Semarang (ANTARA) - Wakil Ketua MPR yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Dharma Bakti Lestari (YDBL) Lestari Moerdijat mengaku studi ahli sejarah Indonesia Prof. M.C. Ricklefs memperkuat usulan agar Ratu Kalinyamat menjadi pahlawan nasional.
"Dalam kurun waktu setahun terakhir, kami Yayasan Dharma Bakti Lestari yang berkedudukan di Jepara, tengah menginisiasi agar Ratu Kalinyamat, tokoh perempuan pemimpin dari Jepara mendapatkan gelar pahlawan nasional dari pemerintah Indonesia. Minimnya data primer yang menjadi rujukan serta kajian akademis yang terbatas menyebabkan beberapa usaha pengajuan oleh beberapa pihak terdahulu belum berhasil. Tim ahli YDBL sangat terbantu dengan studi yang dilakukan Ricklefs tersebut," kata Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat.
Tim ahli YDBL, lanjut Rerie secara khusus menjadikan tulisan M.C. Ricklefs sebagai sumber untuk memperkuat kajian akademis yang tengah dilakukan dan menegaskan kembali pentingnya menjadikan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional.
Salah satu buku penting Ricklefs -“The History of Modern Indonesia since 1200”- memuat dan mempertegas tentang keberadaan Ratu Kalinyamat di Jepara serta menyebutkan keberadaan kota makmur Jepara dengan Ratu Kalinyamat sebagai penguasanya waktu itu.
Pada halaman 44-45, tambah Rerie tertulis: “...Jepara merupakan kota pelabuhan penting lainnya saat itu. Pada awal 1513 penguasanya, yaitu Yunus, memimpin pasukan perang yang kabarnya terdiri dari 100 kapal dan 5.000 pasukan dari Jepara dan Palembang untuk menyerang Portugis di Malaka, meskipun dia akhirnya dikalahkan.
Sekitar 1518 atau 1512, dia juga menjadi penguasa terhadap Demak. Namun pengaruh Jepara menjadi sangat besar pada tahun-tahun berikutnya pada abad ke-16 ketika Jepara berada di bawah kekuasaan dari seorang Ratu yang bernama Ratu Kalinyamat.
Pada tahun 1551 Jepara membantu Johor dalam misi penyerangannya yang tidak begitu sukses terhadap Malaka, dan kemudian pada 1574 Jepara kembali mengepung Malaka selama tiga bulan."
"Salah satu alasan penolakan terhadap pengajuan gelar pahlawan nasional bagi Ratu Kalinyamat pada waktu lalu (2008) adalah keberadaan Ratu Kalinyamat yang masih dipertanyakan. Karena itu, pernyataaan Prof. Ricklefs di atas sungguh sebuah kunci penting yang menjadi rujukan bagi tim ahli dan dapat diajukan sebagai argumen kuat bahwa pengaruh Ratu Kalinyamat sebagai penguasa Jepara pada pertengahan abad ke-16 adalah nyata," kata Rerie.
Dalam beberapa diskusi tim ahli, kata Rerie telah bersepakat berencana untuk secara khusus pada waktunya nanti mengundang dan menghadirkan Prof. M.C. Rickles dalam seminar nasional Ratu Kalinyamat sebagai narasumber penting yang dapat memperkuat dan menunjukan pengakuan keberadaan Ratu Kalinyamat dalam eksistensi sejarah perempuan Jawa di Indonesia.
Namun, upaya itu pupus karena Minggu, 29 Desember 2019, ahli sejarah Indonesia asal Australia kelahiran Amerika itu wafat pukul 10.30 waktu Melbourne, Australia dalam usia 76 tahun (1943 - 2019).
"Kami sangat berduka dan kehilangan karena sumbangan pemikiran dan studi beliau sangat besar bagi bangsa ini," kata Rerie yang juga anggota DPR RI Fraksi Partai Nasdem dari Dapil II Jateng: Demak, Kudus, dan Jepara ini.
Karya-karya Prof. M.C. Rickles, tambah Rerie tidak akan hilang dan akan terus menjadi rujukan inspirasi tentang pentingnya sejarah dalam mengambil hikmah dari kehidupan masa lalu demi membangun kehidupan masa kini dan akan datang.
Kajian dan objek utama penelitian Ricklefs adalah mengenai sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan pengaruhnya pada kerajaan-kerajaan lain di Nusantara dengan banyak mengungkap aspek pergulatan masyarakat Jawa dalam menghadapi perubahan budaya pada masa 1600 hingga kini akibat masuknya pengaruh kebudayaan Islam dan Barat.
Menurut Rerie, almarhum adalah sejarawan kontemporer Australia yang memiliki otoritas dalam sejarah Jawa (dan Indonesia), terutama pada periode 1600-an hingga 1900-an.
Pada tahun 2003, Pemerintah Australia memberikan kepada Ricklefs, Centenary Medal atas pelayanan kepada masyarakat Australia dan humaniora dalam studi Indonesia serta mendapat Anugerah Kebudayaan Kategori Perorangan Asing 2016 dari Pemerintah RI.
"Dalam kurun waktu setahun terakhir, kami Yayasan Dharma Bakti Lestari yang berkedudukan di Jepara, tengah menginisiasi agar Ratu Kalinyamat, tokoh perempuan pemimpin dari Jepara mendapatkan gelar pahlawan nasional dari pemerintah Indonesia. Minimnya data primer yang menjadi rujukan serta kajian akademis yang terbatas menyebabkan beberapa usaha pengajuan oleh beberapa pihak terdahulu belum berhasil. Tim ahli YDBL sangat terbantu dengan studi yang dilakukan Ricklefs tersebut," kata Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat.
Tim ahli YDBL, lanjut Rerie secara khusus menjadikan tulisan M.C. Ricklefs sebagai sumber untuk memperkuat kajian akademis yang tengah dilakukan dan menegaskan kembali pentingnya menjadikan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional.
Salah satu buku penting Ricklefs -“The History of Modern Indonesia since 1200”- memuat dan mempertegas tentang keberadaan Ratu Kalinyamat di Jepara serta menyebutkan keberadaan kota makmur Jepara dengan Ratu Kalinyamat sebagai penguasanya waktu itu.
Pada halaman 44-45, tambah Rerie tertulis: “...Jepara merupakan kota pelabuhan penting lainnya saat itu. Pada awal 1513 penguasanya, yaitu Yunus, memimpin pasukan perang yang kabarnya terdiri dari 100 kapal dan 5.000 pasukan dari Jepara dan Palembang untuk menyerang Portugis di Malaka, meskipun dia akhirnya dikalahkan.
Sekitar 1518 atau 1512, dia juga menjadi penguasa terhadap Demak. Namun pengaruh Jepara menjadi sangat besar pada tahun-tahun berikutnya pada abad ke-16 ketika Jepara berada di bawah kekuasaan dari seorang Ratu yang bernama Ratu Kalinyamat.
Pada tahun 1551 Jepara membantu Johor dalam misi penyerangannya yang tidak begitu sukses terhadap Malaka, dan kemudian pada 1574 Jepara kembali mengepung Malaka selama tiga bulan."
"Salah satu alasan penolakan terhadap pengajuan gelar pahlawan nasional bagi Ratu Kalinyamat pada waktu lalu (2008) adalah keberadaan Ratu Kalinyamat yang masih dipertanyakan. Karena itu, pernyataaan Prof. Ricklefs di atas sungguh sebuah kunci penting yang menjadi rujukan bagi tim ahli dan dapat diajukan sebagai argumen kuat bahwa pengaruh Ratu Kalinyamat sebagai penguasa Jepara pada pertengahan abad ke-16 adalah nyata," kata Rerie.
Dalam beberapa diskusi tim ahli, kata Rerie telah bersepakat berencana untuk secara khusus pada waktunya nanti mengundang dan menghadirkan Prof. M.C. Rickles dalam seminar nasional Ratu Kalinyamat sebagai narasumber penting yang dapat memperkuat dan menunjukan pengakuan keberadaan Ratu Kalinyamat dalam eksistensi sejarah perempuan Jawa di Indonesia.
Namun, upaya itu pupus karena Minggu, 29 Desember 2019, ahli sejarah Indonesia asal Australia kelahiran Amerika itu wafat pukul 10.30 waktu Melbourne, Australia dalam usia 76 tahun (1943 - 2019).
"Kami sangat berduka dan kehilangan karena sumbangan pemikiran dan studi beliau sangat besar bagi bangsa ini," kata Rerie yang juga anggota DPR RI Fraksi Partai Nasdem dari Dapil II Jateng: Demak, Kudus, dan Jepara ini.
Karya-karya Prof. M.C. Rickles, tambah Rerie tidak akan hilang dan akan terus menjadi rujukan inspirasi tentang pentingnya sejarah dalam mengambil hikmah dari kehidupan masa lalu demi membangun kehidupan masa kini dan akan datang.
Kajian dan objek utama penelitian Ricklefs adalah mengenai sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan pengaruhnya pada kerajaan-kerajaan lain di Nusantara dengan banyak mengungkap aspek pergulatan masyarakat Jawa dalam menghadapi perubahan budaya pada masa 1600 hingga kini akibat masuknya pengaruh kebudayaan Islam dan Barat.
Menurut Rerie, almarhum adalah sejarawan kontemporer Australia yang memiliki otoritas dalam sejarah Jawa (dan Indonesia), terutama pada periode 1600-an hingga 1900-an.
Pada tahun 2003, Pemerintah Australia memberikan kepada Ricklefs, Centenary Medal atas pelayanan kepada masyarakat Australia dan humaniora dalam studi Indonesia serta mendapat Anugerah Kebudayaan Kategori Perorangan Asing 2016 dari Pemerintah RI.