Magelang (ANTARA) - Pementasan wayang kulit Babad Diponegoro yang diselenggarakan Pemerintah Kota Magelang untuk mengenalkan kepada generasi muda tentang sejarah perjuangan bangsa dan semangat kepahlawanan, kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Sugeng Priyadi.

"Kami ingin mengenalkan kepada generasi muda tentang sejarah ini. Ketika sudah kenal, diharapkan mereka akan tertarik, kemudian mencintai bangsa ini dari sejarah," katanya di Magelang, Jumat.

Pementasan wayang kulit Babad Diponegoro dengan lakon "Diponegoro Kridha" akan digelar di Alun-Alun Kota Magelang, Sabtu (22/2), dengan dalang Ki Catur Benyek Kuncoro (Yogyakarta), sebagai rangkaian agenda sepanjang tahun ini, "Magelang Moncer Serius".

Baca juga: Edukasi sejarah pahlawan, Pemkot Magelang gelar haul Diponegoro

Ia menyebut Pangeran Diponegoro memiliki keterikatan catatan sejarah dengan Kota Magelang dalam rangkaian Perang Jawa (1825-1830) yang dipimpinnya melawan kolonialisme Belanda.

Kawasan Pegunungan Menoreh yang sebagian wilayahnya di dekat Kota Magelang sebagai tempat gerilya pasukan Diponegoro, sedangkan di gedung Keresidenan Kedu di Kota Magelang, Sang Pangeran ditangkap oleh Jenderal de Kock.

"Ini merupakan rangkaian sejarah yang jangan sampai dilupakan warga Magelang," kata Sugeng dalam konferensi pers di Ruang Media Kompleks Kantor Wali Kota Magelang itu.

Ia menjelaskan Pangeran Diponegoro memiliki laskar yang menyebar di seluruh penjuru Kota Magelang.

Setelah Diponegoro tertangkap penjajah pada 1830, kata dia, nama-nama mereka banyak yang diabadikan menjadi topomini nama-nama kampung di wilayah Kota Magelang, seperti Nyai Bayem menjadi Kampung Bayeman dan Kiai Kemiri menjadi Kemirirejo.

"Tidak hanya itu, Kota Magelang juga banyak terdapat makam para laskar Pangeran Diponegoro, seperti Kiai Langgeng, Kiai Dudo, Kiai Tunggul Wulung, Kiai Sanggrahan dan lainnya," katanya.

Pemerintah Kota Magelang sering mengadakan kegiatan yang bertujuan mengingatkan dan mengenalkan generasi muda terhadap pahlawan nasional itu, antara lain melalui Gerakan Melek Sejarah diprakarsai Kemendikbud, pembuatan Film "Titi Mangsa" dengan aktor Ki Roni Sodewo (generasi ke-7 Pangeran Diponegoro), dan haul Pangeran Diponegoro.

Terkait dengan pementasan "Diponegoro Kridha", katanya, wayang itu menceritakan tentang kelahiran Pangeran Diponegoro hingga dewasa, menjadi pemuda pemberani dan pembela kebenaran serta keadilan.

Pangeran Diponegoro memiliki kakek buyut Sultan Hamengku Buwono I. Ia lahir dengan nama Mustahar pada Jumat Wage, dan ketika beranjak dewasa berganti nama menjadi Raden Ontowiryo.

Sebagai putra keluarga keraton, katanya, sikap berani ditunjukkan ketika harus menegakkan kebenaran dan keadilan, sampai pada suatu ketika Raden Ontowiryo bertekad keluar dari lingkungan keraton manakala Belanda sudah terlalu jauh mencampuri urusan di dalam keraton.

Ia, katanya, menjadi sosok pemuda yang bertekad dan berjuang menyingkirkan penjajahan Belanda. (hms)

Baca juga: Pangdam IV: Haul Diponegoro momentum gelorakan semangat perjuangan

Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024