Solo (ANTARA) - Klaster keluarga mendominasi penambahan kasus COVID-19 di Kota Solo, Jawa Tengah, yang pada Minggu (15/11) bertambah sebanyak 106 kasus.
"Mayoritas ini klaster keluarga, yang berasal dari suspek ada 19 kasus. Dari total ini ada yang kiriman Puskesmas dan ada yang langsung ke rumah sakit," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih di Solo, Senin.
Selain itu, dikatakannya, ada enam kasus yang berasal dari tes usap mandiri dan 81 kasus merupakan hasil tracing atau penelusuran dari kasus sebelumnya.
"Kalau klaster keluarga ini berarti penularannya dari keluarga, ada satu yang positif dan terkonfirmasi akhirnya kami melakukan tracing terstruktur. Di situ ada kontak erat dan kontak dekat, selanjutnya ada tambahan dari tetangga atau rekan kerja," katanya.
Dengan pola penularan tersebut, artinya sudah ada kasus penularan antarkomunitas. Oleh karena itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat terus berhati-hati dan menerapkan protokol kesehatan.
Baca juga: Jumlah kasus COVID-19 di Solo dan Klaten bertambah
Baca juga: Cegah COVID-19, polisi sosialisasi protokol kesehatan di tempat publik Solo
"Akhir-akhir ini hampir seluruhnya punya 'ekor' (menularkan ke orang lain), paling tidak satu. Dari total 106 kemarin paling banyak bawa 'ekor' 10. Ada yang dirawat di rumah sakit, ada yang isolasi mandiri," katanya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan screening atau penyaringan dari kelompok berisiko, di antaranya lansia, penderita hipertensi, dan diabetes mellitus (DM).
"Dari situ kami lacak ternyata ada penambahan lagi," katanya.
Sementara itu, meski jumlah kasus positif COVID-19 terus bertambah, pihaknya berharap agar masyarakat yang tinggal di sekitar pasien tidak membuat panik.
"Kalau ada yang positif ya jangan 'mbingungi' (kebingungan sendiri). Kalau memang ada tetangga yang positif ya harus di-support (diberi dukungan), jogo tonggo dijalankan," katanya.
"Mayoritas ini klaster keluarga, yang berasal dari suspek ada 19 kasus. Dari total ini ada yang kiriman Puskesmas dan ada yang langsung ke rumah sakit," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih di Solo, Senin.
Selain itu, dikatakannya, ada enam kasus yang berasal dari tes usap mandiri dan 81 kasus merupakan hasil tracing atau penelusuran dari kasus sebelumnya.
"Kalau klaster keluarga ini berarti penularannya dari keluarga, ada satu yang positif dan terkonfirmasi akhirnya kami melakukan tracing terstruktur. Di situ ada kontak erat dan kontak dekat, selanjutnya ada tambahan dari tetangga atau rekan kerja," katanya.
Dengan pola penularan tersebut, artinya sudah ada kasus penularan antarkomunitas. Oleh karena itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat terus berhati-hati dan menerapkan protokol kesehatan.
Baca juga: Jumlah kasus COVID-19 di Solo dan Klaten bertambah
Baca juga: Cegah COVID-19, polisi sosialisasi protokol kesehatan di tempat publik Solo
"Akhir-akhir ini hampir seluruhnya punya 'ekor' (menularkan ke orang lain), paling tidak satu. Dari total 106 kemarin paling banyak bawa 'ekor' 10. Ada yang dirawat di rumah sakit, ada yang isolasi mandiri," katanya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan screening atau penyaringan dari kelompok berisiko, di antaranya lansia, penderita hipertensi, dan diabetes mellitus (DM).
"Dari situ kami lacak ternyata ada penambahan lagi," katanya.
Sementara itu, meski jumlah kasus positif COVID-19 terus bertambah, pihaknya berharap agar masyarakat yang tinggal di sekitar pasien tidak membuat panik.
"Kalau ada yang positif ya jangan 'mbingungi' (kebingungan sendiri). Kalau memang ada tetangga yang positif ya harus di-support (diberi dukungan), jogo tonggo dijalankan," katanya.