Kudus (ANTARA) - Bisnis kuliner di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, terus bergeliat di tengah masa pandemi COVID-19 karena banyak bermunculan usaha baru di bidang kuliner dengan berbagai konsep untuk menarik minat pengunjung.
Salah satu bisnis kuliner yang tengah naik daun di Kabupaten Kudus, yakni getuk goreng yang menjadi camilan khas Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Kebetulan desa tersebut merupakan jalur utama para wisatawan menuju kawasan objek wisata Colo, Kecamatan Dawe.
"Bisnis kuliner getuk goreng di Desa Kajar memang tumbuh subur justru di tengah masa pandemi COVID-19. Bahkan saat ini tercatat sudah ada 36 tempat usaha yang menjajakan menu andalan getuk goreng dengan aneka rasa," kata Kepala Desa Kajar Bambang ST di Kudus, Kamis.
Padahal, kata dia, awalnya bisnis kuliner getuk goreng tidak ada daya tariknya sehingga yang berjualan sebelumnya hanya bisa dihitung dengan jari. Warung yang menjual juga masih sebatas warung makan berukuran kecil.
Baca juga: Begini cara bikin piza dari mi instan
Seiring berkembangnya waktu dan upaya promosi dari Pemkab Kudus melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisatanya untuk mengangkat semua potensi daerah, salah satunya di jalur wisata Colo dengan mengangkap getuk goreng, kini menjadi daya tarik investasi tersendiri.
"Terbukti yang menanamkan investasinya untuk mendirikan cafe maupun tempat usaha kuliner di sepanjang Jalan Raya Kajar-Colo tidak hanya didominasi masyarakat lokal, melainkan ada warga luar daerah yang ikut berinvestasi membuat kuliner getuk goreng sebagai menu andalan," ujarnya.
Konsep cafe yang ditawarkan juga beragam, mulai dari bentuk cafe pada umumnya hingga ada yang membuat gazebo kecil-kecil untuk memanjakan pengunjungnya menikmati sajian getuk goreng. Jika sebelumnya hanya dikenal getuk goreng rasa original, gula merah dan gula putih, urap kelapa muda, kini bertambah menjadi rasa cokelat, alpukat, dan getuk goreng krispi.
Kamisan, pemilik pondok getuk coklat Pak San di Desa Kajar mengakui memulai usaha getuk goreng sejak tahun 2015 dengan jumlah gazebo tiga buah. Kemudian, banyaknya pengunjung gazebonya bertambah menjadi 35 buah.
Baca juga: Pandemi COVID-19, pengusaha kuliner di Semarang mulai merugi
Adanya pandemi COVID-19, diakui sempat memunculkan kekhawatiran usahanya bakal tutup karena banyak warga yang tidak berani ke luar rumah. Ternyata setelah memunculkan berbagai inovasi dari rasa getuk goreng dan testimoni pelanggan yang menganggap cita rasa getuknya cukup enak, akhirnya tanpa harus promosi sudah dipromosikan pelanggan.
"Alhamdulillah, di tengah pandemi pelanggannya masih banyak yang berdatangan, meskipun belum sebanyak sebelum masa pandemi," ujarnya.
Menurut dia kunci bisa menarik pelanggannya di tengah masa pandemi mau kembali, selain kualitas rasa getuknya yang tetap dipertahankan juga pelayanan terhadap pelanggan. Menu makanan juga diperbanyak dari sebelumnya hanya menjual getuk goreng dengan beberapa aneka rasa, kini ditambah menu baru getuk goreng saus alpukat dengan topping strawberry, cokelat dan taro.
Jumlah pengunjung setiap harinya, kata dia, berkisar 100-an orang lebih, sedangkan bahan ketela yang dibutuhkan setiap harinya bisa mencapai 1 kuintal.
Salah satu bisnis kuliner yang tengah naik daun di Kabupaten Kudus, yakni getuk goreng yang menjadi camilan khas Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Kebetulan desa tersebut merupakan jalur utama para wisatawan menuju kawasan objek wisata Colo, Kecamatan Dawe.
"Bisnis kuliner getuk goreng di Desa Kajar memang tumbuh subur justru di tengah masa pandemi COVID-19. Bahkan saat ini tercatat sudah ada 36 tempat usaha yang menjajakan menu andalan getuk goreng dengan aneka rasa," kata Kepala Desa Kajar Bambang ST di Kudus, Kamis.
Padahal, kata dia, awalnya bisnis kuliner getuk goreng tidak ada daya tariknya sehingga yang berjualan sebelumnya hanya bisa dihitung dengan jari. Warung yang menjual juga masih sebatas warung makan berukuran kecil.
Baca juga: Begini cara bikin piza dari mi instan
Seiring berkembangnya waktu dan upaya promosi dari Pemkab Kudus melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisatanya untuk mengangkat semua potensi daerah, salah satunya di jalur wisata Colo dengan mengangkap getuk goreng, kini menjadi daya tarik investasi tersendiri.
"Terbukti yang menanamkan investasinya untuk mendirikan cafe maupun tempat usaha kuliner di sepanjang Jalan Raya Kajar-Colo tidak hanya didominasi masyarakat lokal, melainkan ada warga luar daerah yang ikut berinvestasi membuat kuliner getuk goreng sebagai menu andalan," ujarnya.
Konsep cafe yang ditawarkan juga beragam, mulai dari bentuk cafe pada umumnya hingga ada yang membuat gazebo kecil-kecil untuk memanjakan pengunjungnya menikmati sajian getuk goreng. Jika sebelumnya hanya dikenal getuk goreng rasa original, gula merah dan gula putih, urap kelapa muda, kini bertambah menjadi rasa cokelat, alpukat, dan getuk goreng krispi.
Kamisan, pemilik pondok getuk coklat Pak San di Desa Kajar mengakui memulai usaha getuk goreng sejak tahun 2015 dengan jumlah gazebo tiga buah. Kemudian, banyaknya pengunjung gazebonya bertambah menjadi 35 buah.
Baca juga: Pandemi COVID-19, pengusaha kuliner di Semarang mulai merugi
Adanya pandemi COVID-19, diakui sempat memunculkan kekhawatiran usahanya bakal tutup karena banyak warga yang tidak berani ke luar rumah. Ternyata setelah memunculkan berbagai inovasi dari rasa getuk goreng dan testimoni pelanggan yang menganggap cita rasa getuknya cukup enak, akhirnya tanpa harus promosi sudah dipromosikan pelanggan.
"Alhamdulillah, di tengah pandemi pelanggannya masih banyak yang berdatangan, meskipun belum sebanyak sebelum masa pandemi," ujarnya.
Menurut dia kunci bisa menarik pelanggannya di tengah masa pandemi mau kembali, selain kualitas rasa getuknya yang tetap dipertahankan juga pelayanan terhadap pelanggan. Menu makanan juga diperbanyak dari sebelumnya hanya menjual getuk goreng dengan beberapa aneka rasa, kini ditambah menu baru getuk goreng saus alpukat dengan topping strawberry, cokelat dan taro.
Jumlah pengunjung setiap harinya, kata dia, berkisar 100-an orang lebih, sedangkan bahan ketela yang dibutuhkan setiap harinya bisa mencapai 1 kuintal.