Semarang (ANTARA) -
Menurut dia data yang disampaikan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito itu semakin meragukan jika menilik angka kumulatif sejak Maret 2020 hingga Jumat (26/2) ini di mana jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di Kota Surakarta sebanyak 4.862 kasus.
Baca juga: Dokter RSA UGM: Mayoritas pasien COVID-19 pulih dari anosmia
"Maka sekali lagi, angka 7.354 rasa-rasanya harus dikoreksi. Kenapa? karena kalau itu nanti disampaikan ceritanya akan beda. Nanti bikin kepanikan baru warga di sana, wah... Solo tertinggi, padahal tidak gitu lho," katanya.
Terkait dengan hal itu, ia berharap Satgas Penanganan COVID-19 lebih berhati-hati lagi dalam merilis data sebab hal ini sudah terjadi beberapa kali dan dirinya bahkan siap membantu untuk menyinkronkan data.
"Mudah-mudahan bisa menjadi koreksi bagi Prof Wiku dan teman-teman yang me-'launching' data, kalaulah perlu mengonfirmasi data kepada kami. Kami siap kok untuk membantu, maka agak berhati-hati sedikit," katanya.
Terlepas dari itu, ia meminta pada warganya untuk memantau perkembangan kasus COVID-19 Jawa Tengah di laman resmi yang dikelola Pemprov Jateng yakni corona.jatengprov.go.id.
"Sebenarnya lihat saja di corona.jatengprov.go.id karena sebenarnya itu angka yang kami perbandingkan. Ada angka yang dari pusat, ada angka yang dari kami, dan tinggal diperbandingkan saja. Nanti selisih-selisih itu bisa kita konfirmasi," demikian Ganjar Pranowo.
Baca juga: Pasien COVID-19 di Kudus yang dirawat di RS menurun
Baca juga: Pakar: Kemungkinan dua varian virus Corona bergabung bentuk varian baru
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mempertanyakan data yang digunakan Satgas Penanganan COVID-19 terkait dengan jumlah kasus aktif di Provinsi Jateng dan Kota Surakarta.
"Ini jangan-jangan beliau keliru, bahwa 7.354 itu mungkin seluruh Jawa Tengah, catatan saya yang di Solo itu hanya 278 kasus aktif sehingga tidak mungkin kasus aktif di Solo ada 7.354 kasus, sedangkan di Jateng hanya 6.881 kasus berdasarkan data di corona.jatengprov.go.id," katanya di Semarang, Jumat.
"Ini jangan-jangan beliau keliru, bahwa 7.354 itu mungkin seluruh Jawa Tengah, catatan saya yang di Solo itu hanya 278 kasus aktif sehingga tidak mungkin kasus aktif di Solo ada 7.354 kasus, sedangkan di Jateng hanya 6.881 kasus berdasarkan data di corona.jatengprov.go.id," katanya di Semarang, Jumat.
Menurut dia data yang disampaikan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito itu semakin meragukan jika menilik angka kumulatif sejak Maret 2020 hingga Jumat (26/2) ini di mana jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di Kota Surakarta sebanyak 4.862 kasus.
Baca juga: Dokter RSA UGM: Mayoritas pasien COVID-19 pulih dari anosmia
"Maka sekali lagi, angka 7.354 rasa-rasanya harus dikoreksi. Kenapa? karena kalau itu nanti disampaikan ceritanya akan beda. Nanti bikin kepanikan baru warga di sana, wah... Solo tertinggi, padahal tidak gitu lho," katanya.
Terkait dengan hal itu, ia berharap Satgas Penanganan COVID-19 lebih berhati-hati lagi dalam merilis data sebab hal ini sudah terjadi beberapa kali dan dirinya bahkan siap membantu untuk menyinkronkan data.
"Mudah-mudahan bisa menjadi koreksi bagi Prof Wiku dan teman-teman yang me-'launching' data, kalaulah perlu mengonfirmasi data kepada kami. Kami siap kok untuk membantu, maka agak berhati-hati sedikit," katanya.
Terlepas dari itu, ia meminta pada warganya untuk memantau perkembangan kasus COVID-19 Jawa Tengah di laman resmi yang dikelola Pemprov Jateng yakni corona.jatengprov.go.id.
"Sebenarnya lihat saja di corona.jatengprov.go.id karena sebenarnya itu angka yang kami perbandingkan. Ada angka yang dari pusat, ada angka yang dari kami, dan tinggal diperbandingkan saja. Nanti selisih-selisih itu bisa kita konfirmasi," demikian Ganjar Pranowo.
Baca juga: Pasien COVID-19 di Kudus yang dirawat di RS menurun
Baca juga: Pakar: Kemungkinan dua varian virus Corona bergabung bentuk varian baru