Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus melakukan pengujian sampel air banjir di kawasan permukiman warga Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, menyusul keluhan warga karena gatal-gatal dan menimbulkan bau tak sedap serta warna air yang kehitam-hitaman.

"Kami belum bisa memastikan banjir di Desa Jati Wetan ini tercemar limbah pabrik atau tidak. Kita tunggu hasil pengujian sampel airnya di laboratorium guna memastikan benar tidaknya tercemar limbah pabrik. Jika benar ada pencemaran dari limbah pabrik tentu bisa diberikan sanksi," kata Pelaksana Tugas Bupati Kudus Hartopo di sela-sela meninjau banjir yang diduga tercemar limbah pabrik di Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Kamis.

Warga desa setempat yang ditemui, kata dia, memang mengeluhkan gatal-gatal serta airnya juga memunculkan bau tidak sedap. Dampak banjir terhadap kesehatan biasanya seputar gatal-gatal di kulit dan diare.

Bagi warga yang sumurnya tercemar dan tidak bisa dikonsumsi, BPBD Kudus siap menyuplai air bersih untuk warga sekitar. Nantinya Pemkab Kudus juga akan membangunkan Pamsimas sehingga ketika terjadi banjir warga tidak kesulitan mendapatkan air bersih untuk kepentingan air minum, memasak dan mandi serta mencuci.

Pemkab Kudus juga sudah berkoordinasi dengan beberapa pabrik di Kudus untuk selalu mengontrol limbahnya, terutama musim penghujan karena banyak terjadi genangan banjir.

"PT Pura sendiri memastikan bahwa limbahnya tidak mengalir ke pemukiman dan dipastikan tidak ada kebocoran," ujarnya.

Baca juga: Banjir terjang 16 desa di Kabupaten Kudus

Terkait permasalahan tersebut, PT Pura juga akan membantu penyedotan air banjir agar cepat surutnya.

Sementara itu, General Manajer Human Resource dan General Affair PT Pura Agung Subani mengakui perusahaan sudah melakukan investigasi dari hulu dan hilir. Kondisinya memang baik dan tidak ada permasalahan karena membuangnya ke Sungai Wulan.

Dalam pengontrolan limbahnya, kata dia, juga melibatkan pemerintah kabupaten setempat dan saluran masih berfungsi dengan baik karena menggunakan pipa. Untuk warna limbahnya juga cenderung berwarna putih, bukan hitam.

"Saat ke luar dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) limbahnya tidak menimbulkan bau. Kami juga akan mengikuti prosedur pemkab untuk memantau titik rawan jaringan IPAL perusahaan," ujarnya.

PT Pura juga tidak menutup mata atas kejadian di Dukuh Gendok, Desa Jati Wetan ini. Perusahaan segera menerjunkan mobil pemadam untuk mengambil air di tengah kampung agar genangan banjirnya bisa berkurang.

Sementara warga yang mengeluhkan gatal-gatal dan diare, kata dia, perusahaan juga akan membantu menyediakan obat-obatan serta membantu sembako.

Purnomo, salah seorang warga Desa Jati Wetan mengakui air banjir tercemar limbah pabrik baru kali ini karena sebelumnya belum pernah. Selain menimbulkan bau tidak sedap juga mengakibatkan gatal-gatal di kulit serta sumurnya juga tercemar.

"Beruntung rumah saya tidak tergenang banjir sehingga di rumah masih aman. Hanya jalan di perkampungan saja yang tergenang banjir," ujarnya.

Baca juga: Kudus gagas bangun dua embung untuk reduksi banjir
Baca juga: Warga terdampak banjir di Kudus belum mau mengungsi
Baca juga: 350-an keluarga terisolasi akibat banjir di Kudus

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024