Magelang (ANTARA) - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang, Jawa Tengah, meluncurkan buku fiksi "Pakuning Tanah Jawa" yang berisi cerita lokal tentang asal muasal Kota Magelang.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang, Isa Ashari di Magelang, mengatakan buka "Pakuning Tanah Jawa" ini merupakan babad Kota Magelang, buku cerita tentang asal mula Kota Magelang dan kisah Gunung Tidar.
"Buku ini diramu dengan sentuhan sastra oleh penulis Wicahyanti Rejeki dan disunting wartawan senior Hari Atmoko memberi pelajaran tentang karakter melalui amanat yang disampaikan sekaligus membagi wawasan mengenai Kota Magelang," katanya.
Buku Pakuning Tanah Jawa terdiri atas 70 halaman diterbitkan tahun 2019 oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang.
Isa mengatakan di Kota Magelang tidak sedikit kisah-kisah yang diwariskan oleh para leluhur. Namun, hanya sedikit yang terarsipkan.
Baca juga: Telaah - Jelajah Kampung, belajar sejarah Kota Magelang secara senang
Hal itu bisa dimaklumi, katanya mengingat cerita-cerita tersebut pada awalnya berkembang sebagai budaya lisan, maka tidak mengherankan ketika akhirnya terjadi distorasi cerita di sana-sini. Bahkan ada kalanya bisa muncul beberapa versi atas sebuah cerita.
"Namun, nilai akhir yang terpenting adalah bagaimana pesan moral dari sebuah cerita rakyat mengemban tugas sebagai cerminan karakter masyarakat pada suatu masa yang masih aktual untuk memberi inspirasi di masa kini," katanya.
Selain meluncurkan buku Pakuning Tanah Jawa, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang juga meluncurkan buku Kumpulan Sinopsis, Hikayat lubuk teka-teki dan Hikayat ibu yang paling hebat yang ditulis 80 siswa SD/MI di Kota Magelang.
Kemudian juga diluncurkan buku "Berliterasi dengan inovatif dan Kreatif di Era Digital" yang merupakan kumpulan artikel yang ditulis 30 siswa SMP/MTs di Kota Magelang.
Penulis buku Pakuning Tanah Jawa, Wicahyanti Rejeki menuturkan buku tersebut diselesaikan dalam waktu sekitar 2 bulan, dengen menggunakan referensi buku-buku yang sudah ada, artikel-artiket, sumber lisan, dan survei lapangan maupun survei perpustakaan.
"Kendalanya dalam penulisan buku ini terutama pencarian datanya, karena orang-orang yang bisa dipercaya jadi nara sumber yang valid itu sudah sulit ditemukan sehingga lebih banyak ke pustaka," katanya.
Baca juga: Pemkot Magelang bangkitkan wisata sejarah
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang, Isa Ashari di Magelang, mengatakan buka "Pakuning Tanah Jawa" ini merupakan babad Kota Magelang, buku cerita tentang asal mula Kota Magelang dan kisah Gunung Tidar.
"Buku ini diramu dengan sentuhan sastra oleh penulis Wicahyanti Rejeki dan disunting wartawan senior Hari Atmoko memberi pelajaran tentang karakter melalui amanat yang disampaikan sekaligus membagi wawasan mengenai Kota Magelang," katanya.
Buku Pakuning Tanah Jawa terdiri atas 70 halaman diterbitkan tahun 2019 oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang.
Isa mengatakan di Kota Magelang tidak sedikit kisah-kisah yang diwariskan oleh para leluhur. Namun, hanya sedikit yang terarsipkan.
Baca juga: Telaah - Jelajah Kampung, belajar sejarah Kota Magelang secara senang
Hal itu bisa dimaklumi, katanya mengingat cerita-cerita tersebut pada awalnya berkembang sebagai budaya lisan, maka tidak mengherankan ketika akhirnya terjadi distorasi cerita di sana-sini. Bahkan ada kalanya bisa muncul beberapa versi atas sebuah cerita.
"Namun, nilai akhir yang terpenting adalah bagaimana pesan moral dari sebuah cerita rakyat mengemban tugas sebagai cerminan karakter masyarakat pada suatu masa yang masih aktual untuk memberi inspirasi di masa kini," katanya.
Selain meluncurkan buku Pakuning Tanah Jawa, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang juga meluncurkan buku Kumpulan Sinopsis, Hikayat lubuk teka-teki dan Hikayat ibu yang paling hebat yang ditulis 80 siswa SD/MI di Kota Magelang.
Kemudian juga diluncurkan buku "Berliterasi dengan inovatif dan Kreatif di Era Digital" yang merupakan kumpulan artikel yang ditulis 30 siswa SMP/MTs di Kota Magelang.
Penulis buku Pakuning Tanah Jawa, Wicahyanti Rejeki menuturkan buku tersebut diselesaikan dalam waktu sekitar 2 bulan, dengen menggunakan referensi buku-buku yang sudah ada, artikel-artiket, sumber lisan, dan survei lapangan maupun survei perpustakaan.
"Kendalanya dalam penulisan buku ini terutama pencarian datanya, karena orang-orang yang bisa dipercaya jadi nara sumber yang valid itu sudah sulit ditemukan sehingga lebih banyak ke pustaka," katanya.
Baca juga: Pemkot Magelang bangkitkan wisata sejarah