Semarang (ANTARA) - Ratu Kalinyamat merupakan perempuan yang luar biasa dan mendahului zamannya dalam perlawanan terhadap kolonialisme.
Bentuk-bentuk perjuangan yang ditunjukkan oleh Ratu Jepara itu terungkap dalam sejumlah kajian ilmiah, yang layak sebagai dasar dukungan untuk menjadikannya sebagai pahlawan nasional.
"Seminar ini adalah bentuk pertanggungjawaban dari tim kajian Ratu Kalinyamat untuk melengkapi persyaratan administrasi sebagai pahlawan nasional, agar dapat diusulkan kepada Bupati Jepara untuk selanjutnya diusulkan kepada pemerintah pusat," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat pada sambutannya dalam Seminar Nasional bertema Penjelajahan Catatan Portugis: Rainha de Japara alias Retno Kencono alias Ratu Jepara alias Ratu Kalinyamat di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (31/3).
Dalam seminar yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12 itu dihadiri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo secara virtual, Dr. Sa'dullah Assa'idi (Rektor Unisnu Jepara), Prof. Ratno Lukito (Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat) yang memberikan kata pengantar.
Selain itu, hadir juga Dr. Connie Rahakundini Bakrie (Pengamat Bidang Militer, Pertahanan, Keamanan dan Maritim), Prof. Vitor Teixera (Profesor Catolica Universidade Portuguesa, Porto), Dr. Atang Irawan, S.H., M.Hum (Pakar Hukum Tata Negara Univ. Pasundan), Dr. Sri Margana (Dosen Sejarah UGM), Dr. Alamsyah (dosen Sejarah UNDIP), Dr. Chusnul Hayati (dosen Sejarah UNDIP) dan Dr. Widya Nayati (dosen Arkeologi UGM) sebagai narasumber.
Jadi, menurut Lestari, setelah sejumlah hasil kajian melengkapi persyaratan administrasi pengajuan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional, yang sangat menentukan adalah langkah politik dan dukungan penuh dari para pemangku kepentingan di daerah.
Dalam kajian sejarah terkait eksistensi Ratu Kalinyamat, yang juga putri Sultan Trenggono, raja Kerajaan Islam Demak di masa itu, ujar Rerie, memperlihatkan bahwa Islam memberi tempat dan peran yang luas terhadap perempuan.
Soal gender di masa Ratu Kalinyamat, tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, sudah tidak jadi masalah lagi.
Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat, Ratno Lukito, mengungkapkan saat ini timnya memiliki delapan sumber primer yang mencatat sepak terjang Rainha de Japara antara lain pada pristiwa peperangan pada tahun 1551, 1564, 1565, 1574 di Malaka dan Ambon saat menyerang keberadaan Portugis.
Dukungan sejumlah hasil kajian yang mendukung bahwa Rainha de Japara adalah Ratu Kalinyamat, menurut Ratno, memperkuat bukti ilmiah terkait eksistensi putri Sultan Trenggono itu, di Nusantara ini.
Rektor Universitas Islam Nahdatul Ulama (Unisnu) Jepara, Sa'dullah Assa'idi berpendapat, mewujudkan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional adalah perjuangan suci.
Fakta sejarah yang ada saat ini adalah salah satu bukti eksistensi yang sudah terverifikasi, ujar Sa'dullah, bahwa Ratu Kalinyamat mampu menguasai Nusantara, bahkan Asia di masa lalu. Kondisi itu, menurut dia, patut diteladani warga bangsa ini.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai masa lampau selalu aktual untuk diperbincangkan. Dalam konteks Rainha de Japara, menurut Ganjar, keberadaan manuskrip sangat penting, untuk mengungkap yang sesungguhnya.
Proses pengungkapan sejarah, seperti eksistensi Ratu Kalinyamat, jelas Ganjar, perlu waktu. Namun, ujarnya, dalam prosesnya akan mempertebal kebanggaan kita sebagai bangsa.
Tim Riset Ratu Kalinyamat, Daya Wijaya mengungkapkan di masa abad ke-16 perempuan yang melakukan aktivitas perdagangan adalah hal yang biasa.
Di masa itu, jelas Daya, Ratu Kalinyamat bukan hanya berperang untuk membela Jepara, tetapi lebih luas lagi untuk membebaskan koloni-koloni Portugis di Nusantara.
Pengamat Militer, Pertahanan, Keamanan dan Maritim Connie Rahakundini Bakrie mengungkapkan eksistensi Ratu Kalinyamat di nusantara dan Asia karena dia memiliki dukungan kekuatan militer, budaya, dan ekonomi.
Dosen Sejarah Universitas Diponegoro Chusnul Hayati mengungkapkan berdasarkan kajian terhadap sumber-sumber sejarah nusantara, Ratu Kalinyamat dan Retno Kencono adalah orang yang sama.
Dalam pandangan Profesor Vitor Teixera dari Catolica Universidade Portuguesa, Porto, Ratu Kalinyamat adalah pemimpin yang kuat dan ditakuti lawan-lawannya. Ratu Kalinyamat, menurut Vitor, juga berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa dengan menggalang aliansi dengan kesultanan Aceh dan Johor. Bahkan, menurut Vitor, Ratu Kalinyamat tergolong tokoh pertama antikolonial.
Di akhir acara, jurnalis senior Saur Hutabarat menyayangkan ketidakhadiran Bupati Jepara dalam seminar tersebut.
Padahal, jelasnya, dalam tahapan seseorang untuk menjadi pahlawan nasional, memerlukan keterlibatan bupati sebagai pemangku kepentingan di daerah untuk mengusulkan ke pemerintah pusat.***
Bentuk-bentuk perjuangan yang ditunjukkan oleh Ratu Jepara itu terungkap dalam sejumlah kajian ilmiah, yang layak sebagai dasar dukungan untuk menjadikannya sebagai pahlawan nasional.
"Seminar ini adalah bentuk pertanggungjawaban dari tim kajian Ratu Kalinyamat untuk melengkapi persyaratan administrasi sebagai pahlawan nasional, agar dapat diusulkan kepada Bupati Jepara untuk selanjutnya diusulkan kepada pemerintah pusat," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat pada sambutannya dalam Seminar Nasional bertema Penjelajahan Catatan Portugis: Rainha de Japara alias Retno Kencono alias Ratu Jepara alias Ratu Kalinyamat di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (31/3).
Dalam seminar yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12 itu dihadiri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo secara virtual, Dr. Sa'dullah Assa'idi (Rektor Unisnu Jepara), Prof. Ratno Lukito (Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat) yang memberikan kata pengantar.
Selain itu, hadir juga Dr. Connie Rahakundini Bakrie (Pengamat Bidang Militer, Pertahanan, Keamanan dan Maritim), Prof. Vitor Teixera (Profesor Catolica Universidade Portuguesa, Porto), Dr. Atang Irawan, S.H., M.Hum (Pakar Hukum Tata Negara Univ. Pasundan), Dr. Sri Margana (Dosen Sejarah UGM), Dr. Alamsyah (dosen Sejarah UNDIP), Dr. Chusnul Hayati (dosen Sejarah UNDIP) dan Dr. Widya Nayati (dosen Arkeologi UGM) sebagai narasumber.
Jadi, menurut Lestari, setelah sejumlah hasil kajian melengkapi persyaratan administrasi pengajuan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional, yang sangat menentukan adalah langkah politik dan dukungan penuh dari para pemangku kepentingan di daerah.
Dalam kajian sejarah terkait eksistensi Ratu Kalinyamat, yang juga putri Sultan Trenggono, raja Kerajaan Islam Demak di masa itu, ujar Rerie, memperlihatkan bahwa Islam memberi tempat dan peran yang luas terhadap perempuan.
Soal gender di masa Ratu Kalinyamat, tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, sudah tidak jadi masalah lagi.
Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat, Ratno Lukito, mengungkapkan saat ini timnya memiliki delapan sumber primer yang mencatat sepak terjang Rainha de Japara antara lain pada pristiwa peperangan pada tahun 1551, 1564, 1565, 1574 di Malaka dan Ambon saat menyerang keberadaan Portugis.
Dukungan sejumlah hasil kajian yang mendukung bahwa Rainha de Japara adalah Ratu Kalinyamat, menurut Ratno, memperkuat bukti ilmiah terkait eksistensi putri Sultan Trenggono itu, di Nusantara ini.
Rektor Universitas Islam Nahdatul Ulama (Unisnu) Jepara, Sa'dullah Assa'idi berpendapat, mewujudkan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional adalah perjuangan suci.
Fakta sejarah yang ada saat ini adalah salah satu bukti eksistensi yang sudah terverifikasi, ujar Sa'dullah, bahwa Ratu Kalinyamat mampu menguasai Nusantara, bahkan Asia di masa lalu. Kondisi itu, menurut dia, patut diteladani warga bangsa ini.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai masa lampau selalu aktual untuk diperbincangkan. Dalam konteks Rainha de Japara, menurut Ganjar, keberadaan manuskrip sangat penting, untuk mengungkap yang sesungguhnya.
Proses pengungkapan sejarah, seperti eksistensi Ratu Kalinyamat, jelas Ganjar, perlu waktu. Namun, ujarnya, dalam prosesnya akan mempertebal kebanggaan kita sebagai bangsa.
Tim Riset Ratu Kalinyamat, Daya Wijaya mengungkapkan di masa abad ke-16 perempuan yang melakukan aktivitas perdagangan adalah hal yang biasa.
Di masa itu, jelas Daya, Ratu Kalinyamat bukan hanya berperang untuk membela Jepara, tetapi lebih luas lagi untuk membebaskan koloni-koloni Portugis di Nusantara.
Pengamat Militer, Pertahanan, Keamanan dan Maritim Connie Rahakundini Bakrie mengungkapkan eksistensi Ratu Kalinyamat di nusantara dan Asia karena dia memiliki dukungan kekuatan militer, budaya, dan ekonomi.
Dosen Sejarah Universitas Diponegoro Chusnul Hayati mengungkapkan berdasarkan kajian terhadap sumber-sumber sejarah nusantara, Ratu Kalinyamat dan Retno Kencono adalah orang yang sama.
Dalam pandangan Profesor Vitor Teixera dari Catolica Universidade Portuguesa, Porto, Ratu Kalinyamat adalah pemimpin yang kuat dan ditakuti lawan-lawannya. Ratu Kalinyamat, menurut Vitor, juga berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa dengan menggalang aliansi dengan kesultanan Aceh dan Johor. Bahkan, menurut Vitor, Ratu Kalinyamat tergolong tokoh pertama antikolonial.
Di akhir acara, jurnalis senior Saur Hutabarat menyayangkan ketidakhadiran Bupati Jepara dalam seminar tersebut.
Padahal, jelasnya, dalam tahapan seseorang untuk menjadi pahlawan nasional, memerlukan keterlibatan bupati sebagai pemangku kepentingan di daerah untuk mengusulkan ke pemerintah pusat.***