Solo (ANTARA) - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mendorong masyarakat mengembangkan produk daur ulang untuk menjawab isu seputar "go green" atau ramah lingkungan.

"Isu-isu seputar 'go green' yang masih bergaung hingga sekarang membuat produk-produk dari daur ulang bahan bekas ini makin diminati," kata Ketua Tim Pengabdian dari Kelompok Penelitian HGR Pengkajian Seni Program Studi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) UNS Nooryan Bahari di Solo, Kamis.

Ia mengatakan produk dari hasil daur ulang kertas bekas bukan merupakan barang baru di Indonesia. Menurut dia, sejak tahun 2000 produk tersebut sudah mulai dikenal masyarakat, bahkan sempat populer karena keunikannya.

"Biasanya produk-produk dari daur ulang bahan bekas dijadikan suvenir dalam berbagai acara pernikahan dan ulang tahun," katanya.

Terkait hal itu, dikatakannya, saat ini peluang untuk mengembangkannya masih terbuka lebar, apalagi produk buatan tangan sifatnya jauh lebih eksklusif dan bisa dikembangkan oleh setiap orang sesuai dengan karakter masing-masing.

"Berbeda dengan buatan mesin pabrik yang cenderung masal," katanya.

Terkait hal itu, saat ini ia bersama kelompoknya sedang menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat berjudul "Implementasi Karya Seni Berbahan Sampah Kertas dan Sampah Tanaman di Dusun Pelemsewu, Bantul, Yogyakarta".

Ia mengatakan untuk materi yang diberikan mulai dari pengolahan sampah kertas untuk didaur ulang menjadi lembaran kertas baru yang bernilai seni dan membuat lempung kertas yang nantinya diwujudkan karya 3 dimensional.

"Kegiatan yang kami laksanakan ini melalui metode 'focus group discussion', penyuluhan, praktik pengolahan sampah kertas dan sampah tanaman menjadi karya seni rupa, pendampingan, serta evaluasi kegiatan setiap minggunya," katanya.

Pihaknya berharap dengan pengembangan produk daur ulang tersebut masyarakat setempat bisa memperoleh hasil tambahan dan dapat mandiri secara ekonomi dengan ketrampilan ekonomi kreatif tersebut.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024