualitas dari kue keranjang yang diproduksinya mengingat ia memiliki banyak konsumen yang selama ini berlangganan di tempat usahanya.
"Sedikit maupun banyak pesanan tetap kami produksi. Untuk satu kali masakan waktu produksinya bisa sampai 12 jam agar gula pasir berubah warna dan jadi karamel. Kami tidak mau pakai pewarna," katanya.
Bahkan, dikatakannya, dengan cara produksi tersebut kue keranjang miliknya bisa bertahan hingga enam bulan.
Baca juga: Kue keranjang buatan puluhan siswa SD Surakarta
"Tahun ini nggak buat dulu karena ada pandemi," kata salah satu pengrajin Kalista Putri Meidi di Solo, Selasa.
Pemilik toko Dua Naga Mas ini memilih tidak melakukan produksi karena banyak tenaga produksi berasal dari luar daerah sehingga dikhawatirkan berdampak pada penyebaran virus yang makin luas.
"Biasanya pegawai saya sampai 20 orang, tetapi memang kebanyakan dari luar kota. Kalau untuk produksinya biasanya jelang Imlek begini sampai 4 ton," katanya.
Ia mengatakan sebetulnya permintaan masih cukup banyak. Bahkan, hingga saat ini ia banyak menerima telepon dari pelanggan luar kota yang biasanya memesan di tempatnya.
"Biasanya kan pesan dulu, baru kami antar ke sana. Ini banyak yang tanya, banyak yang telepon. Tetapi ya pertimbangannya itu tadi," katanya.
Sementara itu, pengrajin lain Ratna Sari Tania mengatakan saat ini mengurangi volume produksi kue keranjang. Jika di tahun-tahun sebelumnya jelang perayaan Imlek, ia bisa memasak adonan kue keranjang hingga sepuluh kali masakan per hari, untuk saat ini hanya sekitar lima masakan/hari.
"Untuk satu masakan itu bisa 1 kuintal. Jadi tahun ini berkurang sekali," katanya.
Meski demikian, ia tidak ingin mengurangi kualitas dari kue keranjang yang diproduksinya mengingat ia memiliki banyak konsumen yang selama ini berlangganan di tempat usahanya.
"Sedikit maupun banyak pesanan tetap kami produksi. Untuk satu kali masakan waktu produksinya bisa sampai 12 jam agar gula pasir berubah warna dan jadi karamel. Kami tidak mau pakai pewarna," katanya.
Bahkan, dikatakannya, dengan cara produksi tersebut kue keranjang miliknya bisa bertahan hingga enam bulan.
Baca juga: Kue keranjang buatan puluhan siswa SD Surakarta