Semarang (ANTARA) - Klinik Mahisi Mulya dalam masa pandemi COVID-19 memastikan tetap memberikan layanan bagi para peserta Jaminan kesehatan Nasional–Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) secara prima salah satunya dengan menjalankan inovasi dalam sejumlah sistem pelayanan termasuk memperpanjang jam konsultasi menjadi 24 jam.
Klinik Mahisi Mulya selaku Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) menjadi tujuan utama untuk berobat saat masyarakat merasakan gangguan kesehatan baik ringan maupun berat dan dalam pemberian layanan kesehatan selama pandemi COVID-19 ada beragam inovasi yang diterapkan.
Klinik Mahisi Mulya berinovasi dalam perubahan sistem pelayanan, bagi peserta yang sakit saat ini bsa melakukan konsultasi secara online baik melalui whatsapp maupun telepon, dan jam konsultasi semakin panjang bahkan bisa mencapai 24 jam dalam melayani konsultasi peserta.
Baca juga: Yuk mencoba fitur Skrinning COVID-19 di aplikasi Mobile JKN
“Jadi prosedurnya pasien menyampaikan keluhan melalui chat whatsapp dan itu bisa dilakukan kapan pun, bahkan jam 10 malam pun akan tetap saya layani. Mengingat kegawatdaruratan pasien itu bisa kapan saja. Apabila pasien membutuhkan obat maka akan kami sampaikan pula obat dapat diambil di klinik pada saat jam pelayanan,” kata Pimpinan Klinik Mahisi Mulya Retno Indah Widhayati.
Terkait pengambilan obat di klinik Mahisi Mulya, sebelum peserta mengambil obat pihak klinik akan tetap melakukan pemeriksaan standar seperti tensi darah, suhu tubuh, dan berat badan untuk dilaporkan kepada dokter penanggung jawab.
"Pengambilan obat ini tentunya juga telah diatur jadwal pengambilan obat antara satu pasien dengan pasien lainnya agar tidak terjadi kerumunan dengan perkirann satu pasien membutuhkan waktu hanya 5 menit di klinik," kata Retno.
Apabila pasien menghendaki obat untuk diantar kerumah, lanjut Retno, maka bisa dikoordinasikan dengan petugas farmasi agar obat dapat dikirimkan melalui aplikasi berbayar seperti Gojek ataupun Grab.
Meskipun Klinik Mahisi Mulya membuka konsultasi online untuk pasien, kata Retno, dirinya beserta para dokter tetap standby sesuai dengan jam pelayanan, sehingga siap melayani pasien yang membutuhkan pelayanan langsung oleh tim medis.
Retno menambahkan Klinik Mahisi Mulya juga menerapkan gerakan physical distancing antara tenaga medis dan pasien menjaga jarak aman, lalu antara petugas pendaftaran, rekam medis, pelayanan obat dan dokter mengurangi kontak langsung, sehingga komunikasi kami lakukan melalui whatsapp, dan untuk tempat duduk pasien diberikan jarak.
Sebelum pandemi COVID-19, kata Retno, pasien yang datang ke Klinik Mahisi Mulya ada yang sekadar untuk ke poli umum atau membutuhkan konsultasi lebih lanjut dengan dokter, namun pasien cenderung banyak melakukan konsultasi sekadar bercerita kondisi kesehatannya dan yang membutuhkan informasi terkait apa yang harus dilakukan dengan keluhan kesehatannya.
“Selama pandemi COVID-19, pasien kami yang juga peserta JKN-KIS memahami jika konsultasi langsung terbatas, sehingga tergantung kami mengedukasi pasien melalui whatsapp dan media konsultasi lainnya. Kepada masyarakat ikuti anjuran pemerintah, jangan berkerumun, lakukan physical distancing untuk kita bersama kita tidak boleh egois. Pandemi tidak akan berakhir jika kita tidak disiplin. Garda terdepan bukan di tenaga medis, garda terdepan adalah masyarakat itu sendiri untuk menjaga kesehatan dirinya. Tenaga medis merupakan garda terakhir yang membantu proses penyembuhan,” tutup Retno.
Baca juga: Peresepan obat program JKN-KIS bisa dilakukan online selama COVID-19
Baca juga: Kolektibilitas iuran JKN di Kudus belum terpengaruh COVID-19
Klinik Mahisi Mulya selaku Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) menjadi tujuan utama untuk berobat saat masyarakat merasakan gangguan kesehatan baik ringan maupun berat dan dalam pemberian layanan kesehatan selama pandemi COVID-19 ada beragam inovasi yang diterapkan.
Klinik Mahisi Mulya berinovasi dalam perubahan sistem pelayanan, bagi peserta yang sakit saat ini bsa melakukan konsultasi secara online baik melalui whatsapp maupun telepon, dan jam konsultasi semakin panjang bahkan bisa mencapai 24 jam dalam melayani konsultasi peserta.
Baca juga: Yuk mencoba fitur Skrinning COVID-19 di aplikasi Mobile JKN
“Jadi prosedurnya pasien menyampaikan keluhan melalui chat whatsapp dan itu bisa dilakukan kapan pun, bahkan jam 10 malam pun akan tetap saya layani. Mengingat kegawatdaruratan pasien itu bisa kapan saja. Apabila pasien membutuhkan obat maka akan kami sampaikan pula obat dapat diambil di klinik pada saat jam pelayanan,” kata Pimpinan Klinik Mahisi Mulya Retno Indah Widhayati.
Terkait pengambilan obat di klinik Mahisi Mulya, sebelum peserta mengambil obat pihak klinik akan tetap melakukan pemeriksaan standar seperti tensi darah, suhu tubuh, dan berat badan untuk dilaporkan kepada dokter penanggung jawab.
"Pengambilan obat ini tentunya juga telah diatur jadwal pengambilan obat antara satu pasien dengan pasien lainnya agar tidak terjadi kerumunan dengan perkirann satu pasien membutuhkan waktu hanya 5 menit di klinik," kata Retno.
Apabila pasien menghendaki obat untuk diantar kerumah, lanjut Retno, maka bisa dikoordinasikan dengan petugas farmasi agar obat dapat dikirimkan melalui aplikasi berbayar seperti Gojek ataupun Grab.
Meskipun Klinik Mahisi Mulya membuka konsultasi online untuk pasien, kata Retno, dirinya beserta para dokter tetap standby sesuai dengan jam pelayanan, sehingga siap melayani pasien yang membutuhkan pelayanan langsung oleh tim medis.
Retno menambahkan Klinik Mahisi Mulya juga menerapkan gerakan physical distancing antara tenaga medis dan pasien menjaga jarak aman, lalu antara petugas pendaftaran, rekam medis, pelayanan obat dan dokter mengurangi kontak langsung, sehingga komunikasi kami lakukan melalui whatsapp, dan untuk tempat duduk pasien diberikan jarak.
Sebelum pandemi COVID-19, kata Retno, pasien yang datang ke Klinik Mahisi Mulya ada yang sekadar untuk ke poli umum atau membutuhkan konsultasi lebih lanjut dengan dokter, namun pasien cenderung banyak melakukan konsultasi sekadar bercerita kondisi kesehatannya dan yang membutuhkan informasi terkait apa yang harus dilakukan dengan keluhan kesehatannya.
“Selama pandemi COVID-19, pasien kami yang juga peserta JKN-KIS memahami jika konsultasi langsung terbatas, sehingga tergantung kami mengedukasi pasien melalui whatsapp dan media konsultasi lainnya. Kepada masyarakat ikuti anjuran pemerintah, jangan berkerumun, lakukan physical distancing untuk kita bersama kita tidak boleh egois. Pandemi tidak akan berakhir jika kita tidak disiplin. Garda terdepan bukan di tenaga medis, garda terdepan adalah masyarakat itu sendiri untuk menjaga kesehatan dirinya. Tenaga medis merupakan garda terakhir yang membantu proses penyembuhan,” tutup Retno.
Baca juga: Peresepan obat program JKN-KIS bisa dilakukan online selama COVID-19
Baca juga: Kolektibilitas iuran JKN di Kudus belum terpengaruh COVID-19