Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, siap membantu mengupayakan bantuan benih untuk tanaman padi petani yang puso akibat tergenang banjir, menyusul adanya puluhan hektare tanaman padi yang tergenang banjir.

"Jika ada yang puso, akan kami usulkan kepada Kementerian Pertanian untuk mendapatkan bantuan benih," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kudus Dewi Masitoh di Kudus, Senin.

Adapun jumlah tanaman padi yang tergenang banjir di Kabupaten Kudus, kata dia, saat ini totalnya 176,5 hektare yang tersebar di dua kecamatan dengan usia tanaman bervariasi.

Kedua kecamatan tersebut, yakni Kecamatan Jati tercatat hanya 1,5 hektare, sedangkan di Kecamatan Kaliwungu tercatat seluas 176,5 hektare yang tersebar di enam desa. Meliputi Desa Prambatan Lor, Blimbing Kidul, Setrokalangan, Garung Kidul, Kedungdowo, dan Banget.

Hingga kini, kata dia, Dinas Pertanian belum menerima informasi adanya tanaman padi yang puso akibat terendam banjir yang terjadi sejak akhir pekan sebelumnya.

"Sebagian besar tanaman padi yang terdampak banjir juga sudah terdaftar program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang memberikan jaminan atas lahan garapan petani ketika dilanda banjir atau serangan hama," ujarnya.

Baca juga: Temanggung gelontorkan Rp464 juta pembelian benih padi untuk petani

Bagi petani yang belum mendaftarkan lahan tanaman padinya melalui program AUTP, kata dia, tidak perlu khawatir karena akan diajukan bantuan ke pusat untuk mendapatkan bantuan benih.

Camat Kaliwungu Satria Agus Himawan membenarkan memang di Kecamatan Kaliwungu terdapat puluhan tanaman padi yang terendam banjir yang tersebar di lima desa dengan luas tanaman bervariasi.

Kepala Desa Setrokalangan Didik Handono mengungkapkan di desanya memang banyak areal sawah yang tergenang banjir dengan total mencapai 35 hektare. Tergenang banjir sejak tanggal 2 Januari 2020.

"Mayoritas tanaman padi yang tergenang banjir memasuki masa pembuahan. Jika banjir belum surut, maka banyak tanaman padi yang puso," ujarnya.

Untuk potensi kerugiannya disesuaikan dengan usia tanaman, karena usia kurang dari 60 hari kerugian per hektarenya ditaksir mencapai Rp7,5 juta, sedangkan usia tanaman lebih dari 60 hari potensi kerugiannya bisa mencapai Rp15 juta. 

Baca juga: Dukung ketahanan pangan, Temanggung bantu benih padi petani
Baca juga: Disperpa Kota Magelang tebar bibit nila di demplot mina padi

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024