Solo (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka bertindak tegas kepada siswa dan guru yang tidak mengikuti protokol kesehatan selama pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM).
"Tadi saya sempat berbincang dengan siswa, saya tanya apa yang sulit (dari simulasi PTM, red.), katanya yang sulit istikamah. Memang ini butuh latihan, agak galak sedikit nggak apa-apa," katanya saat meninjau kegiatan simulasi PTM di MAN 1 Surakarta di Solo, Senin.
Pada kesempatan tersebut, ia juga menitipkan pesan kepada wali kota agar bisa terus memantau seluruh sekolah di Kota Solo untuk memastikan protokol kesehatan berjalan dengan baik.
Baca juga: Sekolah tatap muka di Jateng wajib terapkan prokes ketat
"Saya titip ke wali kota agar bisa masuk ke kiri, ke kanan, ke semua sekolah dan ditegasi karena kalau tidak maka tidak akan disiplin," katanya.
Terkait dengan uji coba PTM tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tidak akan mengambil risiko untuk memastikan keselamatan guru dan siswa.
"Saya tidak akan 'gambling' (bertaruh) terkait uji coba ini agar guru nyaman, siswa nyaman. Anak-anak bisa mendukung belajar (secara tatap muka, red.) dan tidak ada penyakit yang tertular. Di sini guru-guru juga sudah divaksin, pemberian dosis kedua dilakukan minggu depan," katanya.
Ia mengatakan untuk pelaksanaan PTM di tingkat SMA rencananya dilakukan mulai pada 5 April 2021.
Sebelum itu, menurut dia, pelaksanaan PTM secara bertahap dengan melihat evaluasi yang ada.
"Simulasi PTM bertahap, kalau dari evaluasi ini berhasil maka bisa ditambah, bisa ditambah siswanya bisa ditambah sekolahnya, tetapi nanti jika situasinya belum mendukung kami tidak berani 'gambling," katanya.
Ia mengatakan sejauh ini salah satu yang dianggap aman siswa mengikuti PTM dengan diantar orang tua.
"Itu cara paling bagus, kalau dia jalan dengan angkutan umum pasti rawan. Bagaimanapun juga orang tua perlu memastikan anak-anak aman, guru juga aman," katanya.
Gibran mengatakan sejauh ini evaluasi dari simulasi PTM lebih dilakukan kepada guru, yaitu agar lebih ketat lagi mengawasi para siswa.
"Kemarin saya cek masih ada yang tidak pakai 'faceshield' (pelindung wajah). Nanti ada SOP-nya, guru yang tidak menaati akan kami tegur. Kalau semua sudah jalan maka harus mengikuti SOP," katanya.
Ia mengatakan nantinya PTM juga belum bersifat wajib, bahkan orang tua yang belum yakin dengan situasi pandemi COVID-19 tidak akan dipaksa untuk mengizinkan anak mereka mengikuti PTM.
"Kalau belum mengizinkan, belum yakin ya anak-anak bisa mengikuti dari rumah. Wajib antar jemput, tidak boleh berangkat sendiri, kecuali yang rumahnya dekat banget," katanya.
Baca juga: Tren COVID-19 melandai, Ganjar minta masyarakat tak lengah prokes
"Tadi saya sempat berbincang dengan siswa, saya tanya apa yang sulit (dari simulasi PTM, red.), katanya yang sulit istikamah. Memang ini butuh latihan, agak galak sedikit nggak apa-apa," katanya saat meninjau kegiatan simulasi PTM di MAN 1 Surakarta di Solo, Senin.
Pada kesempatan tersebut, ia juga menitipkan pesan kepada wali kota agar bisa terus memantau seluruh sekolah di Kota Solo untuk memastikan protokol kesehatan berjalan dengan baik.
Baca juga: Sekolah tatap muka di Jateng wajib terapkan prokes ketat
"Saya titip ke wali kota agar bisa masuk ke kiri, ke kanan, ke semua sekolah dan ditegasi karena kalau tidak maka tidak akan disiplin," katanya.
Terkait dengan uji coba PTM tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tidak akan mengambil risiko untuk memastikan keselamatan guru dan siswa.
"Saya tidak akan 'gambling' (bertaruh) terkait uji coba ini agar guru nyaman, siswa nyaman. Anak-anak bisa mendukung belajar (secara tatap muka, red.) dan tidak ada penyakit yang tertular. Di sini guru-guru juga sudah divaksin, pemberian dosis kedua dilakukan minggu depan," katanya.
Ia mengatakan untuk pelaksanaan PTM di tingkat SMA rencananya dilakukan mulai pada 5 April 2021.
Sebelum itu, menurut dia, pelaksanaan PTM secara bertahap dengan melihat evaluasi yang ada.
"Simulasi PTM bertahap, kalau dari evaluasi ini berhasil maka bisa ditambah, bisa ditambah siswanya bisa ditambah sekolahnya, tetapi nanti jika situasinya belum mendukung kami tidak berani 'gambling," katanya.
Ia mengatakan sejauh ini salah satu yang dianggap aman siswa mengikuti PTM dengan diantar orang tua.
"Itu cara paling bagus, kalau dia jalan dengan angkutan umum pasti rawan. Bagaimanapun juga orang tua perlu memastikan anak-anak aman, guru juga aman," katanya.
Gibran mengatakan sejauh ini evaluasi dari simulasi PTM lebih dilakukan kepada guru, yaitu agar lebih ketat lagi mengawasi para siswa.
"Kemarin saya cek masih ada yang tidak pakai 'faceshield' (pelindung wajah). Nanti ada SOP-nya, guru yang tidak menaati akan kami tegur. Kalau semua sudah jalan maka harus mengikuti SOP," katanya.
Ia mengatakan nantinya PTM juga belum bersifat wajib, bahkan orang tua yang belum yakin dengan situasi pandemi COVID-19 tidak akan dipaksa untuk mengizinkan anak mereka mengikuti PTM.
"Kalau belum mengizinkan, belum yakin ya anak-anak bisa mengikuti dari rumah. Wajib antar jemput, tidak boleh berangkat sendiri, kecuali yang rumahnya dekat banget," katanya.
Baca juga: Tren COVID-19 melandai, Ganjar minta masyarakat tak lengah prokes