Solo (ANTARA) - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mendorong mahasiswa merealisasikan program "Kampus Merdeka, Merdeka Belajar" yang diiniasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim.
"Ini menjadi tantangan di abad 21, dalam hal ini 'skill' (kemampuan) mahasiswa sangat dibutuhkan," kata Rektor UNS Jamal Wiwoho saat membuka kuliah perdana secara daring di Solo, Senin.
Ia mengatakan ada empat hal yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut, yaitu komunikasi, kolaborasi, pemikiran yang kritis, serta kreativitas. Menurut dia, dari sisi komunikasi mahasiswa harus berani mengajukan berbagai pemikiran yang kritis, pertanyaan, ide, serta mampu mengembangkan dan memecahkan solusi.
"Sedangkan dari sisi kolaborasi, mahasiswa harus mampu bekerja sama mencapai tujuan, menggunakan bakat, dan kecerdasan melakukan kerja sama. Sedangkan 'critical thingking' (pemikiran yang kritis) adalah mahasiswa mampu melihat masalah dengan cara pandang baru, menghubungkan pembelajaran yang melintasi bidang ilmu," katanya.
Terkait hal itu, dikatakannya, program tersebut sesuai dengan konteks yang diusung oleh "Kampus Merdeka". Sedangkan yang terakhir, mengenai kreativitas. Ia mengatakan mahasiswa harus bisa melakukan pendekatan baru untuk memahami masalah, mendorong inovasi, dan penemuan baru.
"Pada dasarnya implementasi merdeka belajar ini merupakan pembelajaran yang relevan dengan dunia industri atau dunia usaha, maka ada hak belajar tiga semester di luar program studi," katanya.
Ia mengatakan hak belajar yang dimaksud di antaranya seperti pertukaran mahasiswa, magang atau praktik kerja, dan asistensi yaitu mengajar pada satuan pendidikan tertentu. Terkait hal ini, menurut dia, UNS sudah menerapkan sejak beberapa waktu yang lalu.
"Selanjutnya ada penelitian atau riset sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kemudian ada proyek kemanusiaan, wirausaha, proyek independen, dan berkait dengan membangun desa atau KKN tematik," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, tujuan dari program "Kampus Merdeka, Merdeka Belajar" tersebut adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan baik dari sisi "soft skill" maupun "hard skill".
"Yang pasti program ini sangat relevan dengan kebutuhan zaman, yaitu memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai 'passion' (keinginan)," katanya.
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan teknologi produksi garam kilat, hanya 1-2 jam
Baca juga: UNS meminta mahasiswa PPDS bernyali hadapi COVID-19
"Ini menjadi tantangan di abad 21, dalam hal ini 'skill' (kemampuan) mahasiswa sangat dibutuhkan," kata Rektor UNS Jamal Wiwoho saat membuka kuliah perdana secara daring di Solo, Senin.
Ia mengatakan ada empat hal yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut, yaitu komunikasi, kolaborasi, pemikiran yang kritis, serta kreativitas. Menurut dia, dari sisi komunikasi mahasiswa harus berani mengajukan berbagai pemikiran yang kritis, pertanyaan, ide, serta mampu mengembangkan dan memecahkan solusi.
"Sedangkan dari sisi kolaborasi, mahasiswa harus mampu bekerja sama mencapai tujuan, menggunakan bakat, dan kecerdasan melakukan kerja sama. Sedangkan 'critical thingking' (pemikiran yang kritis) adalah mahasiswa mampu melihat masalah dengan cara pandang baru, menghubungkan pembelajaran yang melintasi bidang ilmu," katanya.
Terkait hal itu, dikatakannya, program tersebut sesuai dengan konteks yang diusung oleh "Kampus Merdeka". Sedangkan yang terakhir, mengenai kreativitas. Ia mengatakan mahasiswa harus bisa melakukan pendekatan baru untuk memahami masalah, mendorong inovasi, dan penemuan baru.
"Pada dasarnya implementasi merdeka belajar ini merupakan pembelajaran yang relevan dengan dunia industri atau dunia usaha, maka ada hak belajar tiga semester di luar program studi," katanya.
Ia mengatakan hak belajar yang dimaksud di antaranya seperti pertukaran mahasiswa, magang atau praktik kerja, dan asistensi yaitu mengajar pada satuan pendidikan tertentu. Terkait hal ini, menurut dia, UNS sudah menerapkan sejak beberapa waktu yang lalu.
"Selanjutnya ada penelitian atau riset sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kemudian ada proyek kemanusiaan, wirausaha, proyek independen, dan berkait dengan membangun desa atau KKN tematik," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, tujuan dari program "Kampus Merdeka, Merdeka Belajar" tersebut adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan baik dari sisi "soft skill" maupun "hard skill".
"Yang pasti program ini sangat relevan dengan kebutuhan zaman, yaitu memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai 'passion' (keinginan)," katanya.
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan teknologi produksi garam kilat, hanya 1-2 jam
Baca juga: UNS meminta mahasiswa PPDS bernyali hadapi COVID-19