Purwokerto (ANTARA) - Produktivitas tanaman padi yang dihasilkan petani di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, rata-rata mencapai 8 ton gabah kering panen (GKP) per hektare, kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas Widarso.

"Kebetulan sekarang sedang berlangsung panen raya dari MT (Musim Tanam) I Tahun 2019-2020. Alhamdulillah produktivitasnya bisa mencapai 8 ton per hektare karena hama wereng dan tikus dapat dikendalikan. Sampai saat ini, luas panen sudah mencapai kisaran 20.000 hektare dari total luas tanam sekitar 30.000 hektare," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.

Ia mengatakan harga GKP di tingkat petani pun saat sekarang masih tergolong bagus dan masih selaras dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras.

Dalam hal ini, HPP untuk GKP di tingkat petani ditetapkan Rp4.200 per kilogram dan di tingkat penggilingan Rp4.250 per kilogram, sedangkan untuk gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan Rp5.250 per kilogram dan di gudang Bulog Rp5.300 per kilogram, sedangkan beras di gudang Bulog Rp8.300 per kilogram.

Baca juga: Pemkab Purbalingga perkirakan surplus beras bisa capai 1.400 ton

"Sekarang permintaan akan beras untuk penyaluran bantuan pangan cukup tinggi dan harga GKP-nya juga masih bagus. Kalaupun ada yang anjlok hingga Rp3.500 per kilogram, itu karena tanaman padinya roboh terkena hujan dan angin," jelasnya.

Terkait dengan kondisi tersebut, Widarso mengaku optimistis nilai tukar petani di Kabupaten Banyumas lebih dari 100 sehingga petaninya bisa sejahtera dengan harga gabah dan beras yang masih tergolong bagus.

Kendati demikian, dia mengimbau petani untuk menyimpan sebagian hasil panennya ke lumbung padi sebagai cadangan jika terjadi kerawanan pangan.

"Berdasarkan data, hingga saat ini di Kabupaten Banyumas sudah ada 15 desa yang menghidupkan kembali lumbung padi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerawanan pangan," katanya.

Baca juga: Sejumlah desa di Purbalingga mulai panen padi

Ia mengakui secara global, pandemi COVID-19 berpeluang mengakibatkan terjadinya kerawanan pangan seperti yang diprediksi organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO).

Akan tetapi secara lokal khususnya Kabupaten Banyumas, kata dia, hal itu diprediksi tidak akan terjadi karena stok pangan yang ada masih mencukupi kebutuhan selama tiga hingga empat bulan ke depan.

Sementara itu petani yang sudah selesai panen, lanjut dia, langsung mengolah sawah dan menanaminya kembali untuk MT II yang diprediksi bisa dipanen dalam tiga bulan ke depan.

"Dengan demikian, ketersediaan beras di Banyumas tetap mencukupi kebutuhan," jelasnya. 

Baca juga: Serap gabah petani, Bulog Banyumas tetapkaan harga Rp4.200/kg
Baca juga: Hadapi panen raya, petani Banyumas diimbau antisipasi penyebaran COVID-19

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024