Semarang (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak para petani dan pengekspor di Provinsi Jawa Tengah memanfaatkan peluang ekspor komoditas pertanian berupa porang, salah satu jenis tanaman umbi-umbian.
"Tren permintaan porang di pasar dunia terus meningkat. Saya mengajak petani dan eksportir muda untuk bergabung dan memanfaatkan peluang ekspor porang ini," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo usai melepas komoditas ekspor porang sebanyak ratusan ton di Pelabuhan Internasional Tanjung Emas Semarang, Selasa.
"Silakan tanyakan kepada petugas kami soal cara, potensi, dan peluang ekspor produk pertanian," kata Mentan menambahkan.
Mentan menyebutkan Provinsi Jateng sudah mengekspor porang yang termasuk komoditas baru sebanyak 509 ton sejak Januari 2019 hingga November 2019, provinsi lain telah lebih dahulu memasuki pasar ekspor seperti Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, serta Sumatera Utara.
"Selain itu, eksportir juga harus berbagi keuntungan dan petani pun harus penuhi persyaratan mutu agar bisa mendapat nilai tambah," ujarnya didampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil.
Mentan mengakui jika ekspor hasil pertanian Indonesia memang harus digenjot agar bisa menjadi komoditas yang diperdagangkan secara internasional.
"Mari kita lebih banyak bicara ekspor dan mengajak semua pihak dalam rangka gerakan tiga kali. Gerakan ini tidak mudah, membutuhkan upaya keras dari semua pihak, sekarang tinggal membutuhkan kemauan, semangat dan kebersamaan semua pihak," katanya.
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menyebutkan data kinerja ekspor porang dari sistem automasi perkarantinaan, IQFAST diwilayah kerja Semarang tercatat ekspor sebanyak 10 kilogram pada 2018, dan sejak awal 2019 pengiriman komoditas ini terus meningkat hingga 509 ton.
Selain Tiongkok, porang asal Indonesia diminati juga oleh sembilan negara lainnya, antara lain Vietnam, Jepang, Thailand, Hongkong, dan Pakistan.
Baca juga: Mentan apresiasi peningkatan ekspor hasil pertanian Jateng
Porang diekspor dalam bentuk produk setengah jadi dan di negara tujuan digunakan sebagai bahan dasar pangan hingga industri.
Jamil juga menambahkan eksportasi porang secara nasional juga menunjukkan tren peningkatan dimana hingga Oktober 2019 sebanyak 11,3 ribu ton dengan nilai ekonomi Rp226,4 miliar dibanding 2018 yang tercatat 11 ribu ton dengan nilai Rp220 miliar.
Selaku otoritas karantina, pihaknya menjadi penjamin kesehatan dan keamanan porang yang diekspor dan untuk percepatan proses bisnisnya, Barantan juga telah menyiapkan pemeriksaan dengan metode jemput bola atau di tempat pemilik dengan "inline inspection".
Sementara itu, Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan bahwa potensi pertanian Jawa Tengah cukup besar, bahkan banyak diantara potensi itu sudah dikenal di pasar internasional.
"Kami sudah mendapat fasilitas dari Kementan yang sangat bagus, ada aplikasi yang dapat dibaca secara real time tentang potensi ekspor pertanian Jateng. Tugas saya adalah melakukan sosialisasi kepada kabupaten/kota untuk mengoptimalkan potensi itu," ujarnya.
Selama ini, lanjut Ganjar, potensi-potensi pertanian Jateng banyak yang belum dikelola dengan baik, padahal banyak hal yang biasanya dianggap sepele, tapi ternyata laku di pasar ekspor.
Baca juga: Mentan: Pemerintah serap gabah dua kali lipat
"Misalnya daun sirsak kering, tokek, ular, bunga melati, ternyata itu bisa diekspor, maka kita coba dorong terus agar potensi ini tergarap baik," katanya.
Ganjar juga akan menugaskan dinas teknis untuk membantu petani agar komoditasnya bisa masuk standar ekspor dan kalau itu sudah, maka langkah selanjutnya adalah mencarikan pasar dan juga mempertimbangkan kuantitas yang dibutuhkan.
"Selain itu saya berharap, yang diekspor tidak hanya bahan mentah, melainkan sudah menjadi olahan. Nanti akan kita undang investor untuk mengolah itu. Saat ini sudah ada (pengolahan), namun skalanya masih kecil," usr Ganjar.
"Tren permintaan porang di pasar dunia terus meningkat. Saya mengajak petani dan eksportir muda untuk bergabung dan memanfaatkan peluang ekspor porang ini," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo usai melepas komoditas ekspor porang sebanyak ratusan ton di Pelabuhan Internasional Tanjung Emas Semarang, Selasa.
"Silakan tanyakan kepada petugas kami soal cara, potensi, dan peluang ekspor produk pertanian," kata Mentan menambahkan.
Mentan menyebutkan Provinsi Jateng sudah mengekspor porang yang termasuk komoditas baru sebanyak 509 ton sejak Januari 2019 hingga November 2019, provinsi lain telah lebih dahulu memasuki pasar ekspor seperti Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, serta Sumatera Utara.
Baca juga: Syahrul Yasin Limpo diharapkan tingkatkan kesejahteraan petani
Terkait dengan hal itu, Mentan meminta para petani menanam yang disukai dan diminati pasar karena pertanian harus berujung pada kebutuhan pasar, baik dalam negeri ataupun pasar dunia.
Terkait dengan hal itu, Mentan meminta para petani menanam yang disukai dan diminati pasar karena pertanian harus berujung pada kebutuhan pasar, baik dalam negeri ataupun pasar dunia.
"Selain itu, eksportir juga harus berbagi keuntungan dan petani pun harus penuhi persyaratan mutu agar bisa mendapat nilai tambah," ujarnya didampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil.
Mentan mengakui jika ekspor hasil pertanian Indonesia memang harus digenjot agar bisa menjadi komoditas yang diperdagangkan secara internasional.
"Mari kita lebih banyak bicara ekspor dan mengajak semua pihak dalam rangka gerakan tiga kali. Gerakan ini tidak mudah, membutuhkan upaya keras dari semua pihak, sekarang tinggal membutuhkan kemauan, semangat dan kebersamaan semua pihak," katanya.
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menyebutkan data kinerja ekspor porang dari sistem automasi perkarantinaan, IQFAST diwilayah kerja Semarang tercatat ekspor sebanyak 10 kilogram pada 2018, dan sejak awal 2019 pengiriman komoditas ini terus meningkat hingga 509 ton.
Selain Tiongkok, porang asal Indonesia diminati juga oleh sembilan negara lainnya, antara lain Vietnam, Jepang, Thailand, Hongkong, dan Pakistan.
Baca juga: Mentan apresiasi peningkatan ekspor hasil pertanian Jateng
Porang diekspor dalam bentuk produk setengah jadi dan di negara tujuan digunakan sebagai bahan dasar pangan hingga industri.
Jamil juga menambahkan eksportasi porang secara nasional juga menunjukkan tren peningkatan dimana hingga Oktober 2019 sebanyak 11,3 ribu ton dengan nilai ekonomi Rp226,4 miliar dibanding 2018 yang tercatat 11 ribu ton dengan nilai Rp220 miliar.
Selaku otoritas karantina, pihaknya menjadi penjamin kesehatan dan keamanan porang yang diekspor dan untuk percepatan proses bisnisnya, Barantan juga telah menyiapkan pemeriksaan dengan metode jemput bola atau di tempat pemilik dengan "inline inspection".
Sementara itu, Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan bahwa potensi pertanian Jawa Tengah cukup besar, bahkan banyak diantara potensi itu sudah dikenal di pasar internasional.
"Kami sudah mendapat fasilitas dari Kementan yang sangat bagus, ada aplikasi yang dapat dibaca secara real time tentang potensi ekspor pertanian Jateng. Tugas saya adalah melakukan sosialisasi kepada kabupaten/kota untuk mengoptimalkan potensi itu," ujarnya.
Selama ini, lanjut Ganjar, potensi-potensi pertanian Jateng banyak yang belum dikelola dengan baik, padahal banyak hal yang biasanya dianggap sepele, tapi ternyata laku di pasar ekspor.
Baca juga: Mentan: Pemerintah serap gabah dua kali lipat
"Misalnya daun sirsak kering, tokek, ular, bunga melati, ternyata itu bisa diekspor, maka kita coba dorong terus agar potensi ini tergarap baik," katanya.
Ganjar juga akan menugaskan dinas teknis untuk membantu petani agar komoditasnya bisa masuk standar ekspor dan kalau itu sudah, maka langkah selanjutnya adalah mencarikan pasar dan juga mempertimbangkan kuantitas yang dibutuhkan.
"Selain itu saya berharap, yang diekspor tidak hanya bahan mentah, melainkan sudah menjadi olahan. Nanti akan kita undang investor untuk mengolah itu. Saat ini sudah ada (pengolahan), namun skalanya masih kecil," usr Ganjar.