Solo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah optimistis apoteker mampu menghadapi era disrupsi mengingat kekuatannya dari sisi sumber daya manusia (SDM) yang jumlahnya terus bertambah.

"Menghadapi era baru distruptif ini, apoteker yang paling siap menghadapi era industri 4.0 karena jumlah apoteker yang makin tahun makin tambah," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo pada pembukaan Rakerda Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Jateng di Hotel Alila Solo, Sabtu.

Ia mengatakan saat ini jumlah fakultas farmasi yang ada di Indonesia mencapai lebih dari 264 fakultas. Menurut dia, apabila setiap tahun masing-masing fakultas meluluskan 20 apoteker saja maka dalam satu tahun ada lebih dari 5.000 apoteker baru yang ada di Indonesia.

"Ini menjadi kekuatan tersendiri. Selain itu, dari sisi lapangan kerja juga luas, mulai dari institusi pendidikan, sarana produksi, sarana distribusi sampai layanan kefarmasian," katanya.

Meski demikian, diakuinya, jika dikaitkan dengan era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di mana sistem pelayanannya terbagi dalam kelompok primer, sekunder, tersier maka ke depan harus ada strategi yang baik untuk menjaga eksistensi apoteker.

"Misalnya di primer, bukan dikenal apoteknya tetapi klinik, puskesmas, dan praktik dokter. Ke depan perlu dibuat strategi agar ada kemitraan antara apotek dengan dokter mandiri yang kerja sama dengan BPJS. Mau tidak mau ke depan kalau sudah 'universal health coverage' ini menjadi pilihan pertama kita, yaitu kolaborasi," katanya.

Baca juga: UMP ciptakan apoteker yang siap bersaing di kancah nasional-internasional

Sementara itu, diakuinya, hingga saat ini masih ada cukup banyak permasalahan yang terkait dengan kefarmasian, misalnya beli obat secara "online" tanpa konsultasi dokter maupun apoteker.

"Ini tantangan tersendiri. Selain itu, meningkatnya resistensi antibiotika. Ini karena banyak hal, tidak taat terhadap dosis obat. Ini bisa dilakukan oleh pasien, dokter, bahkan apoteker itu sendiri," katanya.

Menghadapi hal tersebut, dikatakannya, perlu adanya penguatan kolaborasi dan integrasi antarprofesi kesehatan ke depan.

"Dalam hal ini IAI diharapkan bisa melakukan advokasi dan konsultasi untuk meningkatkan kualitas apoteker itu sendiri," katanya.

Baca juga: Apoteker Banyumas tolak Permenkes Perizinan Rumah Sakit

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2024