Jakarta (ANTARA) - Konsultan UNICEF Risang Rimbatmaja mengatakan survei yang dilakukan organisasi tersebut bersama Nielsen terkait hal-hal apa saja yang dipikirkan masyarakat saat mendengar kata COVID-19 menunjukkan tidak ada satu responden pun yang menjawab cuci tangan pakai sabun.
"Yang menarik di kelompok pelaku pencegahan, di antara 2.000 responden tidak ada yang mengatakan cuci tangan pakai sabun terkait perubahan perilaku mengacu pada protokol kesehatan," kata dia saat diskusi daring dengan tema keterlibatan masyarakat dalam respon pandemi COVID-19 yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Ia menduga tidak satu pun responden yang menjawab soal cuci tangan pakai sabun bisa jadi dikarenakan kampanye besar-besaran terkait 3M yakni mencuci tangan pakai sabun pada air mengalir, menjaga jarak dan memakai masker baru dilakukan setelah survei itu tersebut.
Baca juga: Ganjar: Protokol kesehatan harus diterapkan di pengungsian banjir Banyumas
Survei yang dilakukan UNICEF bekerja sama dengan Nielsen pada Agustus 2020 tersebut mengambil enam kota besar yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar.
Survei menyasar warga rentang usia 15 hingga 65 tahun dengan status ekonomi dan sosial secara acak. Dalam survei tersebut, penanya menanyakan bila mendengar kata virus corona atau COVID-19, apa yang muncul dalam pikiran masyarakat.
Pada survei itu juga ditemukan 70 persen responden menjawab terkait ketakutan atau perspektif negatif dari COVID-19 di antaranya bahaya, menular, mematikan dan lain sebagainya.
Kemudian, sekitar 15 persen responden menjawab kata-kata virus dan bakteria ketika ditanya apa yang dipikirkan bila mendengarkan virus corona atau COVID-19.
"Hanya delapan persen yang menjawab terkait perilaku pencegahan misalnya handsanitizer, jaga jarak, masker dan lain sebagainya," ujar dia.
Baca juga: Cegah COVID-19, polisi sosialisasi protokol kesehatan di tempat publik Solo
Dengan hasil tersebut terutama terkait tidak satu pun responden menjawab mencuci tangan pakai sabun, bisa menimbulkan interpretasi yang beragam. Sebab, jika menginginkan masyarakat taat protokol kesehatan maka pekerjaan semua pihak masih cukup berat.
Secara umum, tujuan dari survei tersebut yakni mengetahui pengetahuan, sikap dan praktik warga dalam mencegah COVID-19.
"Yang menarik di kelompok pelaku pencegahan, di antara 2.000 responden tidak ada yang mengatakan cuci tangan pakai sabun terkait perubahan perilaku mengacu pada protokol kesehatan," kata dia saat diskusi daring dengan tema keterlibatan masyarakat dalam respon pandemi COVID-19 yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Ia menduga tidak satu pun responden yang menjawab soal cuci tangan pakai sabun bisa jadi dikarenakan kampanye besar-besaran terkait 3M yakni mencuci tangan pakai sabun pada air mengalir, menjaga jarak dan memakai masker baru dilakukan setelah survei itu tersebut.
Baca juga: Ganjar: Protokol kesehatan harus diterapkan di pengungsian banjir Banyumas
Survei yang dilakukan UNICEF bekerja sama dengan Nielsen pada Agustus 2020 tersebut mengambil enam kota besar yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar.
Survei menyasar warga rentang usia 15 hingga 65 tahun dengan status ekonomi dan sosial secara acak. Dalam survei tersebut, penanya menanyakan bila mendengar kata virus corona atau COVID-19, apa yang muncul dalam pikiran masyarakat.
Pada survei itu juga ditemukan 70 persen responden menjawab terkait ketakutan atau perspektif negatif dari COVID-19 di antaranya bahaya, menular, mematikan dan lain sebagainya.
Kemudian, sekitar 15 persen responden menjawab kata-kata virus dan bakteria ketika ditanya apa yang dipikirkan bila mendengarkan virus corona atau COVID-19.
"Hanya delapan persen yang menjawab terkait perilaku pencegahan misalnya handsanitizer, jaga jarak, masker dan lain sebagainya," ujar dia.
Baca juga: Cegah COVID-19, polisi sosialisasi protokol kesehatan di tempat publik Solo
Dengan hasil tersebut terutama terkait tidak satu pun responden menjawab mencuci tangan pakai sabun, bisa menimbulkan interpretasi yang beragam. Sebab, jika menginginkan masyarakat taat protokol kesehatan maka pekerjaan semua pihak masih cukup berat.
Secara umum, tujuan dari survei tersebut yakni mengetahui pengetahuan, sikap dan praktik warga dalam mencegah COVID-19.