Semarang (ANTARA) -
"Kalau seperti ini bahaya pak, tolong disekat, contohnya seperti pengungsian di Merapi itu, itu bagus disekat-sekat per keluarga, sehingga potensi penularan COVID-19 bisa ditekan," kata Ganjar saat meninjau lokasi pengungsian di Aula Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, Rabu.
Selain itu, Ganjar juga meminta pengungsi disebar ke sejumlah titik karena tempat pengungsian sudah terlalu sesak. Pemkot Pekalongan juga diminta memanfaatkan gedung-gedung sekolah yang ada untuk pengungsian.
Baca juga: Genangan banjir masih tinggi, 1.600 warga Kota Pekalongan bertahan di pengungsian
Baca juga: Mensos pesan korban banjir jangan sampai telantar
"Tadi sudah sepakat dengan pak wakil wali kota, mudah-mudahan mulai besok sudah disekat-sekat agar para pengungsi ini harapannya punya satu ruang per keluarga. Kalau kurang, bisa mencari tempat lain yang terdekat, bisa gedung SD dan lainnya," ujarnya.
Menurut Ganjar, dengan penyekatan ruangan dan penyebaran pengungsi itu, maka masyarakat akan lebih nyaman, termasuk pemenuhan kebutuhan lain, seperti selimut serta alas tidur.
Selain nyaman, lanjut Ganjar, hal itu bisa mengurangi potensi penyebaran kasus COVID-19.
"Apalagi cuaca masih seperti ini, maka kita harus menyiapkan dalam waktu yang lebih. BMKG sudah mengingatkan, puncak musim hujan sampai akhir Februari, meskipun pada Maret sampai April masih terjadi curah hujan. Jadi inilah yang mesti kita respons dengan cepat," katanya.
Ganjar juga meminta Dinas Kesehatan Kota Pekalongan untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, termasuk pemeriksaan COVID-19 dan berharap jika alat pendeteksi COVID-19 GeNose dari UGM sudah dikirim ke Jateng, maka alat itu bisa dikirim ke tempat-tempat pengungsian seperti ini.
"Mudah-mudahan minggu ini atau minggu depan sudah datang, nanti saya kirim ke sini untuk pengetesan. Begitu semuanya negatif, maka lokasi ini harus dikunci dan semua pendatang dibatasi serta dipastikan sehat," ujarnya.
Disinggung terkait penanganan banjir di Kota Pekalongan, Ganjar mengatakan bahwa semua sedang berjalan secara bertahap dan dirinya sudah berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan dari hulu sampai hilir untuk mempercepat persoalan ini.
"Kami bagi tugas, khusus Kota Pekalongan ini, kita sudah buat desainnya, semua harus konsentrasi bareng-bareng. Pak wali kota menata saluran air di kotanya, saya menata sungai dan tanggul laut saya sudah bicara dengan Kementerian PUPR itu terus berjalan. Beberapa kontrak pekerjaan fisik juga masih terus dilakukan, akan saya pantau dan kawal terus agar progresnya bisa cepat," katanya.
Baca juga: Lokasi pengungsian korban banjir di Pekalongan disemprot disinfektan
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta agar ruangan yang dijadikan tempat pengungsian korban banjir di Kota Pekalongan diberi sekat untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.
"Kalau seperti ini bahaya pak, tolong disekat, contohnya seperti pengungsian di Merapi itu, itu bagus disekat-sekat per keluarga, sehingga potensi penularan COVID-19 bisa ditekan," kata Ganjar saat meninjau lokasi pengungsian di Aula Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, Rabu.
Selain itu, Ganjar juga meminta pengungsi disebar ke sejumlah titik karena tempat pengungsian sudah terlalu sesak. Pemkot Pekalongan juga diminta memanfaatkan gedung-gedung sekolah yang ada untuk pengungsian.
Baca juga: Genangan banjir masih tinggi, 1.600 warga Kota Pekalongan bertahan di pengungsian
Baca juga: Mensos pesan korban banjir jangan sampai telantar
"Tadi sudah sepakat dengan pak wakil wali kota, mudah-mudahan mulai besok sudah disekat-sekat agar para pengungsi ini harapannya punya satu ruang per keluarga. Kalau kurang, bisa mencari tempat lain yang terdekat, bisa gedung SD dan lainnya," ujarnya.
Menurut Ganjar, dengan penyekatan ruangan dan penyebaran pengungsi itu, maka masyarakat akan lebih nyaman, termasuk pemenuhan kebutuhan lain, seperti selimut serta alas tidur.
Selain nyaman, lanjut Ganjar, hal itu bisa mengurangi potensi penyebaran kasus COVID-19.
"Apalagi cuaca masih seperti ini, maka kita harus menyiapkan dalam waktu yang lebih. BMKG sudah mengingatkan, puncak musim hujan sampai akhir Februari, meskipun pada Maret sampai April masih terjadi curah hujan. Jadi inilah yang mesti kita respons dengan cepat," katanya.
Ganjar juga meminta Dinas Kesehatan Kota Pekalongan untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, termasuk pemeriksaan COVID-19 dan berharap jika alat pendeteksi COVID-19 GeNose dari UGM sudah dikirim ke Jateng, maka alat itu bisa dikirim ke tempat-tempat pengungsian seperti ini.
"Mudah-mudahan minggu ini atau minggu depan sudah datang, nanti saya kirim ke sini untuk pengetesan. Begitu semuanya negatif, maka lokasi ini harus dikunci dan semua pendatang dibatasi serta dipastikan sehat," ujarnya.
Disinggung terkait penanganan banjir di Kota Pekalongan, Ganjar mengatakan bahwa semua sedang berjalan secara bertahap dan dirinya sudah berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan dari hulu sampai hilir untuk mempercepat persoalan ini.
"Kami bagi tugas, khusus Kota Pekalongan ini, kita sudah buat desainnya, semua harus konsentrasi bareng-bareng. Pak wali kota menata saluran air di kotanya, saya menata sungai dan tanggul laut saya sudah bicara dengan Kementerian PUPR itu terus berjalan. Beberapa kontrak pekerjaan fisik juga masih terus dilakukan, akan saya pantau dan kawal terus agar progresnya bisa cepat," katanya.
Baca juga: Lokasi pengungsian korban banjir di Pekalongan disemprot disinfektan