Semarang (ANTARA) - Pengasuh Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang Kiai Haji Yusuf Chudlori berpendapat bahwa kaidah fikih mencegah bahaya (mafsadat) harus menjadi prioritas utama dibandingkan mengambil manfaat, sangat pas diterapkan dalam menghadapi kondisi merebaknya virus Corona jenis baru (COVID-19).
"Pembatasan aktivitas dalam bentuk berkumpulnya massa yang banyakmenjadi langkah baik dalam menghentikan penyebaran virus yang sangat cepat bermigrasinya ini," katanya di Semarang, Kamis.
Pria yang akrab disapa Gus Yusuf itu menjelaskan sekolah itu manfaat, hanya saja untuk sekarang ini tinggal di rumah (stay at home), belajar di rumah lebih prioritas dalam upaya penanganan COVID-19.
"Silaturahim, bertemu sanak famili, pergi ke pengajian itu maslahat, tapi untuk saat ini kita tunda dahulu," ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPW PKB Jawa Tengah ini.
Menurut dia, saat pandemi COVID-19 semakin menyebar di berbagai daerah, maka wajib bagi manusia untuk memutus mata rantai penyebarannya dengan cara menjaga kesehatan.
"Allah memerintahkan manusia untuk berikhtiar. Jaga kebersihan, diam dirumah, hindari dulu kerumunan-kerumunan masyarakat," katanya.
Gus Yusuf juga mencontohkan saat Mekkah
ditutup untuk ibadah umrah dan haji, hal itu bukan berarti takut terhadap COVID-19, namun justru sebagai bagian ikhtiar untuk menaati perintah Sang Pencipta.
"Surat Al-Baqarah ayat 195 menyebutkan, dimana artinya, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik," ujarnya.
Terkait dengan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan ponpes yang diasuhnya, Gus Yusuf menerapkan protokol pengamanan dengan meningkatkan kewaspadaan sebagai wujud taat pada surat edaran yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah dan menindaklanjuti imbauan Pengurus Wilayah (PW) Rabithah Ma'ahid Al-Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jawa Tengah tentang COVID-19.
Bentuk peningkatan kewaspadaan tersebut meliputi pengecekan ketersediaan alat pengukur suhu tubuh dan juga melakukan aksi bersih-bersih lingkungan, termasuk menyediakan "hand sanitizer" bagi pengurus, santri, khadim, serta siapapun yang keluar-masuk area ponpes.
Selain meningkatkan kewaspadaan, Gus Yusuf juga meminta kepada para wali santri untuk tidak menjenguk putra-putrinya hingga 14 hari kedepan.
"Meskipun tidak diperkenankan menjenguk putra-putrinya untuk sementara waktu, Insya Allah semua akan baik-baik saja, Rumah Sakit Syubbanul Wathan selalu memantau seluruh kondisi kesehatan para santri," katanya.
"Pembatasan aktivitas dalam bentuk berkumpulnya massa yang banyakmenjadi langkah baik dalam menghentikan penyebaran virus yang sangat cepat bermigrasinya ini," katanya di Semarang, Kamis.
Pria yang akrab disapa Gus Yusuf itu menjelaskan sekolah itu manfaat, hanya saja untuk sekarang ini tinggal di rumah (stay at home), belajar di rumah lebih prioritas dalam upaya penanganan COVID-19.
"Silaturahim, bertemu sanak famili, pergi ke pengajian itu maslahat, tapi untuk saat ini kita tunda dahulu," ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPW PKB Jawa Tengah ini.
Menurut dia, saat pandemi COVID-19 semakin menyebar di berbagai daerah, maka wajib bagi manusia untuk memutus mata rantai penyebarannya dengan cara menjaga kesehatan.
"Allah memerintahkan manusia untuk berikhtiar. Jaga kebersihan, diam dirumah, hindari dulu kerumunan-kerumunan masyarakat," katanya.
Gus Yusuf juga mencontohkan saat Mekkah
ditutup untuk ibadah umrah dan haji, hal itu bukan berarti takut terhadap COVID-19, namun justru sebagai bagian ikhtiar untuk menaati perintah Sang Pencipta.
"Surat Al-Baqarah ayat 195 menyebutkan, dimana artinya, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik," ujarnya.
Terkait dengan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan ponpes yang diasuhnya, Gus Yusuf menerapkan protokol pengamanan dengan meningkatkan kewaspadaan sebagai wujud taat pada surat edaran yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah dan menindaklanjuti imbauan Pengurus Wilayah (PW) Rabithah Ma'ahid Al-Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jawa Tengah tentang COVID-19.
Bentuk peningkatan kewaspadaan tersebut meliputi pengecekan ketersediaan alat pengukur suhu tubuh dan juga melakukan aksi bersih-bersih lingkungan, termasuk menyediakan "hand sanitizer" bagi pengurus, santri, khadim, serta siapapun yang keluar-masuk area ponpes.
Selain meningkatkan kewaspadaan, Gus Yusuf juga meminta kepada para wali santri untuk tidak menjenguk putra-putrinya hingga 14 hari kedepan.
"Meskipun tidak diperkenankan menjenguk putra-putrinya untuk sementara waktu, Insya Allah semua akan baik-baik saja, Rumah Sakit Syubbanul Wathan selalu memantau seluruh kondisi kesehatan para santri," katanya.