Kudus (ANTARA) - Sukarsih, pasien positif virus corona jenis baru di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah yang dinyatakan sembuh, mengingatkan masyarakat agar tidak memberikan stigma terhadap pasien dalam pengawasan dan pasien positif COVID-19 yang dinyatakan sembuh.

"Pasien COVID-19 yang dinyatakan sembuh, seharusnya mendapatkan dukungan moril dari masyarakat sehingga kondisi kesehatannya seperti sebelumnya," kata Sukarsih yang merupakan pasien positif COVID-19 di Kabupaten Kudus pertama kali dinyatakan sembuh di Kudus, Senin.

Jika masyarakat memberikan stigma, Sukarsih yang juga perawat di RS Mardi Rahayu Kudus itu, kondisi kesehatan mereka justru semakin terpuruk karena merasa dikucilkan.

Baca juga: Polres Kudus siap bantu pemakaman jenazah COVID-19 (VIDEO)
Baca juga: PKL Kudus minta pemberlakuan pembatasan jam malam dievaluasi

Ia mengatakan masyarakat berstatus orang dalam pemantauan (ODP) juga perlu diberi dukungan agar tetap menjaga kondisi kesehatannya sehingga tidak mudah tertular virus corona.

Menurut pengalaman pribadinya selama menjadi pasien positif corona, setiap harinya berupaya menciptakan suasana nyaman dan pemikiran yang positif guna meningkatkan daya imunnya.

"Ketika kondisi pasien positif COVID-19 dalam keadaan baik dan senang, maka imun dalam diri pasien akan terbentuk sehingga proses pemulihan bisa lebih cepat," ujarnya.

Ia mengaku memiliki pengalaman yang kurang nyaman ketika pulang ke daerah asalnya, yang ternyata kondisi depan rumahnya sempat sepi karena dirinya memang diketahui banyak pihak positif corona.

Beruntung, kata dia, teman di tempat kerjanya memberikan dukungan sehingga hingga kini dirinya mampu melewati masa perawatan di ruang isolasi khusus.

Sukarsih merupakan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Mardirhayu Kudus dan dinyatakan sembuh pada Rabu (8/4), sekaligus pasien pertama yang dinyatakan sembuh.

Perempuan asal Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati tersebut, diduga terpapar virus corona ketika pergi ke sejumlah tempat, tanpa memakai masker, sebelum 25 Maret 2020. Ia mengalami gejala mirip virus corona dengan keluhan sakit perut, yang mungkin karena nyeri saat haid, dan diare, sedangan saat dirawat timbul batuk kering dan sesak napas.

Pada 27 Maret 2020 ia dirawat di ruang isolasi khusus untuk pasien dalam pengawasan (PDP) dan hari berikutnya menjalani tes cepat dengan hasil positif, kemudian dilakukan swab tenggorokan dua kali dan pada 8 April 2020 hasil PCR untuk kedua swab sudah negatif, sehingga dinyatakan sembuh.

Baca juga: Kontak dengan pasien COVID-19, enam petugas kesehatan RSUD Kudus dikarantina

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024