Purwokerto (ANTARA) - Inflasi pada April 2020 di Purwokerto dan Cilacap tetap terkendali meskipun telah memasuki bulan Ramadhan dan dampak pandemi COVID-19 belum mereda, kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto Samsun Hadi

"Inflasi di Purwokerto dan Cilacap pada April 2020 masih terkendali dan berada dalam rentang sasaran inflasi nasional tahun 2020 sebesar 3 persen plus minus 1 persen (yoy)," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.

Dalam hal ini, kata dia, Purwokerto pada bulan April mengalami inflasi sebesar minus 0,08 persen (mtm) atau deflasi sebesar 0,08 persen (mtm), 0,87 persen (ytd), dan 2,59 persen (yoy), sedangkan Cilacap mengalami inflasi sebesar 0,05 persen (mtm), 0,56 persen (ytd), dan 2,05 persen (yoy).

Baca juga: Wabah COVID-19 dinilai berisiko terhadap pencapaian inflasi tahun 2020

Menurut dia, inflasi selama April di Purwokerto dan Cilacap terpantau lebih rendah dibandingkan inflasi di tingkat nasional yang sebesar 0,08 persen (mtm).

Samsun mengatakan deflasi pada bulan April 2020 di Purwokerto terutama bersumber dari penurunan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar minus 0,17 persen, terutama bersumber dari komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah, bawang putih, dan cabai rawit.

"Deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau lebih dalam tertahan oleh masih
terdapatnya peningkatan harga pada beberapa komoditas makanan, antara lain bawang merah, beras, dan gula pasir. Di sisi lain, laju deflasi tertahan oleh inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa
lainnya yang bersumber dari komoditas emas perhiasan," katanya.

Ia mengatakan sebagai upaya pengendalian harga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas pada April 2020 telah melakukan beberapa kegiatan, antara lain pemantauan harga rutin komoditas bahan pangan strategis seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras, dan komoditas hortikultura.

Menurut dia, fokus pengendalian inflasi TPID Kabupaten Banyumas pada 2020, antara lain peningkatan pasokan bahan makanan terutama beras, cabai merah, bawang merah, bawang putih, gula pasir, dan minyak goreng, serta koordinasi antar daerah dalam upaya pengendalian inflasi.

"Pada Mei 2020, Purwokerto diperkirakan mengalami inflasi dalam rentang 0,50 persen sampai dengan 0,70 persen (mtm). Inflasi diindikasi bersumber dari mulai meningkatnya harga komoditas kelompok makanan, minuman, dan tembakau seiring dengan faktor musiman karena naiknya permintaan pada bulan
Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri," katanya.

Di samping itu, kata dia, masih terdapat potensi sumber tekanan inflasi pada kondisi tersebut yang berasal dari komoditas perhiasan (emas).

Ia mengatakan secara tahunan, inflasi Purwokerto pada tahun 2020 diperkirakan masih berada dalam rentang target inflasi 2020 sebesar 3 persen plus minus 1 persen (yoy).

"Beberapa hal yang berpotensi mendorong laju inflasi, antara lain penetapan harga yang ditentukan pemerintah seperti cukai rokok. Selain itu, inflasi bahan makanan karena faktor musiman (cuaca dan masa tanam) serta tingginya permintaan pada hari besar keagamaan dan masa liburan," katanya.

Dari sisi eksternal, kata dia, faktor yang berpotensi menyumbang inflasi, antara lain kenaikan harga komoditas impor sebagai dampak dari fluktuasi nilai tukar rupiah dan kondisi perdagangan dunia, serta mewabahnya Covid-19 di beberapa daerah yang berpotensi membatasi aktivitas produksi dan perdagangan sehingga memberikan kemungkinan dampak risiko terhadap pencapaian inflasi pada 2020.

Terkait dengan inflasi April 2020 di Cilacap, Samsun mengatakan hal itu terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas pada kelompok makanan,
minuman, dan tembakau.

"Yang utamanya bersumber dari peningkatan harga pada komoditas bawang merah, beras, dan gula pasir. Sebaliknya, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatatkan andil deflasi yang menahan laju inflasi pada periode ini," jelasnya.

Ia mengatakan beberapa kegiatan yang dilakukan TPID Kabupaten Cilacap pada bulan April 2020, antara lain monitoring harga dan pasokan bahan pangan, himbauan bijak berbelanja melalui media sosial, memfasilitasi terlaksananya lapak petani secara daring, serta melakukan operasi pasar untuk komoditas gula pasir.

"Pada bulan Mei 2020, Cilacap diperkirakan mengalami inflasi dalam rentang 0,40 persen sampai dengan 0,60 persen (mtm).

Sumber tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau seiring dengan potensi meningkatnya permintaan pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, komoditas perhiasan (emas), serta dampak fluktuasi nilai tukar rupiah (imported inflation)," katanya.

Ia mengatakan secara keseluruhan, inflasi di Cilacap pada tahun 2020 diperkirakan berada pada dalam rentang target inflasi 2020 sebesar 3 persen plus minus 1persen (yoy).

Menurut dia, beberapa hal yang berpotensi mendorong laju inflasi, antara lain penetapan harga yang ditentukan pemerintah seperti cukai rokok.

Selain itu, kata dia, inflasi bahan makanan karena faktor musiman (cuaca dan masa tanam) serta tingginya permintaan pada hari besar keagamaan dan periode liburan.

Dari sisi eksternal, lanjut dia, faktor yang berpotensi menyumbang inflasi, antara lain kenaikan harga komoditas impor sebagai dampak dari fluktuasi nilai tukar rupiah dan kondisi perdagangan dunia.

"Mewabahnya Covid-19 yang membatasi aktivitas produksi dan perdagangan juga berisiko terhadap pencapaian inflasi pada 2020. Ke depan, Bank Indonesia terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan terkendali dalam sasarannya sebesar 3 persen plus minus 1 persen pada 2020," katanya. 

Baca juga: Bahan pangan berkontribusi pada inflasi Maret 2020 di Surakarta

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024