Cilacap (ANTARA) - Mernek merupakan salah satu desa di Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang memiliki jumlah penduduk sekitar 6.000 jiwa dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

Kendati demikian, arus urbanisasi yang dilakukan warga Desa Mernek untuk bekerja di berbagai kota maupun berangkat ke luar negeri sebagai pekerja migran Indonesia tergolong besar.

Oleh karena itulah, Pemerintah Desa Mernek menyusun program "Mernek Jenek" yang mengandung harapan agar warga setempat dapat tetap betah untuk tinggal di tempat tinggalnya dan tidak berpindah tempat ke kota lain untuk mencari pekerjaan atau menjadi pekerja migran Indonesia.

Baca juga: PKK Desa Gubug Grobogan sukses bangun desa mandiri
Baca juga: 32.192 pekerja migran Indonesia pulang dari negara terdampak COVID-19

Program "Mernek Jenek" ini mengusung empat pilar yang terdiri atas pilar pertama berupa kemandirian ekonomi, pilar kedua berupa pertanian, peternakan, dan perikanan, pilar ketiga berupa desa yang aman dan kondusif, serta pilar keempat berupa desa lestari yang berwawasan lingkungan hidup.

Tekad Pemdes Mernek untuk mewujudkan "Mernek Jenek" ini mendapat perhatian serius dan dukungan dari PT Pertamina (Persero) dengan menjadikannya sebagai desa binaan PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berbagai bantuan pun digelontorkan Pertamina melalui program pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) guna mendukung berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Mernek seperti pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), pertanian, lingkungan hidup, dan sebagainya.

Khusus untuk bidang lingkungan hidup, Pertamina telah menjadikan Desa Mernek sebagai Kampung Iklim Mernek Jenek sejak tahun 2019. Bahkan, Kampung Iklim Mernek Jenek pada pertengahan bulan September 2020 akan dinilai untuk mengikuti lomba tingkat nasional.

Terkait dengan pengembangan UMKM di Desa Mernek, Pertamina memberikan dukungan berupa pendampingan dan bimbingan manajemen khususnya bagi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Ngudi Rahayu" yang memroduksi camilan dengan nama Onde-Onde Ketawa dan Sumpia Ikan Salmon serta pemasar produk dari sejumlah UMKM dengan sebutan Sang Kurir.

"Pertamina melatih kami dalam bidang keadministrasian. Sang Kurir ini besutan dari Pertamina dan gerobak-gerobaknya semuanya juga dari Pertamina," kata Direktur BUMDes "Ngudi Rahayu" Heryanto di Mernek, Kamis (3/9).

Menurut dia, Sang Kurir yang ditujukan untuk mengakomodasi UMKM yang ada di Desa Mernek itu berawal dari program "Mernek Jenek" khususnya pilar pertama, kemandirian ekonomi.

Kendati demikian, dari sekitar 40 UMKM yang tumbuh dan berkembang di Desa Mernek, baru tujuh UMKM yang bergabung dengan Sang Kurir dalam rangka memasarkan produknya meskipun masih bersifat lokal Kabupaten Cilacap dan sekitarnya.

Selain itu, BUMDes "Ngudi Rahayu" saat sekarang sedang mengurus pembuatan izin produk industri rumah tangga (PIRT) terhadap produk-produknya.

"Selanjutnya, kami akan masukkan ke minimarket-minimarket yang ada di Kabupaten Cilacap," jelasnya.  

Selain UMKM, kegiatan budi daya ikan gurami yang menjadi bagian dari pilar kedua program "Mernek Jenek" juga mengalami perkembangan yang luar biasa, salah satunya yang dikelola Kelompok Pembudi Daya Ikan (Pokdakan) "Ulam Sari".

Bahkan, keuntungan yang diperoleh Pokdakan "Ulam Sari" dari hasil budi daya ikan gurami konsumsi rata-rata mencapai Rp60 juta per tahun.

"Anggota kami sebanyak 21 orang dengan luas kolam mencapai 2 hektare yang tersebar di empat lokasi. Setiap petani rata-rata dalam satu kali panen bisa memperoleh 8 kuintal," katanya.

Menurut dia, pihaknya sedang melakukan terobosan untuk membuat pelet atau pakan ikan secara mandiri dengan menggunakan mesin bantuan dari Pertamina sebagai upaya untuk menekan biaya produksi hingga 30 persen.

Ia mengatakan pembuatan pelet secara mandiri itu dilakukan karena harga pakan ikan pabrikan cenderung melonjak dan saat sekarang sudah mencapai Rp14.000 per kilogram.

"Kalau membuat pelet sendiri, biayanya hanya berkisar Rp13.000-Rp13.500 per kilogram," jelasnya.

Manajer Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Maos Al Fakhri mengatakan dana CSR Pertamina MOR IV Jateng-DIY yang digelontorkan untuk mendukung program "Mernek Jenek" secara keseluruhan mencapai Rp950 juta, masing-masing sebesar Rp300 juta pada 2019 dan Rp650 juta pada 2020.

Khusus untuk Pokdakan "Ulam Sari", kata dia, Pertamina juta telah memberikan bantuan berupa mesin pembuatan pelet sebagai upaya untuk menekan biaya produksi.

"Kami juga turut mendukung pengembangan UMKM di Desa Mernek ini, termasuk mencari terobosan-terobosan terkait dengan pemasaran supaya terjadi keseimbangan antara produksi dan permintaan. Jangan sampai produksi jalan terus, tetapi permintaan kurang," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Mernek Bustanul Arifin mengatakan pihaknya ingin mewujudkan desa mandiri melalui berbagai kegiatan yang tertuang dalam program "Mernek Jenek".

"Artinya, desa yang tidak tergantung atau tidak menggantungkan penghasilan dari luar desa itu sendiri," katanya.

Berbekal dukungan Pertamina itulah, Desa Mernek melalui program "Mernek Jenek" terus mengembangkan berbagai kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat, baik dari sektor pertanian, UMKM, dan perikanan.

Bahkan saat ini, Pemdes Mernek juga sedang mengembangkan Kawasan Wisata "Mernek Jenek" yang diharapkan dapat menambah pendapatan asli desa dan meningkatkan perekonomian warga setempat. 

Baca juga: Petugas Imigrasi Cilacap memotivasi calon pekerja migran di Kebumen
Baca juga: Menkop UKM mendorong UMKM terhubung pasar digital
Baca juga: Lewat Instagram, Gubernur Jateng promosi produk UKM
 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024