Purwokerto (ANTARA) - Pusat Mitigasi Bencana Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto tengah mengupayakan pengembangan kawasan lindung longsor dengan konsep terpadu dan bersinergi.
"Kami tengah menyusun strategi pengembangan kawasan lindung longsor dengan konsep terpadu dan bersinergi sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana," kata Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed Dr Indra Permanajati di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.
Dia mengatakan konsep tersebut bertujuan untuk mengkaji sejauh mana pengembangan kawasan lindung longsor, pengembangan tanaman budi daya, pemukiman, pariwisata dan pertambangan bisa berjalan bersama dan bersinergi.
Dia juga mengatakan program itu adalah evaluasi atau hasil analisis dari kajian penanganan bencana longsor dan banjir yang telah ada sebelumnya.
"Dari beberapa kasus yang terjadi di mana aktivitas manusia dalam pengembangan wilayah pemukiman, pertambangan, pariwisata dan pengolahan lahan sering berbenturan dengan konsep koservasi lahan, maka disusunlah suatu strategi untuk menangani hal itu," katanya.
Dengan adanya konsep terpadu, kata dia, diharapkan ada titik temu secara sinergi agar kegiatan tersebut bisa berjalan bersama-sama.
"Harapan kami adalah pengembangan kawasan lindung dapat tetap terjaga atau terkoservasi, sedangkan kegiatan pengembangan kawasan budi daya dan pariwisata dapat berkembang," katanya.
Dia menambahkan bahwa konsep yang akan dikembangkan adalah pengembangan kawasan lindung longsor dengan mitigasi struktural, konservasi, ekonomis, dan estetika.
"Keempat elemen tersebut jika disatukan akan menghasilkan suatu kawasan lindung yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat dan pemerintah serta mengandung nilai keindahan atau wisata atau bisa disebut sebagai nilai estetika," katanya.
Sebagai contoh, kata dia, adalah pengembangan kawasan lindung longsor dengan mitigasi struktural berupa tanah-tanah terasering yang akan diberikan penahan tanggul batu-batu yang rapi dan teratur.
"Selanjutnya penanganan longsor dengan mitigasi 'soft protection' berupa tanaman durian sebagai tanaman konservasi yang merupakan upaya untuk mengikat partikel tanah supaya lebih kuat," katanya.
Hal itu, menurut dia akan mendukung tanah di perbukitan menjadi lebih kuat dan selanjutnya akan memperkuat kawasan lindung longsor.
Disamping itu akan dilakukan berbagai upaya lainnya yang bertujuan untuk pengembangan kawasan lindung longsor dengan konsep terpadu dan bersinergi.
"Kami berharap upaya tersebut akan dapat terlaksana dengan baik dan lancar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya," katanya.
Baca juga: Pentingnya pengelolaan DAS untuk cegah banjir
Baca juga: Mitigasi bencana kekeringan perlu dioptimalkan