Sukoharjo (ANTARA) - Keraton Kartasura yang berada di Desa Krapyak, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, layak menjadi objek wisata dengan didukung oleh pemda setempat, kata Ketua Komunitas Sejarah Budaya Solo Societeit Dani Saptoni.
"Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) sudah maksimal dalam menetapkan bangunan tersebut sebagai salah satu bangunan cagar budaya, tetapi alangkah lebih baiknya jika pemerintah setempat bisa menjadikannya sebagai objek wisata, bukan sekadar situs," katanya di Solo, Sabtu.
Ia mengatakan salah satu yang bisa menjadi unggulan bangunan tersebut adalah bagaimana pengelola menceritakan latar belakang sejarah bangunan, termasuk bekas-bekas perjuangan pada masa itu.
"Di salah satu sudut bangunan itu ada lubang akibat Geger Pacinan yang terjadi pada tahun 1740-an. Lubang itu dijebol oleh Laskar Jawa yang pada saat itu melawan Laskar Tionghoa," katanya.
Ia mengatakan untuk kemudian dijadikan sebagai objek wisata, pemda tidak hanya bisa menitikberatkan pada Keraton Kartasura tetapi juga memanfaatkan situs-situs bersejarah yang ada di sekitarnya sehingga nantinya menjadi paket perjalanan wisata sejarah.
"Mulai dari kawasan Colomadu hingga Kandang Menjangan, banyak sekali situs bersejarah yang menjadi rangkaian dari perjalanan keraton, salah satunya bekas rumah Paku Buwono I yang ada di dekat De Tjolomadoe," katanya.
Baca juga: Ganjar pimpin Apel "Resik-resik" Keraton Surakarta
Ia mengatakan selama ini bangunan tersebut juga belum dimanfaatkan dengan baik layaknya situs bersejarah. Akibatnya, banyak pihak yang menjadikannya sebagai tempat untuk bersemedi.
"Kan sayang sekali kalau larinya ke situ (sebagai tempat semedi), mestinya tempat-tempat seperti itu bisa dijadikan sebagai lokasi edukasi sejarah," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap agar Pemda bisa segera menggarap potensi wisata tersebut, salah satunya dengan melakukan penataan.
"Termasuk di dalam Keraton Kartasura kan sudah ada beberapa bangunan, bahkan di situ ada sekolah juga. Tidak perlu sampai ditertibkan tetapi hanya perlu ditata agar layak dikunjungi wisatawan," katanya.
Sementara itu, mengenai sejarah dari bangunan yang disebut sebagai bekas Benteng Keraton Kartasura ini, dikatakannya, merupakan bagian dari perjalanan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Ia mengatakan Keraton Kartasura merupakan salah satu simbol pergerakan politik Kerajaan Mataram pada kurun waktu 1600-1700.
"Periode Kartasura adalah periode konflik terbesar di Mataram. Pemerintahan keraton dari Yogyakarta pada saat itu berjalan di Keraton Kartasura hingga 30 tahunan, baru kemudian pindah ke Solo," katanya.
Baca juga: Jumenengan Keraton Surakarta dihadiri sejumlah tokoh penting
"Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) sudah maksimal dalam menetapkan bangunan tersebut sebagai salah satu bangunan cagar budaya, tetapi alangkah lebih baiknya jika pemerintah setempat bisa menjadikannya sebagai objek wisata, bukan sekadar situs," katanya di Solo, Sabtu.
Ia mengatakan salah satu yang bisa menjadi unggulan bangunan tersebut adalah bagaimana pengelola menceritakan latar belakang sejarah bangunan, termasuk bekas-bekas perjuangan pada masa itu.
"Di salah satu sudut bangunan itu ada lubang akibat Geger Pacinan yang terjadi pada tahun 1740-an. Lubang itu dijebol oleh Laskar Jawa yang pada saat itu melawan Laskar Tionghoa," katanya.
Ia mengatakan untuk kemudian dijadikan sebagai objek wisata, pemda tidak hanya bisa menitikberatkan pada Keraton Kartasura tetapi juga memanfaatkan situs-situs bersejarah yang ada di sekitarnya sehingga nantinya menjadi paket perjalanan wisata sejarah.
"Mulai dari kawasan Colomadu hingga Kandang Menjangan, banyak sekali situs bersejarah yang menjadi rangkaian dari perjalanan keraton, salah satunya bekas rumah Paku Buwono I yang ada di dekat De Tjolomadoe," katanya.
Baca juga: Ganjar pimpin Apel "Resik-resik" Keraton Surakarta
Ia mengatakan selama ini bangunan tersebut juga belum dimanfaatkan dengan baik layaknya situs bersejarah. Akibatnya, banyak pihak yang menjadikannya sebagai tempat untuk bersemedi.
"Kan sayang sekali kalau larinya ke situ (sebagai tempat semedi), mestinya tempat-tempat seperti itu bisa dijadikan sebagai lokasi edukasi sejarah," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap agar Pemda bisa segera menggarap potensi wisata tersebut, salah satunya dengan melakukan penataan.
"Termasuk di dalam Keraton Kartasura kan sudah ada beberapa bangunan, bahkan di situ ada sekolah juga. Tidak perlu sampai ditertibkan tetapi hanya perlu ditata agar layak dikunjungi wisatawan," katanya.
Sementara itu, mengenai sejarah dari bangunan yang disebut sebagai bekas Benteng Keraton Kartasura ini, dikatakannya, merupakan bagian dari perjalanan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Ia mengatakan Keraton Kartasura merupakan salah satu simbol pergerakan politik Kerajaan Mataram pada kurun waktu 1600-1700.
"Periode Kartasura adalah periode konflik terbesar di Mataram. Pemerintahan keraton dari Yogyakarta pada saat itu berjalan di Keraton Kartasura hingga 30 tahunan, baru kemudian pindah ke Solo," katanya.
Baca juga: Jumenengan Keraton Surakarta dihadiri sejumlah tokoh penting