Solo (ANTARA) - Harga cabai rawit merah yang terus meroket belakangan ini di sejumlah daerah termasuk di Solo, Jawa Tengah, mendorong sejumlah konsumen melirik lombok layu yang ditawarkan dengan harga hanya seperlima dari harga normal.

Harga cabai rawit merah di Solo hingga mencapai Rp76.000-Ro80.000/kg, sedangkan cabai lombok rawit merah yang sudah layu hanya dijual dengan harga Rp15.000-Rp20.000/kg. Sebelumnya, harga cabai rawit merah dalam kisaran Rp35.000-Rp40.000/kg.

"Beberapa pembeli tanya, ada cabai yang sudah layu atau tidak. Jadi ya saya jual," kata salah satu pedagang cabai di Pasar Legi Handayani di Solo, Kamis.

Menurut dia, meski cabai sudah layu, itu masih cukup enak dikonsumsi.

"Tidak sampai keluar ulatnya, hanya sudah empuk, kalau yang masih segar kan cabainya keras," katanya.

Ia mengatakan untuk pengolahan cabai tersebut biasanya hanya digunakan kulitnya, sedangkan biji cabai dipisahkan untuk selanjutnya ditanam. Menurut dia, kulit cabai yang sudah dipisahkan dari biji bisa diolah dengan cara direbus atau dikeringkan terlebih dahulu.

Senada, pedagang lain Sri Lestari mengatakan semenjak harga cabai melonjak, konsumen mulai banyak mencari cabai yang mulai layu.

"Biasanya digunakan untuk sambal, kebanyakan yang cari itu penjual makanan yang ada sambalnya. Memang harganya jauh lebih murah," katanya.

Sejak beberapa minggu terakhir harga cabai terus mengalami kenaikan seiring dengan memasuki musim hujan. Meski demikian, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang pada Rabu (29/1) melakukan sidak mengatakan masih akan mengidentifikasi penyebab kenaikan harga tersebut.

"Apakah memang karena hujan sehingga panen terbatas atau alasan lain," kata Wakil Ketua TPID Surakarta Bambang Pramono.

Terkait hal itu, tidak menutup kemungkinan TPID akan mendatangkan pasokan cabai dari daerah lain yang hingga saat ini produksinya masih relatif normal, salah satunya dari Jawa Timur.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024