Purwokerto (ANTARA) - Inflasi tahunan di Purwokerto pada tahun 2020 diprediksi berkisar 2,5-3 persen atau berada dalam rentang target inflasi 3 persen plus minus 1 persen (year on year/yoy), kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Agus Chusaini.
"Beberapa hal yang berpotensi mendorong laju inflasi, antara lain penetapan harga yang ditentukan pemerintah, seperti tarif rokok," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin siang.
Selain itu, kata dia, inflasi bahan makanan diperkirakan masih berpotensi sebagai penyumbang inflasi tahun 2020 seiring dengan kondisi musiman berupa musim tanam dan faktor kondisi cuaca serta meningkatnya permintaan barang dan jasa secara umum pada hari besar keagamaan dan periode liburan.
Sementara risiko inflasi dari sisi eksternal, antara lain kenaikan harga komoditas impor sebagai dampak dari fluktuasi nilai rupiah dan kondisi perdagangan dunia.
Baca juga: Dekranasda Jateng ajak pelaku UMKM "naik kelas"
Baca juga: BI sebut penurunan harga bahan makanan sumbang deflasi di Purwokerto dan Cilacap
"Sebagai upaya pengendalian harga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas telah melakukan beberapa kegiatan, antara lain pemantauan harga rutin terutama komoditas bahan pangan strategis seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras, dan komoditas hortikultura," katanya.
Menurut dia, fokus pengendalian inflasi TPID Kabupaten Banyumas pada tahun 2020 di antaranya peningkatan pasokan bahan makanan terutama beras dan cabai merah serta koordinasi antardaerah dalam pengendalian inflasi.
Terkait dengan inflasi pada bulan Desember 2019, Agus mengatakan Purwokerto mengalami inflasi sebesar 0,51 persen (month to month/mtm) atau meningkat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,15 persen (mtm).
Ia mengatakan pencapaian inflasi di Purwokerto terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi di Cilacap yang sebesar sebesar 0,51 persen (mtm) serta Jawa Tengah yang sebesar 0,45 persen (mtm) dan nasional yang sebesar 0,34 persen (mtm).
"Secara tahunan, inflasi di Purwokerto pada tahun 2019 tercatat sebesar 2,25 persen (yoy) yang berarti terkendali dan berada di bawah kisaran sasaran inflasi tahun 2019 yang sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen (yoy)," katanya.
Menurut dia, capaian inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi bulan Desember pada tiga tahun terakhir (2016 sampai dengan 2018, red) yang sebesar 3,10 persen (yoy).
Ia mengatakan inflasi bulan Desember 2019 di Purwokerto terutama bersumber dari peningkatan harga komoditas pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang memberikan andil masing-masing sebesar 0,39 persen dan 0,09 persen.
"Komoditas utama penyumbang inflasi pada bulan Desember 2019 di antaranya bawang merah, telur ayam ras, dan jeruk. Di sisi lain, laju inflasi tertahan oleh deflasi kelompok sandang yang bersumber dari penurunan harga emas perhiasan," katanya.
Dia mengatakan pada bulan Januari 2020, Purwokerto diperkirakan mengalami inflasi namun terkendali dan berada dalam rentang target inflasi sebesar 3 persen plus minus 1 persen, terutama bersumber dari kenaikan tarif yang ditentukan pemerintah, antara lain cukai rokok yang memengaruhi inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, serta tarif BPJS Kesehatan yang berpotensi berdampak pada inflasi kelompok kesehatan.
Di samping itu, kata dia, masih meningkatnya harga beberapa komoditas bahan makanan, seperti bawang merah, dan telur ayam ras, serta mulai meningkatnya harga beras seiring dengan musim tanam juga diperkirakan mendorong laju inflasi bulan Januari 2020.
Sementara untuk inflasi tahunan di Cilacap, Agus mengatakan secara keseluruhan, inflasi di Cilacap pada tahun 2020 diperkirakan terkendali dan berada dalam rentang target inflasi sebesar 3 persen plus minus 1 persen (yoy).
"Menimbang potensi dan risiko inflasi, serta tren inflasi sepanjang tahun 2020 diperkirakan inflasi Cilacap akan berada dalam kisaran 2,5-3 persen (yoy)," katanya.
Khusus untuk bulan Januari 2020, kata dia, Cilacap diperkirakan mengalami inflasi namun maaih terkendali dan berada dalam rentang target inflasi sebesar 3 persen plus minus 1 persen, yang dipengaruhi oleh kenaikan harga kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau seiring dengan kenaikan cukai rokok dan kelompok kesehatan seiring dengan peningkatan iuran BPJS kesehatan pada Januari 2020.
Sementara itu, lanjut dia, risiko inflasi juga masih dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan, yaitu kenaikan harga komoditas beras dan bawang merah yang disebabkan oleh keterbatasan pasokan seiring dengan mundurnya musim tanam.
"Pada bulan Desember 2019, Cilacap tercatat mengalami inflasi sebesar 0,5 persen (mtm) atau meningkat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,16 persen (mtm)," katanya.
Secara tahunan, kata dia, inflasi Cilacap pada bulan Desember 2019 tercatat sebesar 2,19 persen (yoy) yang berarti terkendali dan berada di bawah kisaran target inflasi 2019 sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen (yoy).
Ia mengatakan capaian inflasi tahunan bulan Desember 2019 juga lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi tahunan bulan Desember, yaitu sebesar 3,46 persen (yoy).
"Inflasi periode bulan Desember 2019 terutama disebabkan oleh peningkatan harga komoditas kelompok bahan makanan terutama beras serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang didorong oleh kenaikan harga rokok kretek filter. Di sisi lain, inflasi bulan Desember 2019 tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas bahan makanan seperti jeruk, daging ayam kampung, dan ikan belanak," katanya.
Agus mengatakan pencapaian inflasi pada tahun 2019 tersebut, tidak lepas dari peran TPID Kabupaten Cilacap yang responsif dan inisiatif.
Menurut dia, kegiatan TPID Kabupaten Cilacap pada bulan Desember 2019 di antaranya rapat kordinasi menjelang Natal dan Tahun Baru, kegiatan lapak petani, inspeksi mendadak di pasar, distribusi beras untuk pegawai negeri sipil, pemantauan harga pasar, dan informasi harga pangan strategis di media masa.
Baca juga: BI Purwokerto beharap penurunan harga cabai sumbang deflasi
"Beberapa hal yang berpotensi mendorong laju inflasi, antara lain penetapan harga yang ditentukan pemerintah, seperti tarif rokok," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin siang.
Selain itu, kata dia, inflasi bahan makanan diperkirakan masih berpotensi sebagai penyumbang inflasi tahun 2020 seiring dengan kondisi musiman berupa musim tanam dan faktor kondisi cuaca serta meningkatnya permintaan barang dan jasa secara umum pada hari besar keagamaan dan periode liburan.
Sementara risiko inflasi dari sisi eksternal, antara lain kenaikan harga komoditas impor sebagai dampak dari fluktuasi nilai rupiah dan kondisi perdagangan dunia.
Baca juga: Dekranasda Jateng ajak pelaku UMKM "naik kelas"
Baca juga: BI sebut penurunan harga bahan makanan sumbang deflasi di Purwokerto dan Cilacap
"Sebagai upaya pengendalian harga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas telah melakukan beberapa kegiatan, antara lain pemantauan harga rutin terutama komoditas bahan pangan strategis seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras, dan komoditas hortikultura," katanya.
Menurut dia, fokus pengendalian inflasi TPID Kabupaten Banyumas pada tahun 2020 di antaranya peningkatan pasokan bahan makanan terutama beras dan cabai merah serta koordinasi antardaerah dalam pengendalian inflasi.
Terkait dengan inflasi pada bulan Desember 2019, Agus mengatakan Purwokerto mengalami inflasi sebesar 0,51 persen (month to month/mtm) atau meningkat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,15 persen (mtm).
Ia mengatakan pencapaian inflasi di Purwokerto terpantau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi di Cilacap yang sebesar sebesar 0,51 persen (mtm) serta Jawa Tengah yang sebesar 0,45 persen (mtm) dan nasional yang sebesar 0,34 persen (mtm).
"Secara tahunan, inflasi di Purwokerto pada tahun 2019 tercatat sebesar 2,25 persen (yoy) yang berarti terkendali dan berada di bawah kisaran sasaran inflasi tahun 2019 yang sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen (yoy)," katanya.
Menurut dia, capaian inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi bulan Desember pada tiga tahun terakhir (2016 sampai dengan 2018, red) yang sebesar 3,10 persen (yoy).
Ia mengatakan inflasi bulan Desember 2019 di Purwokerto terutama bersumber dari peningkatan harga komoditas pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang memberikan andil masing-masing sebesar 0,39 persen dan 0,09 persen.
"Komoditas utama penyumbang inflasi pada bulan Desember 2019 di antaranya bawang merah, telur ayam ras, dan jeruk. Di sisi lain, laju inflasi tertahan oleh deflasi kelompok sandang yang bersumber dari penurunan harga emas perhiasan," katanya.
Dia mengatakan pada bulan Januari 2020, Purwokerto diperkirakan mengalami inflasi namun terkendali dan berada dalam rentang target inflasi sebesar 3 persen plus minus 1 persen, terutama bersumber dari kenaikan tarif yang ditentukan pemerintah, antara lain cukai rokok yang memengaruhi inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, serta tarif BPJS Kesehatan yang berpotensi berdampak pada inflasi kelompok kesehatan.
Di samping itu, kata dia, masih meningkatnya harga beberapa komoditas bahan makanan, seperti bawang merah, dan telur ayam ras, serta mulai meningkatnya harga beras seiring dengan musim tanam juga diperkirakan mendorong laju inflasi bulan Januari 2020.
Sementara untuk inflasi tahunan di Cilacap, Agus mengatakan secara keseluruhan, inflasi di Cilacap pada tahun 2020 diperkirakan terkendali dan berada dalam rentang target inflasi sebesar 3 persen plus minus 1 persen (yoy).
"Menimbang potensi dan risiko inflasi, serta tren inflasi sepanjang tahun 2020 diperkirakan inflasi Cilacap akan berada dalam kisaran 2,5-3 persen (yoy)," katanya.
Khusus untuk bulan Januari 2020, kata dia, Cilacap diperkirakan mengalami inflasi namun maaih terkendali dan berada dalam rentang target inflasi sebesar 3 persen plus minus 1 persen, yang dipengaruhi oleh kenaikan harga kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau seiring dengan kenaikan cukai rokok dan kelompok kesehatan seiring dengan peningkatan iuran BPJS kesehatan pada Januari 2020.
Sementara itu, lanjut dia, risiko inflasi juga masih dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan, yaitu kenaikan harga komoditas beras dan bawang merah yang disebabkan oleh keterbatasan pasokan seiring dengan mundurnya musim tanam.
"Pada bulan Desember 2019, Cilacap tercatat mengalami inflasi sebesar 0,5 persen (mtm) atau meningkat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,16 persen (mtm)," katanya.
Secara tahunan, kata dia, inflasi Cilacap pada bulan Desember 2019 tercatat sebesar 2,19 persen (yoy) yang berarti terkendali dan berada di bawah kisaran target inflasi 2019 sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen (yoy).
Ia mengatakan capaian inflasi tahunan bulan Desember 2019 juga lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi tahunan bulan Desember, yaitu sebesar 3,46 persen (yoy).
"Inflasi periode bulan Desember 2019 terutama disebabkan oleh peningkatan harga komoditas kelompok bahan makanan terutama beras serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang didorong oleh kenaikan harga rokok kretek filter. Di sisi lain, inflasi bulan Desember 2019 tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas bahan makanan seperti jeruk, daging ayam kampung, dan ikan belanak," katanya.
Agus mengatakan pencapaian inflasi pada tahun 2019 tersebut, tidak lepas dari peran TPID Kabupaten Cilacap yang responsif dan inisiatif.
Menurut dia, kegiatan TPID Kabupaten Cilacap pada bulan Desember 2019 di antaranya rapat kordinasi menjelang Natal dan Tahun Baru, kegiatan lapak petani, inspeksi mendadak di pasar, distribusi beras untuk pegawai negeri sipil, pemantauan harga pasar, dan informasi harga pangan strategis di media masa.
Baca juga: BI Purwokerto beharap penurunan harga cabai sumbang deflasi