Semarang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan bahwa Kota Tegal hanya melakukan isolasi secara terbatas atau local lockdown sebagai antisipasi meluasnya penyebaran virus Corona jenis baru (COVID-19).
"Saya sudah klarifikasi, sudah ada penjelasan soal itu. Intinya itu bukan lockdown, hanya isolasi terbatas agar masyarakat tidak bergerak bebas, sampai tingkat itu saja," katanya di Semarang, Jumat.
Ganjar mengaku sudah melakukan konfirmasi langsung kepada Wakil Wali Kota Tegal terkait keputusan yang diambil kepala daerah setempat.
Baca juga: Tegal tutup 50 titik perbatasan antisipasi COVID-19
Orang nomor satu di Jateng itu mengungkapkan, awalnya kebijakan itu diambil karena ada pasien positif COVID-19 di Kota Tegal sehingga Wali Kota Tegal beserta jajarannya merespon dengan mengeluarkan keputusan yang intinya membatasi gerak masyarakat dan mengurangi kerumunan.
"Maka saat itu dilakukanlah apa yang dikatakan local lockdown. Dimana itu, kata mereka di alun-alun karena di sana banyak masyarakat berkerumun," ujarnya.
Karena masyarakat masih tetap banyak yang berkerumun, lanjut Ganjar, Pemkot Tegal menaikkan lagi statusnya dengan menutup sejumlah objek wisata dan tempat hiburan, namun tetap saja, masyarakat masih banyak keluar di jalanan.
Baca juga: Tegal "lockdown" lokal, bus di Terminal Kalideres tak layani penumpang ke arah Tegal
"Lalu diambil kebijakan menutup jalur yang masuk ke kota atau kampung dengan barier yang ada. Sebenarnya itu, jadi judulnya sebenarnya lebih tepat isolasi kampung," ucap Ganjar menegaskan.
Sebab saat Ganjar bertanya apakah masyarakat masih boleh keluar rumah, Pemkot Tegal mengatakan masih memperbolehkan sehingga, dipastikan bahwa kebijakan itu bukanlah lockdown.
Baca juga: Pemkot Tegal tutup akses pusat-pusat keramaian
"Itu tidak lockdown, kalau iya maka masyarakat tidak boleh keluar rumah. Lha ini masih boleh kok," ujarnya.
Ganjar meminta seluruh bupati/wali kota atau siapa pun untuk hati-hati dalam menyikapi persoalan COVID-19, bahkan dirinya meminta agar para pemimpin daerah tidak menggunakan kata-kata lockdown yang membuat masyarakat resah.
Kendati demikian,Ganjar mendukung upaya isolasi kampung yang dilakukan Pemkot Tegal karena kalau itu berhasil, maka dirinya akan menerapkannya ke daerah lain.
"Minimal mereka melakukan isolasi pada level terkecil yakni RT. Silakan diatur, masyarakat hanya boleh bergerak di level RT saja. Kalau itu bisa, saya justru akan mendukung penuh. Jadi beritanya tidak seseram yang muncul di media, bahwa besok Tegal akan tertutup rapat, tidak seperti itu," tuturnya.
Seperti diwartakan, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono menyatakan bahwa daerahnya menerapkan lockdown dengan menutup sejumlah akses masuk ke kota setempat setelah ada pasien yang dinyatakan positif COVID-19.
"Saya sudah klarifikasi, sudah ada penjelasan soal itu. Intinya itu bukan lockdown, hanya isolasi terbatas agar masyarakat tidak bergerak bebas, sampai tingkat itu saja," katanya di Semarang, Jumat.
Ganjar mengaku sudah melakukan konfirmasi langsung kepada Wakil Wali Kota Tegal terkait keputusan yang diambil kepala daerah setempat.
Baca juga: Tegal tutup 50 titik perbatasan antisipasi COVID-19
Orang nomor satu di Jateng itu mengungkapkan, awalnya kebijakan itu diambil karena ada pasien positif COVID-19 di Kota Tegal sehingga Wali Kota Tegal beserta jajarannya merespon dengan mengeluarkan keputusan yang intinya membatasi gerak masyarakat dan mengurangi kerumunan.
"Maka saat itu dilakukanlah apa yang dikatakan local lockdown. Dimana itu, kata mereka di alun-alun karena di sana banyak masyarakat berkerumun," ujarnya.
Karena masyarakat masih tetap banyak yang berkerumun, lanjut Ganjar, Pemkot Tegal menaikkan lagi statusnya dengan menutup sejumlah objek wisata dan tempat hiburan, namun tetap saja, masyarakat masih banyak keluar di jalanan.
Baca juga: Tegal "lockdown" lokal, bus di Terminal Kalideres tak layani penumpang ke arah Tegal
"Lalu diambil kebijakan menutup jalur yang masuk ke kota atau kampung dengan barier yang ada. Sebenarnya itu, jadi judulnya sebenarnya lebih tepat isolasi kampung," ucap Ganjar menegaskan.
Sebab saat Ganjar bertanya apakah masyarakat masih boleh keluar rumah, Pemkot Tegal mengatakan masih memperbolehkan sehingga, dipastikan bahwa kebijakan itu bukanlah lockdown.
Baca juga: Pemkot Tegal tutup akses pusat-pusat keramaian
"Itu tidak lockdown, kalau iya maka masyarakat tidak boleh keluar rumah. Lha ini masih boleh kok," ujarnya.
Ganjar meminta seluruh bupati/wali kota atau siapa pun untuk hati-hati dalam menyikapi persoalan COVID-19, bahkan dirinya meminta agar para pemimpin daerah tidak menggunakan kata-kata lockdown yang membuat masyarakat resah.
Kendati demikian,Ganjar mendukung upaya isolasi kampung yang dilakukan Pemkot Tegal karena kalau itu berhasil, maka dirinya akan menerapkannya ke daerah lain.
"Minimal mereka melakukan isolasi pada level terkecil yakni RT. Silakan diatur, masyarakat hanya boleh bergerak di level RT saja. Kalau itu bisa, saya justru akan mendukung penuh. Jadi beritanya tidak seseram yang muncul di media, bahwa besok Tegal akan tertutup rapat, tidak seperti itu," tuturnya.
Seperti diwartakan, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono menyatakan bahwa daerahnya menerapkan lockdown dengan menutup sejumlah akses masuk ke kota setempat setelah ada pasien yang dinyatakan positif COVID-19.