Solo (ANTARA) - Pemerintah mendorong peran sektor pertanian selama pandemi COVID-19 salah satunya dari sisi pemenuhan kebutuhan pangan untuk masyarakat.
"Tujuan pembangunan pertanian salah satunya pemenuhan kebutuhan pangan 267 juta jiwa rakyat Indonesia," kata Kepala Bidang Kelembagaan dan Ketenagaan Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian I Wayan Ediana pada webinar "Penguatan Penyuluhan dan SDM Pertanian di era Pandemi COVID-19" di Solo, Jumat.
Selain itu, dikatakannya, tujuan pembangunan sektor pertanian juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan ekspor. Ia mengatakan peran pertanian di era pandemi COVID-19 menjadi sangat strategis karena menyumbang kontribusi tertinggi bagi APBN.
"Dengan demikian diperlukan sebuah usaha dalam menjamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil pertanian," katanya.
Selain itu, menurut dia peran penyuluh pertanian di era pandemi COVID-19 juga sangat penting, salah satunya mendukung ketersediaan pangan.
"Selain itu juga mendorong petani tetap berproduksi, inovatif dalam pengembangan layanan 'e-commerce' dan pemanfaatan alsintan (alat dan mesin budidaya tanaman)," katanya.
Baca juga: Dorong modernisasi pertanian di Cilacap, anggota DPR serahkan bantuan alsintan
Menurut dia, untuk strategi yang diterapkan bisa dengan menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan, melakukan sosialisasi bagi petani, serta menerapkan penyuluhan dengan sistem daring.
"Strategi lain yakni bekerja sama dengan 'e-commerce' dan mendorong motivasi petani untuk terus memproduksi pangan lokal yang sehat," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Dosen Penyuluhan Pertanian Indonesia Sunarru Samsi Hariadi mengatakan pentingnya sebuah paradigma pertanian yang modern, berkarakter kuat, serta berjiwa kewirausahaan yang tidak terpengaruh usia.
Selain itu, menurut dia penting pula menguatkan peran pemuda untuk menjadi petani.
"Pentingnya regenerasi petani melihat fakta bahwa dari tahun ke tahun jumlah angkatan kerja pertanian terus mengalami penyusutan. Kalkulasi penurunan petani berkisar antara 500.000-700.000 petani/tahun, angka ini jelas memprihatinkan mengingat upaya Indonesia menjadi lumbung pangan pada tahun 2045," katanya.
Melihat kondisi tersebut, dikatakannya, regenerasi petani sangat penting dilakukan dengan sasaran utamanya adalah kaum milenial.
"Paradigma bahwa petani identik dengan kemiskinan dan kotor harus bersama-sama diubah oleh siapapun, termasuk perguruan tinggi karena disitulah lumbung pemuda. Kekuatan pemuda yang melek teknologi menjadi peluang dalam beragam inovasi yang bisa diterapkan agar terciptanya kinerja yang efektif dan efisien," katanya.
Baca juga: Jokowi ingin tahu tempe tak jadi masalah lagi
Baca juga: Bisnis bibit pertanian dorong dinamika ekonomi desa
"Tujuan pembangunan pertanian salah satunya pemenuhan kebutuhan pangan 267 juta jiwa rakyat Indonesia," kata Kepala Bidang Kelembagaan dan Ketenagaan Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian I Wayan Ediana pada webinar "Penguatan Penyuluhan dan SDM Pertanian di era Pandemi COVID-19" di Solo, Jumat.
Selain itu, dikatakannya, tujuan pembangunan sektor pertanian juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan ekspor. Ia mengatakan peran pertanian di era pandemi COVID-19 menjadi sangat strategis karena menyumbang kontribusi tertinggi bagi APBN.
"Dengan demikian diperlukan sebuah usaha dalam menjamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil pertanian," katanya.
Selain itu, menurut dia peran penyuluh pertanian di era pandemi COVID-19 juga sangat penting, salah satunya mendukung ketersediaan pangan.
"Selain itu juga mendorong petani tetap berproduksi, inovatif dalam pengembangan layanan 'e-commerce' dan pemanfaatan alsintan (alat dan mesin budidaya tanaman)," katanya.
Baca juga: Dorong modernisasi pertanian di Cilacap, anggota DPR serahkan bantuan alsintan
Menurut dia, untuk strategi yang diterapkan bisa dengan menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan, melakukan sosialisasi bagi petani, serta menerapkan penyuluhan dengan sistem daring.
"Strategi lain yakni bekerja sama dengan 'e-commerce' dan mendorong motivasi petani untuk terus memproduksi pangan lokal yang sehat," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Dosen Penyuluhan Pertanian Indonesia Sunarru Samsi Hariadi mengatakan pentingnya sebuah paradigma pertanian yang modern, berkarakter kuat, serta berjiwa kewirausahaan yang tidak terpengaruh usia.
Selain itu, menurut dia penting pula menguatkan peran pemuda untuk menjadi petani.
"Pentingnya regenerasi petani melihat fakta bahwa dari tahun ke tahun jumlah angkatan kerja pertanian terus mengalami penyusutan. Kalkulasi penurunan petani berkisar antara 500.000-700.000 petani/tahun, angka ini jelas memprihatinkan mengingat upaya Indonesia menjadi lumbung pangan pada tahun 2045," katanya.
Melihat kondisi tersebut, dikatakannya, regenerasi petani sangat penting dilakukan dengan sasaran utamanya adalah kaum milenial.
"Paradigma bahwa petani identik dengan kemiskinan dan kotor harus bersama-sama diubah oleh siapapun, termasuk perguruan tinggi karena disitulah lumbung pemuda. Kekuatan pemuda yang melek teknologi menjadi peluang dalam beragam inovasi yang bisa diterapkan agar terciptanya kinerja yang efektif dan efisien," katanya.
Baca juga: Jokowi ingin tahu tempe tak jadi masalah lagi
Baca juga: Bisnis bibit pertanian dorong dinamika ekonomi desa