Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr. Indra Permanajati mengingatkan agar kegiatan luar ruang harus memperhatikan risiko bencana guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

"Panitia atau pengelola kegiatan luar ruang perlu memperhatikan risiko bencana yang bisa terjadi," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.

Koordinator Bencana Geologi Pusat Mitigasi Universitas Jenderal Soedirman tersebut, menyebutkan bahwa sebelum melakukan kegiatan luar ruang perlu adanya persiapan yang matang.

Baca juga: Guru Olahraga SMPN 1 Turi ditahan dalam insiden susur Sungai Sempor

"Persiapan harus matang dengan berbagai peralatan yang nantinya bisa dimanfaatkan dalam kondisi darurat. Tetapi yang paling penting adalah sudah memprediksi dari awal mengenai lokasi kegiatan, kemungkinan buruk yang bisa terjadi baik itu bencana alam atau karena faktor manusia dan kesiapan menghadapi kemungkinan terburuk tersebut," katanya.

Selain itu, kata dia, yang paling penting adalah panitia atau pengelola kegiatan perlu mengukur kemampuan peserta baik dari sisi kesehatan ataupun "skill" di lapangan.

"Terkait dengan kegiatan liat ruang, maka kecelakaan yang terjadi pada siswa SMPN 1 Turi di Sleman saat melakukan kegiatan susur sungai perlu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua agar pada masa yang akan datang lebih memperhatikan risiko bencana," katanya.

Anggota Ikatan Ahli Bencana Indonesia itu, juga mengingatkan perlunya koordinasi dengan BPBD setempat sebelum melakukan kegiatan luar ruang.

"Saran kami setiap kegiatan yang terkait dengan kondisi luar ruangan harus berkoordinasi dengan BPBD setempat, karena instansi ini yang paling memahami kondisi alam di sekitarnya baik itu potensi bencana, kemungkinan bencana dan faktor-faktor lain yang membahayakan yang mungkin tidak diketahui," katanya.

Baca juga: Seluruh korban hanyut siswa SMPN 1 Turi ditemukan
 


Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024