Semarang (ANTARA) - Setiap musim hujan, berita banjir di mana-mana sering menghiasai media massa, baik cetak maupun elektronik. Bahkan, daerah atas Kota Semarang, misalnya, pun tak luput dari genangan air akibat saluran di kanan kiri jalan tersumpal sampah.

Di sinilah pentingnya peran serta masyarakat untuk menjaga lingkungannya masing-masing dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat, apalagi sampai menyumbat saluran. Imbasnya tentu akan merugikan orang lain, terutama pengguna jalan yang terhambat perjalanannya akibat banjir.

Prasarana, seperti tong sampah di sejumlah titik jalan, yang telah disiapkan oleh pemerintah kabupaten/kota tidak akan muspra jika masyarakat membuang sampah pada tempatnya. Apalagi, sampah mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), seperti beling, obat nyamuk, dan bekas detergen yang memerlukan tempat khusus. Janis sampah ini tinggal dibuang di tong warna merah bertuliskan "B3".

Baca juga: Gubernur Jateng ajak masyarakat Kudus tidak buang sampah di sungai

Begitu pula, ketika masyarakat akan membuang sampah organik, seperti bekas sayuran, buah, sisa nasi, dan daun, tinggal buang ke tong sampah warna hijau. Pemerintah kabupaten/kota juga menyediakan tong sampah warna kuning untuk sampah anorganik yang bertuliskan "SAMPAH NON ORGANIK", seperti plastik, logam, kaca, karet, dan kaleng. Ada pula yang menempatkan tong sampah warna biru khusus kertas.

Jika belum tersedia empat tong sampah, jenis sampah dipilah-pilah, kemudian ditempatkan di empat kantong plastik sebelum dibuang ke bak sampah. Hal ini juga akan memudahkan pemulung untuk mengambil jenis sampah anorganik, atau mereka tidak mengubrak-abrik bak sampah hingga isinya berserakan.

Dengan demikian, tertib buang sampah ini tidak hanya berkaitan dengan masalah banjir di sejumlah daerah di Indonesia, pemilahan jenis sampah itu juga memudahkan mereka yang mengais rezeki melalui bak sampah kita. Mereka dengan mudah mendapatkan sampah anorganik, kemudian menjualnya kepada pengepul sampah. Selanjutnya, didaur ulang untuk dijadikan aneka kerajinan.

Contoh karya mahasiswi Universitas Ciputra (UC) Surabaya Ajeng Nurillah Wibowo yang memanfaatkan sampah plastik menjadi kacamata fesyen. Kacamata berbahan daur ulang dari sampah tutup botol plastik ini tampil dalam New York Fashion Week 2020.

Baca juga: Atasi sampah, Pati ditawari pengelolaan sampah secara modern
Baca juga: Dua Siswa SMPN 1 Surabaya daur ulang plastik jadi komposit pengganti kayu

Pewarta : D.Dj. Kliwantoro
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024