Semarang (ANTARA) - Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah melakukan sosialisasi hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 kepada mitra kerja dan perguruan tinggi sebagai rujukan perencanaan pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan berbagai penelitian dalam hal kependudukan serta kesehatan.
Deputi Pelatihan, Penelitan, dan Pengembangan BKKBN Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik menjelaskan kegiatan sosialisasi serta pembahasan angka-angka dalam SDKI tersebut berlangsung di Hotel Gets Semarang selama dua hari pada 13-14 November 2019.
Rizal mengatakan BKKBN terus mengajak para mitra kerja dan akademisi untuk menjadikan kompleksnya permasalahan kependudukan dan kesehatan di Jawa Tengah sebagai persoalan serius karena tingginya kasus pernikahan usia dini di Jawa Tengah.
Pernikahan dini, lanjut Rizal, disinyalir ikut menyumbang angka tingginya TFR, dimana semakin muda usia menikah maka semakin panjang usia reproduksinya.
Sementara itu hasil SDKI 2017 menyatakan bahwa pemakaian alat kontrasepsi tradisional ada kecenderungan naik, padahal apabila dilihat dari keefektifannya sangat kurang.
Hal tersebut mengkhawatirkan keberlangsungan program KB, sehingga BKKBN terus menguatkan jejaring fasilitas kesehatan dan merekomendasikan penggunaan metode kontrasespsi modern untuk menurunkan angka putus pakai.
"Isu stunting masih menjadi perhatian serius dari pemerintah karena berisiko menurunkan kualitas generasi penerus bangsa. Pernikahan anak menjadi salah satu penyebab lahirnya anak stunting dan kalau sudah lahir susah ditanganinya," katanya.
Ikut membedah hasil SKDI 2017 di antaranya terkait penurunan TFR di Provinsi Jawa Tengah (Prof. DR. Ir. Saratri Wilonoyudho, MSi); Peluang dan Tantangan Provinsi Jawa Tengah Menghadapi Bonus Demografi Menuju Terciptanya Generasi emas (DR. Ir. Retno Setyowati, MS); Analisis Faktor Kejadian Unmet Need dalam Family Planning Program sebagai Dasar Kebijakan Penurunan Fertilitas Penduduk di Provinsi Jawa Tengah.(dr. Sri Winarni, MKes).
Kemudian faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pacaran pada Remaja di Kota Semarang. (DR. Arri Handayani, S.Psi. M.Si); Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi (DR. Wyati Saddewisasi, MSi); Analisis Faktor Determinan Pengambilan Keputusan Keikutsertaan Program KB dan Pilihan Alat Kontrasepsi di Jawa Tengah (DR. Daru Purnomo, M.Si); Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Putus Pakai Alat/Cara KB dan Upaya Penenggulangannya Di Jawa Tengah (DR. Sigit Ambar Widyawati, SKM. MKes).
Selain itu Proximate Determinant Fertilitas Remaja di Jawa Tengah (Efa Nugroho, SKM, MKes); Socio demographic determinants women empowerment an use of contraseption in Indonesia (Nina Idriyaeati, MNS); Pengaruh Perilaku Sehat Ibu Terhadap tingkat Kematian Anak (DR. Nanang Martono, S.Sos, M.Si).
Pertemuan tersebut juga mengundang Kepala OPD KB, Koalisi Kependudukan kabupaten/kota dan unsur perguruan tinggi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang menunjang pengembangan kemitraan dan jejaring kerjasama dengan pusat studi kependudukan/lembaga penelitian perguruan tinggi.
Deputi Pelatihan, Penelitan, dan Pengembangan BKKBN Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik menjelaskan kegiatan sosialisasi serta pembahasan angka-angka dalam SDKI tersebut berlangsung di Hotel Gets Semarang selama dua hari pada 13-14 November 2019.
Rizal mengatakan BKKBN terus mengajak para mitra kerja dan akademisi untuk menjadikan kompleksnya permasalahan kependudukan dan kesehatan di Jawa Tengah sebagai persoalan serius karena tingginya kasus pernikahan usia dini di Jawa Tengah.
Pernikahan dini, lanjut Rizal, disinyalir ikut menyumbang angka tingginya TFR, dimana semakin muda usia menikah maka semakin panjang usia reproduksinya.
Sementara itu hasil SDKI 2017 menyatakan bahwa pemakaian alat kontrasepsi tradisional ada kecenderungan naik, padahal apabila dilihat dari keefektifannya sangat kurang.
Hal tersebut mengkhawatirkan keberlangsungan program KB, sehingga BKKBN terus menguatkan jejaring fasilitas kesehatan dan merekomendasikan penggunaan metode kontrasespsi modern untuk menurunkan angka putus pakai.
"Isu stunting masih menjadi perhatian serius dari pemerintah karena berisiko menurunkan kualitas generasi penerus bangsa. Pernikahan anak menjadi salah satu penyebab lahirnya anak stunting dan kalau sudah lahir susah ditanganinya," katanya.
Ikut membedah hasil SKDI 2017 di antaranya terkait penurunan TFR di Provinsi Jawa Tengah (Prof. DR. Ir. Saratri Wilonoyudho, MSi); Peluang dan Tantangan Provinsi Jawa Tengah Menghadapi Bonus Demografi Menuju Terciptanya Generasi emas (DR. Ir. Retno Setyowati, MS); Analisis Faktor Kejadian Unmet Need dalam Family Planning Program sebagai Dasar Kebijakan Penurunan Fertilitas Penduduk di Provinsi Jawa Tengah.(dr. Sri Winarni, MKes).
Kemudian faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pacaran pada Remaja di Kota Semarang. (DR. Arri Handayani, S.Psi. M.Si); Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi (DR. Wyati Saddewisasi, MSi); Analisis Faktor Determinan Pengambilan Keputusan Keikutsertaan Program KB dan Pilihan Alat Kontrasepsi di Jawa Tengah (DR. Daru Purnomo, M.Si); Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Putus Pakai Alat/Cara KB dan Upaya Penenggulangannya Di Jawa Tengah (DR. Sigit Ambar Widyawati, SKM. MKes).
Selain itu Proximate Determinant Fertilitas Remaja di Jawa Tengah (Efa Nugroho, SKM, MKes); Socio demographic determinants women empowerment an use of contraseption in Indonesia (Nina Idriyaeati, MNS); Pengaruh Perilaku Sehat Ibu Terhadap tingkat Kematian Anak (DR. Nanang Martono, S.Sos, M.Si).
Pertemuan tersebut juga mengundang Kepala OPD KB, Koalisi Kependudukan kabupaten/kota dan unsur perguruan tinggi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang menunjang pengembangan kemitraan dan jejaring kerjasama dengan pusat studi kependudukan/lembaga penelitian perguruan tinggi.