Semarang (ANTARA) -
"Jadi meskipun area kami susah sinyal, anak-anak tetap bisa belajar dengan nyaman saat proses belajar daring saat ini. Semua anak-anak di desa kami bisa belajar dengan nyaman, dengan fasilitas internet yang lancar," kata Kepala Desa Sepakung Ahmad Nuri saat menyampaikan paparan di hadapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada rapat membahas permasalahan pembelajaran jarak jauh di Semarang, Rabu.
Ia menjelaskan pihaknya telah mengoptimalkan dana desa untuk menjadikan Desa Sepakung menjadi desa pintar lengkap dengan jaringan internet yang tersedia.
Tidak hanya di kantor kelurahan, lanjut dia, jaringan internet sudah masuk ke seluruh wilayah RW di desa itu. "Tahun depan rencananya jaringan internet akan bisa dinikmati di tingkat RT," katanya.
Melalui pemanfaatan dana desa tersebut, kuota internet sebesar 30 Mbps disiapkan untuk menjamin kelancaran masyarakatnya mengakses jaringan internet dan khusus bagi para pelajar, pemerintah desa memperbolehkan mereka mengakses secara gratis.
"Itu dikelola BUMDes Pak, jadi sementara yang siswa gratis, tapi tahun depan kalau sistem daring masih berjalan, kami akan kenakan tarif 50 persen dari tarif biasanya. Kalau biasanya per kepala rumah tangga Rp50.000 per bulan, maka diminta membayar Rp25.000 saja," ujarnya.
Bagi pelajar di Desa Sepakung yang tidak memiliki gawai, pihak sekolah menerjunkan gurunya ke desa untuk melakukan proses belajar mengajar dengan metode tatap muka dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Para pelajar yang tidak memiliki peralatan daring, dikumpulkan dengan jumlah maksimal 10 orang untuk mendapat pelajaran oleh guru yang datang.
"Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat, kami kerahkan Satgas Jogo Tonggo untuk mengawal program ini, sekaligus memastikan protokol kesehatannya berlangsung dengan baik," katanya.
Mendengar paparan Kades Ahmad Nuri tersebut, Gubernur Ganjar Pranowo mengapresiasi apa yang telah dilakukan pemerintah Desa Sepakung, khususnya dalam pemanfaatan dana desa untuk KBM daring.
"Ini contoh keren, Pak Kades membuat jaringan wifi di mana-mana bahkan bisa 'mengcover' 100 persen sampai wilayah RW, sekarang mau ditingkatkan lagi sampai ke RT. Hebat ini," ujar Ganjar.
Selain itu, bagi para pelajar yang tidak punya gawai, lanjut dia, ada guru yang mendatangi ke desa untuk proses belajar mengajar dan pihak desa mengawasi ketat dengan Satgas Jogo Tonggonya sehingga protokol kesehatannya bisa terjaga.
"Ini sudah jalan dan bagus banget. Dana desa dioptimalkan untuk hal positif, Satgas Jogo Tonggo bisa berjalan maksimal, ini keren dan menurut saya, ini solutif. Saya sih yakin, pasti ada solusi dari setiap persoalan yang ada, tinggal kita mau atau tidak menemukan solusi itu," katanya.
Baca juga: Warga Kudus sediakan wifi gratis untuk siswa sekolah daring
Baca juga: Masjid At Taqwa Borobudur sediakan wifi gratis untuk belajar daring
Anggaran dana desa di Desa Sepakung, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, dimanfaatkan oleh perangkat desa setempat untuk membantu terlaksananya kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring saat pandemi COVID-19.
"Jadi meskipun area kami susah sinyal, anak-anak tetap bisa belajar dengan nyaman saat proses belajar daring saat ini. Semua anak-anak di desa kami bisa belajar dengan nyaman, dengan fasilitas internet yang lancar," kata Kepala Desa Sepakung Ahmad Nuri saat menyampaikan paparan di hadapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada rapat membahas permasalahan pembelajaran jarak jauh di Semarang, Rabu.
Ia menjelaskan pihaknya telah mengoptimalkan dana desa untuk menjadikan Desa Sepakung menjadi desa pintar lengkap dengan jaringan internet yang tersedia.
Tidak hanya di kantor kelurahan, lanjut dia, jaringan internet sudah masuk ke seluruh wilayah RW di desa itu. "Tahun depan rencananya jaringan internet akan bisa dinikmati di tingkat RT," katanya.
Melalui pemanfaatan dana desa tersebut, kuota internet sebesar 30 Mbps disiapkan untuk menjamin kelancaran masyarakatnya mengakses jaringan internet dan khusus bagi para pelajar, pemerintah desa memperbolehkan mereka mengakses secara gratis.
"Itu dikelola BUMDes Pak, jadi sementara yang siswa gratis, tapi tahun depan kalau sistem daring masih berjalan, kami akan kenakan tarif 50 persen dari tarif biasanya. Kalau biasanya per kepala rumah tangga Rp50.000 per bulan, maka diminta membayar Rp25.000 saja," ujarnya.
Bagi pelajar di Desa Sepakung yang tidak memiliki gawai, pihak sekolah menerjunkan gurunya ke desa untuk melakukan proses belajar mengajar dengan metode tatap muka dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Para pelajar yang tidak memiliki peralatan daring, dikumpulkan dengan jumlah maksimal 10 orang untuk mendapat pelajaran oleh guru yang datang.
"Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat, kami kerahkan Satgas Jogo Tonggo untuk mengawal program ini, sekaligus memastikan protokol kesehatannya berlangsung dengan baik," katanya.
Mendengar paparan Kades Ahmad Nuri tersebut, Gubernur Ganjar Pranowo mengapresiasi apa yang telah dilakukan pemerintah Desa Sepakung, khususnya dalam pemanfaatan dana desa untuk KBM daring.
"Ini contoh keren, Pak Kades membuat jaringan wifi di mana-mana bahkan bisa 'mengcover' 100 persen sampai wilayah RW, sekarang mau ditingkatkan lagi sampai ke RT. Hebat ini," ujar Ganjar.
Selain itu, bagi para pelajar yang tidak punya gawai, lanjut dia, ada guru yang mendatangi ke desa untuk proses belajar mengajar dan pihak desa mengawasi ketat dengan Satgas Jogo Tonggonya sehingga protokol kesehatannya bisa terjaga.
"Ini sudah jalan dan bagus banget. Dana desa dioptimalkan untuk hal positif, Satgas Jogo Tonggo bisa berjalan maksimal, ini keren dan menurut saya, ini solutif. Saya sih yakin, pasti ada solusi dari setiap persoalan yang ada, tinggal kita mau atau tidak menemukan solusi itu," katanya.
Baca juga: Warga Kudus sediakan wifi gratis untuk siswa sekolah daring
Baca juga: Masjid At Taqwa Borobudur sediakan wifi gratis untuk belajar daring