Solo (ANTARA) - Pengamat Politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Agus Riwanto menyatakan rencana mundurnya Achmad Purnomo dari bursa Pemilihan Wali Kota Surakarta menjadi tantangan bagi PDIP untuk tetap menjadi partai yang kompetitif.
"Rencana mundurnya Achmad Purnomo sebagai calon peserta pilkada dari PDIP tentu sebagai peluang dan tantangan," kata Agus Riwanto di Solo, Senin.
Hal itu, lanjut dia, peluang bagi Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi peserta Pemilihan Wali Kota Surakarta karena saat ini menjadi bakal calon tunggal dari PDIP.
Meski demikian, dari sisi problem legitimasi, publik akan membaca kalau hanya satu calon, tidak demokratis.
Menurut dia,hal itu seharusnya direspons positif oleh parpol dengan membuka peluang, menyeleksi dari awal. Siapa yang mau maju supaya bisa berkompetisi secara internal terlebih dahulu.
"Publik akan melihat, PDIP ini partai yang kompetitif atau bukan dalam seleksi calon. Siapa tahu masih tercecer calon yang lebih baik di Solo," katanya.
Baca juga: Mundurnya Purnomo dari bakal calon wali kota disebut hanya wacana politik
Terkait dengan rencana mundurnya Achmad Purnomo tersebut, dia menduga ada kepentingan politik tersendiri.
"Harus dibaca sebagai bagian dari menjawab berbagai masalah yang dihadapi. Boleh jadi kemunduran dia sebagai calon karena Pak Pur tidak begitu optimistis bahwa rekomendasi DPP akan jatuh ke tangan beliau, jadi lebih baik tidak dilanjutkan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, bisa jadi ada kehendak kelompok tertentu untuk memuluskan calon tertentu menjadi calon tunggal dari PDIP.
"Kemungkinan yang terakhir dan ini positif adalah rencana mundurnya Pak Pur ini sebagai bentuk dari sikap kenegarawanannya dalam penanganan COVID-19. Apalagi Solo adalah daerah awal yang menerapkan KLB," katanya.
Baca juga: Achmad Purnomo optimistis kantongi rekomendasi PDI Perjuangan
Dengan demikian, lebih baik hal itu dilakukan, kemudian memberikan ruang bagi orang lain untuk jadi calon peserta pilkada.
"Ini bagian dari cara dia dalam membatasi diri dan melahirkan generasi baru. Kita merindukan sosok seperti ini, tidak perlu mencalonkan diri lagi kalau sudah dua kali agar ada sirkulasi kekuasaan, melahirkan pemimpin baru yang lebih berani dengan program barunya, lebih progresif," katanya.
Sebelumnya, Achmad Purnomo menyatakan akan mundur dari pertarungan Pemilihan Wali Kota Surakarta 2020 jika pilkada tetap dilaksanakan pada bulan Desember 2020 dengan alasan kondisi negara yang tengah terserang wabah COVID-19.
"Saya enggak sampai hati kalau harus kampanye di tengah masyarakat. Ini sudah saya pikirkan matang-matang, bukan hanya kepentingan politik," katanya.
Baca juga: Achmad Purnomo bungkam soal dukungan partai lain
Baca juga: Bersaing dengan Gibran, Achmad Purnomo pastikan rekomendasi PDIP masih tertunda
"Rencana mundurnya Achmad Purnomo sebagai calon peserta pilkada dari PDIP tentu sebagai peluang dan tantangan," kata Agus Riwanto di Solo, Senin.
Hal itu, lanjut dia, peluang bagi Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi peserta Pemilihan Wali Kota Surakarta karena saat ini menjadi bakal calon tunggal dari PDIP.
Meski demikian, dari sisi problem legitimasi, publik akan membaca kalau hanya satu calon, tidak demokratis.
Menurut dia,hal itu seharusnya direspons positif oleh parpol dengan membuka peluang, menyeleksi dari awal. Siapa yang mau maju supaya bisa berkompetisi secara internal terlebih dahulu.
"Publik akan melihat, PDIP ini partai yang kompetitif atau bukan dalam seleksi calon. Siapa tahu masih tercecer calon yang lebih baik di Solo," katanya.
Baca juga: Mundurnya Purnomo dari bakal calon wali kota disebut hanya wacana politik
Terkait dengan rencana mundurnya Achmad Purnomo tersebut, dia menduga ada kepentingan politik tersendiri.
"Harus dibaca sebagai bagian dari menjawab berbagai masalah yang dihadapi. Boleh jadi kemunduran dia sebagai calon karena Pak Pur tidak begitu optimistis bahwa rekomendasi DPP akan jatuh ke tangan beliau, jadi lebih baik tidak dilanjutkan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, bisa jadi ada kehendak kelompok tertentu untuk memuluskan calon tertentu menjadi calon tunggal dari PDIP.
"Kemungkinan yang terakhir dan ini positif adalah rencana mundurnya Pak Pur ini sebagai bentuk dari sikap kenegarawanannya dalam penanganan COVID-19. Apalagi Solo adalah daerah awal yang menerapkan KLB," katanya.
Baca juga: Achmad Purnomo optimistis kantongi rekomendasi PDI Perjuangan
Dengan demikian, lebih baik hal itu dilakukan, kemudian memberikan ruang bagi orang lain untuk jadi calon peserta pilkada.
"Ini bagian dari cara dia dalam membatasi diri dan melahirkan generasi baru. Kita merindukan sosok seperti ini, tidak perlu mencalonkan diri lagi kalau sudah dua kali agar ada sirkulasi kekuasaan, melahirkan pemimpin baru yang lebih berani dengan program barunya, lebih progresif," katanya.
Sebelumnya, Achmad Purnomo menyatakan akan mundur dari pertarungan Pemilihan Wali Kota Surakarta 2020 jika pilkada tetap dilaksanakan pada bulan Desember 2020 dengan alasan kondisi negara yang tengah terserang wabah COVID-19.
"Saya enggak sampai hati kalau harus kampanye di tengah masyarakat. Ini sudah saya pikirkan matang-matang, bukan hanya kepentingan politik," katanya.
Baca juga: Achmad Purnomo bungkam soal dukungan partai lain
Baca juga: Bersaing dengan Gibran, Achmad Purnomo pastikan rekomendasi PDIP masih tertunda