Purworejo (ANTARA) - Agung Budi Wibowo (18), seorang pemuda warga Desa Kedung Karang dalem Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, belajar secara autodidak tentang robotika dan berhasil menciptakan robot mini pembuat telur dadar.
Agung di Purworejo, Kamis, menuturkan dirinya belajar membuat robot secara autodidak, salah satunya menonton video dasar dan mekanisme pembuatan robot dari You Tube dan Google bersama beberapa teman.
"Awalnya saya belajar dari You Tube dan Google tentang cara kerja motor servo, mikro kontroler, jadi tidak langsung fokus di robot, kemudian saya coba-coba akhirnya bisa membuat robot dengan bahan dan alat sederhana," katanya.
Pemuda lulusan SMK Negeri 1 Purworejo tahun 2019 ini menuturkan ilmu pembuatan robot belum pernah diterimanya waktu belajar di sekolah karena jurusan yang ditekuni adalah teknik kendaraan ringan (otomotif).
Kasihan ibu
Dia tertarik membuat robot karena merasa iba melihat ibunya Praptining Utami (55) yang berjualan telur dadar mini agak kerepotan saat menuangkan adonan telur karena ada gangguan pada mata.
"Robot ini memang saya buat untuk memudahkan ibu berjualan karena ibu mengalami gangguan penglihatan, setiap kali menuangkan adonan telur harus dekat dengan wajan yang panas. Melihat hal itu saya tidak tega," katanya.
Ia menjelaskan cara kerja robot, yakni lengan-lengan mekanis robot akan mengatur posisi di setiap lubang-lubang cetakan di wajan kemudian pompa menyedot adonan telur dan dialirkan ke cetakan lewat selang.
Pemuda yang kini mengajari adik kelasnya di SMK Negeri 1 Purworejo pada ekstra kurikuler robotik ini menyatakan untuk membuat robot mini pembuat telur dadar tersebut menghabiskan dana sekitar Rp1,5 juta.
Untuk membuat robot tersebut memang harus membeli beberapa komponen di luar kota seperti Solo, Yogyakarta, dan Jakarta, karena belum ada di Purworejo.
Menurut dia keberadaan robot tersebut tidak hanya memudahkan ibunya saat berjualan, tetapi juga turut mendongkrak omzet penjualan.
"Sejak ada robot ini, banyak yang membeli telur dadar yang dijajakan ibunya. Kalau sebelumnya keuntungan ibu Rp30.000 hingga Rp40.000 per hari, kini bisa untung Rp50.000 hingga Rp60.000 per hari," katanya.
Setelah dirinya viral di media sosial dengan pembuatan robot tersebut ada beberapa orang yang ingin dibuatkan alat-alat lain berbasis robot bahkan ada yang menawari pekerjaan, namun dirinya belum menyanggupinya.
Pemuda yang juga mengajar otomotif di SMA Muhammadiyah Purworejo itu masih menekuni pengembangan robot pembuat telur dadar, terutama motornya akan diperkuat.
Baca juga: Rescue UGV, robot penemu korban bencana, ciptaan mahasiswa UNS
Baca juga: Mahasiswa UMP juara 1 Kontes Robot Line Nasional di Unnes
Agung di Purworejo, Kamis, menuturkan dirinya belajar membuat robot secara autodidak, salah satunya menonton video dasar dan mekanisme pembuatan robot dari You Tube dan Google bersama beberapa teman.
"Awalnya saya belajar dari You Tube dan Google tentang cara kerja motor servo, mikro kontroler, jadi tidak langsung fokus di robot, kemudian saya coba-coba akhirnya bisa membuat robot dengan bahan dan alat sederhana," katanya.
Pemuda lulusan SMK Negeri 1 Purworejo tahun 2019 ini menuturkan ilmu pembuatan robot belum pernah diterimanya waktu belajar di sekolah karena jurusan yang ditekuni adalah teknik kendaraan ringan (otomotif).
Kasihan ibu
Dia tertarik membuat robot karena merasa iba melihat ibunya Praptining Utami (55) yang berjualan telur dadar mini agak kerepotan saat menuangkan adonan telur karena ada gangguan pada mata.
"Robot ini memang saya buat untuk memudahkan ibu berjualan karena ibu mengalami gangguan penglihatan, setiap kali menuangkan adonan telur harus dekat dengan wajan yang panas. Melihat hal itu saya tidak tega," katanya.
Ia menjelaskan cara kerja robot, yakni lengan-lengan mekanis robot akan mengatur posisi di setiap lubang-lubang cetakan di wajan kemudian pompa menyedot adonan telur dan dialirkan ke cetakan lewat selang.
Pemuda yang kini mengajari adik kelasnya di SMK Negeri 1 Purworejo pada ekstra kurikuler robotik ini menyatakan untuk membuat robot mini pembuat telur dadar tersebut menghabiskan dana sekitar Rp1,5 juta.
Untuk membuat robot tersebut memang harus membeli beberapa komponen di luar kota seperti Solo, Yogyakarta, dan Jakarta, karena belum ada di Purworejo.
Menurut dia keberadaan robot tersebut tidak hanya memudahkan ibunya saat berjualan, tetapi juga turut mendongkrak omzet penjualan.
"Sejak ada robot ini, banyak yang membeli telur dadar yang dijajakan ibunya. Kalau sebelumnya keuntungan ibu Rp30.000 hingga Rp40.000 per hari, kini bisa untung Rp50.000 hingga Rp60.000 per hari," katanya.
Setelah dirinya viral di media sosial dengan pembuatan robot tersebut ada beberapa orang yang ingin dibuatkan alat-alat lain berbasis robot bahkan ada yang menawari pekerjaan, namun dirinya belum menyanggupinya.
Pemuda yang juga mengajar otomotif di SMA Muhammadiyah Purworejo itu masih menekuni pengembangan robot pembuat telur dadar, terutama motornya akan diperkuat.
Baca juga: Rescue UGV, robot penemu korban bencana, ciptaan mahasiswa UNS
Baca juga: Mahasiswa UMP juara 1 Kontes Robot Line Nasional di Unnes