Solo (ANTARA) - Pemerintah Kota Surakarta, Jawa Tengah, memastikan tidak akan melakukan "lockdown" sebagai langkah memerangi penyebaran pandemi COVID-19.
"Saya tidak akan 'lockdown', hanya berharap masyarakat Kota Surakarta bahwa hukumnya wajib untuk waspada dan tidak keluar rumah sehingga untuk mengantisipasi penyebaran ini kami lebih mudah," kata Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo di Solo, Sabtu.
Ia mengatakan sejauh ini sistem karantina mandiri yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta cukup efektif.
"Salah satu contoh, 75 orang yang kami karantina mandiri, penyebaran di kanan kirinya tidak muncul. Justru yang muncul yang pulang dari luar negeri semua, termasuk yang kemarin meninggal di Purwodiningratan," katanya.
Ia mengatakan indikator keberhasilan pada upaya karantina mandiri adalah jika di kanan kirinya tidak ada warga yang masuk ke rumah sakit.
"Pada karantina mandiri di Solo ini setiap dua hari sekali kami cek kesehatannya, dari Puskesmas ke sana, logistik kami kirim jangan sampai mereka keluar," katanya.
Baca juga: Ganjar: Kota Tegal hanya "local lockdown"
Sementara itu mengenai rapid tes, pihaknya masih menunggu dari RS dr Moewardi. Ia berharap segera ada keputusan terkait rapid tes ini.
"Tetapi kalau rapid tes jangan seperti di Bekasi, (warga) dibawa ke lapangan. Mestinya jemput bola sehingga tidak terjadi pengumpulan massa," katanya.
Ia mengatakan Pemkot Surakarta siap jemput bola terkait upaya rapid tes ini.
"Kami sudah punya strategi, apalagi kalau status KLB (kejadian luar biasa) diperpanjang. Ini untuk kepentingan masyarakat yang seharusnya bekerja harian," katanya.
Baca juga: Tegal "lockdown" lokal, bus di Terminal Kalideres tak layani penumpang ke arah Tegal
"Saya tidak akan 'lockdown', hanya berharap masyarakat Kota Surakarta bahwa hukumnya wajib untuk waspada dan tidak keluar rumah sehingga untuk mengantisipasi penyebaran ini kami lebih mudah," kata Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo di Solo, Sabtu.
Ia mengatakan sejauh ini sistem karantina mandiri yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta cukup efektif.
"Salah satu contoh, 75 orang yang kami karantina mandiri, penyebaran di kanan kirinya tidak muncul. Justru yang muncul yang pulang dari luar negeri semua, termasuk yang kemarin meninggal di Purwodiningratan," katanya.
Ia mengatakan indikator keberhasilan pada upaya karantina mandiri adalah jika di kanan kirinya tidak ada warga yang masuk ke rumah sakit.
"Pada karantina mandiri di Solo ini setiap dua hari sekali kami cek kesehatannya, dari Puskesmas ke sana, logistik kami kirim jangan sampai mereka keluar," katanya.
Baca juga: Ganjar: Kota Tegal hanya "local lockdown"
Sementara itu mengenai rapid tes, pihaknya masih menunggu dari RS dr Moewardi. Ia berharap segera ada keputusan terkait rapid tes ini.
"Tetapi kalau rapid tes jangan seperti di Bekasi, (warga) dibawa ke lapangan. Mestinya jemput bola sehingga tidak terjadi pengumpulan massa," katanya.
Ia mengatakan Pemkot Surakarta siap jemput bola terkait upaya rapid tes ini.
"Kami sudah punya strategi, apalagi kalau status KLB (kejadian luar biasa) diperpanjang. Ini untuk kepentingan masyarakat yang seharusnya bekerja harian," katanya.
Baca juga: Tegal "lockdown" lokal, bus di Terminal Kalideres tak layani penumpang ke arah Tegal