Magelang (ANTARA) - Balai Konservasi Borobudur (BKB) mendorong berkembangnya aktualisasi makna relief-relief Candi Borobudur menjadi karya baru kesenian guna membantu masyarakat memahami nilai luhur warisan budaya dunia di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu.
"Perlu aktualisasi nila--nilai relief di Candi Borobudur supaya bisa dibaca masyarakat. Tidak semua pengunjung tahu cerita, nilai-nilai (relief Borobudur, red.). Salah satunya melalui seni tari," kata edukator BKB Panggah Ardiyansyah dalam diskusi daring "Aktualisasi Nilai Relief Candi Borobudur untuk Seni Tari" yang diikuti di Magelang, Senin.
Diskusi daring diselenggarakan BKB dengan pematik Jati Kurniawan (BKB) itu, juga menghadirkan dua narasumber lainnya, Eko Sunyoto (penari dan pengelola Sanggar Kinara Kinari Borobudur) dan Ganang Tri Laksana (penari dan pengelola Avadana Dance Studio Borobudur).
Ia mengemukakan optimalisasi aktualisasi nilai-nilai relief Borobudur ke dalam karya seni tidak lepas dari upaya pelestarian secara komplit atas warisan budaya dunia yang dibangun sekitar abad ke-8 itu.
Pelestarian candi yang tidak hanya secara "tangible" (bendawi) tetapi juga "intangible" (nonbendawi) itu, katanya, membutuhkan kerja sama secara kolaboratif para ahli bersama berbagai kalangan terkait.
"Bisa (kolaborasi, red.) langsung arkelog dengan seniman membuat karya atau kolaborasi tidak langsung seperti selama ini para erkeolog sudah menghasilkan buku, dibaca teman-teman seniman untuk membantu interpretasi dalam bentuk seni budaya lainnya," katanya.
Ia mengatakan bahwa membaca relief butuh keahlian sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah mengerti makna dan nilai yang dimilikinya. Hal itu, termasuk yang mendorong perlunya kolaborasi dalam pelestarian Candi Borobudur secara komplet.
Pada kesempatan itu, Panggah juga menjelaskan tentang teknik-teknik membaca narasi sesuai berbagai ragam relief candi, antara lain monoskena, sinoptik, disatukan, berkelanjutan, linier, dan jaringan naratif.
"Itu teknik-teknik seniman zaman dulu dalam menceritakan di relief. Ketika tidak tahu teknik (membaca narasi, red.), kesulitan membaca relief," katanya.
Ia juga menjelaskan tentang relief naratif Candi Borobudur, yakni Karmawibhangga, Lalitavistara, Jataka-Avadana, dan Gandavyuha.
Ia mengemukakan pentingnya aktualisasi nilai-nilai relief Borobudur menjadi karya baru kesenian tidak melepaskan diri dari nilai-nilai lokal, termasuk terkait dengan penikmat karya seni tersebut.
Ia mencontohkan tentang cerita Panji dari Jawa Timur yang berkembang menjadi tari-tarian di beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Kamboja dengan menyerap budaya setempat.
"Cerita relief Candi Borobudur dibuat kelokalan masing-masing sehingga menambah khazanah dan membuka akses ke Candi Borobudur. Bagaimana kita menangkap makna atau nilai di relief, mengkreasikan menjadi seni tari di masa kini di Candi Borobudur, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera dan sebagainya secara kontekstual sehingga bisa dinikmati masyarakat saat ini," katanya.
Sejumlah wujud aktualisasi nilai-nilai Borobudur yang telah dilaksanakan BKB selama ini, antara lain mendongeng di halaman Candi Borobudur dengan sasaran anak-anak, mengundang para siswa dan memfasilitasi seniman untuk melukis tentang Borobudur, dan mengembangkan visualisasi tiga dimensi atas relief Karmawibhangga yang posisinya tertutup struktur batu, dan pembuatan buku seri bergambar tentang relief Borobudur.
Sebenarnya, katanya, pada tahun ini BKB memiliki program aktualisasi relief untuk pendampingan dan penciptaan seni tari berdasarkan relief Candi Borobudur. Namun, pandemi COVID-19 membuat program itu perlu diwujudkan dengan direka ulang pada masa mendatang.
Pada kesempatan itu, Eko Sunyoto menceritakan tentang proses bersama seniman sanggarnya dan proses berelasi dengan berbagai kalangan, termasuk BKB, dalam penciptaan tarian Kinara-Kinari yang bersumber dari relief Candi Mendut.
Selain itu, Ganang Tri Laksana menuturkan tentang proses penciptaan karya sendratari "Sang Jataka" bersumber dari relief Jataka-Avadana di Candi Borobudur.
"Menjadi sarana edukasi tentang relief Candi Borobudur kepada masyarakat dan wisatawan. Selain itu, memberikan pengalaman lain kepada wisatawan dan masyarakat melalui atraksi wisata dalam wujud pertunjukan seni tari," kata Ganang.
"Perlu aktualisasi nila--nilai relief di Candi Borobudur supaya bisa dibaca masyarakat. Tidak semua pengunjung tahu cerita, nilai-nilai (relief Borobudur, red.). Salah satunya melalui seni tari," kata edukator BKB Panggah Ardiyansyah dalam diskusi daring "Aktualisasi Nilai Relief Candi Borobudur untuk Seni Tari" yang diikuti di Magelang, Senin.
Diskusi daring diselenggarakan BKB dengan pematik Jati Kurniawan (BKB) itu, juga menghadirkan dua narasumber lainnya, Eko Sunyoto (penari dan pengelola Sanggar Kinara Kinari Borobudur) dan Ganang Tri Laksana (penari dan pengelola Avadana Dance Studio Borobudur).
Ia mengemukakan optimalisasi aktualisasi nilai-nilai relief Borobudur ke dalam karya seni tidak lepas dari upaya pelestarian secara komplit atas warisan budaya dunia yang dibangun sekitar abad ke-8 itu.
Pelestarian candi yang tidak hanya secara "tangible" (bendawi) tetapi juga "intangible" (nonbendawi) itu, katanya, membutuhkan kerja sama secara kolaboratif para ahli bersama berbagai kalangan terkait.
"Bisa (kolaborasi, red.) langsung arkelog dengan seniman membuat karya atau kolaborasi tidak langsung seperti selama ini para erkeolog sudah menghasilkan buku, dibaca teman-teman seniman untuk membantu interpretasi dalam bentuk seni budaya lainnya," katanya.
Ia mengatakan bahwa membaca relief butuh keahlian sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah mengerti makna dan nilai yang dimilikinya. Hal itu, termasuk yang mendorong perlunya kolaborasi dalam pelestarian Candi Borobudur secara komplet.
Pada kesempatan itu, Panggah juga menjelaskan tentang teknik-teknik membaca narasi sesuai berbagai ragam relief candi, antara lain monoskena, sinoptik, disatukan, berkelanjutan, linier, dan jaringan naratif.
"Itu teknik-teknik seniman zaman dulu dalam menceritakan di relief. Ketika tidak tahu teknik (membaca narasi, red.), kesulitan membaca relief," katanya.
Ia juga menjelaskan tentang relief naratif Candi Borobudur, yakni Karmawibhangga, Lalitavistara, Jataka-Avadana, dan Gandavyuha.
Ia mengemukakan pentingnya aktualisasi nilai-nilai relief Borobudur menjadi karya baru kesenian tidak melepaskan diri dari nilai-nilai lokal, termasuk terkait dengan penikmat karya seni tersebut.
Ia mencontohkan tentang cerita Panji dari Jawa Timur yang berkembang menjadi tari-tarian di beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Kamboja dengan menyerap budaya setempat.
"Cerita relief Candi Borobudur dibuat kelokalan masing-masing sehingga menambah khazanah dan membuka akses ke Candi Borobudur. Bagaimana kita menangkap makna atau nilai di relief, mengkreasikan menjadi seni tari di masa kini di Candi Borobudur, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera dan sebagainya secara kontekstual sehingga bisa dinikmati masyarakat saat ini," katanya.
Sejumlah wujud aktualisasi nilai-nilai Borobudur yang telah dilaksanakan BKB selama ini, antara lain mendongeng di halaman Candi Borobudur dengan sasaran anak-anak, mengundang para siswa dan memfasilitasi seniman untuk melukis tentang Borobudur, dan mengembangkan visualisasi tiga dimensi atas relief Karmawibhangga yang posisinya tertutup struktur batu, dan pembuatan buku seri bergambar tentang relief Borobudur.
Sebenarnya, katanya, pada tahun ini BKB memiliki program aktualisasi relief untuk pendampingan dan penciptaan seni tari berdasarkan relief Candi Borobudur. Namun, pandemi COVID-19 membuat program itu perlu diwujudkan dengan direka ulang pada masa mendatang.
Pada kesempatan itu, Eko Sunyoto menceritakan tentang proses bersama seniman sanggarnya dan proses berelasi dengan berbagai kalangan, termasuk BKB, dalam penciptaan tarian Kinara-Kinari yang bersumber dari relief Candi Mendut.
Selain itu, Ganang Tri Laksana menuturkan tentang proses penciptaan karya sendratari "Sang Jataka" bersumber dari relief Jataka-Avadana di Candi Borobudur.
"Menjadi sarana edukasi tentang relief Candi Borobudur kepada masyarakat dan wisatawan. Selain itu, memberikan pengalaman lain kepada wisatawan dan masyarakat melalui atraksi wisata dalam wujud pertunjukan seni tari," kata Ganang.