Semarang (ANTARA) - Perempuan dengan rambut sebahu langsung menghampiri dan mengulurkan tangannya tanda menyambut, setiba di sebuah rumah yang terbilang mewah di perumahan elit di daerah atas, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

"Silakan, mari masuk," kata Endah Kristianti, pelukis muda sembari membawa sejumlah lukisan yang telah disiapkan di teras rumah untuk dibawa dan digabung bersama dengan lukisan senada ke sebuah ruangan yang menjadi galeri tempat dirinya menerima tamu.

Untuk menuju ke ruangan galeri, sejumlah lukisan terpampang apik dan berkelas, mulai dari lukisan detail sebuah bangunan, lukisan Monalisa, dan beberapa lukisan lainnya.

Setiba di ruangan galeri, Endah membuka salah satu pintu kaca, sehingga segarnya udara langsung terasakan. Apalagi ada pohon mangga rindang yang berbuah tepat di samping jendela. Dari jendela galeri pula, terlihat indahnya Kota Semarang bagian bawah.

Ibu dua anak ini pun mempersilakan duduk santai di atas alas duduk sofa berbentuk bulat dengan balutan kain bermotif kayu menambah sempurna ruangan yang dihiasi lukisan-lukisan yang juga terbuat dari kayu, sembari ngobrol mengenai usahanya melukis yang telah ditekuni sejak tahun 2003, di sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga.

Baca juga: Jokowi-Prabowo bergandengan tangan diabadikan di lukisan "pyrography"
Baca juga: Peringati Hardiknas, guru SMP di Kudus gelar pemeran lukisan tunggal

Sulap limbah jadi lukisan

Berawal dari suaminya yang bekerja di industri mebel dan sering membawa pulang limbah kayu berupa serpihan, menjadikan pemilik darah seni dari ayahnya yang juga pelukis ini mulai berfikir memanfaatkan limbah kayu menjadi barang seni.

Berbekal peralatan seperti tukang kayu, Endah menggunakan tatah untuk mengukir atau menatah kayu dengan mengacu sketsa lukisan yang telah dibuatnya dengan pensil sebelumnya.

"Setelah ditatah, baru ditempeli kayu di atas sketsa lukisan, ya seperti mozaik. Hanya saja ini seluruhnya bahannya dari kayu. Satu lukisan beragam jenis kayu yang dibutuhkan, seperti warna merah, cokelat, warna hijau untuk daun, warna kekuning-kuningan, dan seluruhnya berasal dari jenis kayu yang berbeda," kata Endah.

Semuanya, lanjut Endah, dilakukan secara otodidak, belajar dari mencoba dan terus mencoba yang seluruhnya dilakukan sendiri mulai dari melukis hingga menempel limbah kayu di media yang telah disiapkan dengan menggunakan lem dan jenis perekat lain.

Rata-rata per bulan, Endah membutuhkan sekitar tiga karung limbah kayu yang sebagian besar biasanya diperoleh dari salah satu industri yang berada di Kawasan Industri Gatot Subroto Semarang.

"Setelah berjalan sekian lama melukis, saya baru tahu bahwa apa yang saya kerjakan juga ada di luar negeri. Nama lukisan seperti saya itu Marquetry, karya seni yang menghadirkan mozaik dari lapisan tipis veneer untuk menciptakan pola dekoratif atau gambar," kata Endah.


Dikoleksi Jokowi dan pecinta seni luar negeri

Beragam lukisan kayu telah dihasilkan Endah, mulai lukisan bunga, ikan nirwana, bangunan berupa Lawang Sewu, Gereja Blenduk, hingga Candi Borobudur, serta foto diri mulai dari tingkat Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, hingga lukisan Presiden Joko Widodo.

Untuk lukisan Joko Widodo, Endah mengaku sengaja membuat lukisan kayu bergambar foto Jokowi dan bermaksud menghadiahkannya seusai pembukaan pameran berlangsung.

"Jadi sengaja melukis Pak Jokowi dan niat awalnya untuk hadiah, tetapi Pak Jokowi tidak berkenan menerima dan justru membeli lukisan saya Rp18 juta. Senang lukisan saya bisa dikoleksi Presiden RI," kata Endah.

Untuk memperkenalkan karyanya, Endah mengaku mengikuti sejumlah pameran dan menitipkan lukisan ke sejumlah temannya pada sejumlah pameran di luar negeri. Kini lukisan Endah sudah sampai China, Afrika Selatan, Taiwan, Kroasia, dan Bulgaria.

"Di sejumlah pameran, kadang saya menitipkan 10 lukisan dan laku semuanya. Untuk di luar negeri biasanya paling laku untuk lukisan penari Bali dan wayang. Kalau ada yang pesan lagi, biasanya berupa lukisan yang sama dan kadang juga foto diri," kata Endah.

Sementara untuk lukisan Candi Borobudur, Endah menceritakan lukisan yang ia buat atas permintaan seorang kolektor di Jakarta yang menggandeng 114 pelukis se-Indonesia dan dirinya menjadi salah satu yang terpilih.

Lukisan berkelas dan bernilai ekonomis

Karya Endah tidak hanya dihargai dengan uang, dari ukuran 60cmx70cm seharga Rp10 juta sampai Rp15 juta, atau ukuran 110cmx80cm diharga Rp20 juta atau ukuran 180cmx80cm yang dihargai Rp40 juta, tetapi lebih dari itu. Seorang kolektor dari Kota Semarang Yoe Gunawan mengaku memiliki banyak lukisan karya Endah dan tidak segan-segan memasang dan disejajarkan dengan karya pelukis ternama Affandi yang nilainya mencapai miliaran rupiah.

"Saya mengapresiasi karya seni Endah. sebenarnya sebuah karya seni tidak ternilai harganya. Lukisan Endah banyak yang saya pasang dalam satu ruangan dengan lukisan Affandi yang nilainya miliaran rupiah. Endah nanti bisa ditunjukkan lukisannya," kata Yoe meminta Endah untuk menunjukkan sejumlah foto lukisan milik Endah yang dipasang "sejajar"dengan karya Affandi.
 

 

 


Endah kemudian mengajak berkeliling rumah milik Yoe dan benar ada banyak lukisan karya Endah hampir di setiap ruangan termasuk lukisan Endah yang dipasang "sejajar" dengan karya Affandi di antaranya yang ada di ruang tidur dan ruang tamu.

Usai melihat sejumlah lukisan, Yoe kembali menyampaikan apresiasinya terhadap lukisan Endah dan ia mencontohkan lukisan Kristus yang dia beli dari Endah seharga Rp40 juta, sudah berkali-kali ditawar temannya hampir dua kali lipat harganya yakni Rp70 juta.

"Meskipun ditawarnya jauh dari harga saya beli dari Endah, tetap tidak saya jual. Jadi saya selalu mengingatkan kepada Endah agar memiliki standardisasi harga. Kalau perlu dibuat serumit mungkin dengan standardisasi harga," kata Yoe.

Tidak sekadar mengoleksi lukisan Endah, Yoe juga merelakan salah satu ruangan yang ada di rumahnya sebagai galeri pamer lukisan Endah dan tempat menerima tamu atau calon klien agar lebih representatif.

Dan ternyata bukan hanya Yoe yang memberikan ruang galeri, Endah juga mengaku telah banyak menerima tawaran dari sejumlah kolektor menawarkan ruangan sebagai galeri lukisan Endah.


CSR yang menyukseskan

Endah mengakui keberhasilan usahanya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, termasuk dana CSR dari PT Pertamina MOR IV Jateng-DIY, tidak cuma berupa dana tapi juga kesempatan pameran.

Endah mengaku sering mewakili Kota Semarang untuk mengikuti sejumlah pameran terbatas yang diadakan Pertamina, sehingga semakin menambah dan memperluas relasi, serta bantuan promosi berupa peliputan media massa.

"Untuk bantuan modal, saya sebelumnya mendapat Rp10 juta dari dana CSR Pertamina MOR IV. Suami pun akhirnya keluar dari pekerjaannya dan fokus membantu usaha saya seperti pada tahap finishing, karena setelah lukisan jadi, ditempel pada lembaran triplek dan diamplas," kata Endah.

Unit Manager Comm&CSR Pertamina MOR IV Anna Yudhiastuti mengakui penyaluran dana CSR dari tahun ke tahun meningkat sekitar 20 persen hingga 30 persen dan hingga November 2019 yang sudah tersalurkan sekitar Rp25 miliar dengan jumlah penerima 500 mitra binaan.

"Sebenarnya ada dua tahap untuk penyaluran dana CSR. Jadi ada yang Pertamina mencari dan menentukan untuk penerima program yang berada di sekitar ring 1 unit bisnis, misalkan di sekitar Terminal BBM atau Depot LPG," kata Anna.

Selain itu bisa dengan pengajuan oleh masyarakat seperti pengiriman proposal bantuan ke Pertamina MOR IV dan jika layak untuk dibantu, maka akan menjadi penerima bantuan dana CSR.

Dana CSR, tambah Anna biasanya disalurkan untuk beragam bidang di antaranya perdagangan, pertanian, perkebunan, dan jasa.

"Pertamina juga memberikan pendampingan dan pelatihan kepada mitra binaan terutama bagi yang usahanya mengalami peningkatan baik dari segi produksi dan penjualan," demikian Anna Yudhiastuti.

Bantuan CSR dari Pertamina yang membesarkan Endah menjadi seorang pelukis limbah kayu terkenal, tidak ansich soal bantuan dana. Pendampingan dan kesempatan berpameran yang diberikan oleh Pertamina melalui CSR adalah kunci sukses dari Endah, selain tentunya potensi dan ketekunan diri yang dimiliki Endah. Kombinasi itu semua, menjadi faktor sukses penerima CSR dan program CSR Pertamina.

Baca juga: Pameran "Bedroom in Arles Retouch" ungkapan potensi diri

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024